REVIEW

Tidak Mudah Bersetia pada Satu Merek Rokok

Tidak ada yang salah saat kita jatuh hati dengan merek-merek rokok baru hasil inovasi produsen setelah melihat keinginan pasar. Tidak ada yang salah juga inovasi tadi memiliki kekurangan karena alasan tertentu. Toh, itu bukan hal yang buruk. 

Dan tidak semua kemauan pasar bisa dipenuhi. Sama seperti harapan kepada pasangan, kalau mau komplit dan sesuai keinginan ya dilukis saja lalu pajang di dalam kamar lengkap dengan infografis tentang kepribadian sosok tersebut yang sesuai dengan kemauan; tidak memiliki kekurangan dan mampu memuaskan imajinasi. Tapi, ini bukan soal cinta-cinta-an seperti yang sudah-sudah. Ini soal merek rokok baru yang tiba-tiba muncul lalu mencuri perhatian saya selama saya menjadi seorang perokok.

Saya sedikit bernostalgia saat bertemu dengan Surya 12 Premium di sekitar tahun 2011. Saat itu saya seorang perokok Djarum Super dan Sampoerna A Mild. Awal kemunculan Surya 12 ini cukup mengagetkan indera perasa saya. 

Akibat Surya 12 Premium ini pula saya akhirnya sedikit melupakan Djarum Super dan Sampoerna A Mild, apa yang saya dapat dari kedua merk rokok itu bisa saya rasakan di Surya 12 Premium. Tarikan lembut, Tidak terlalu harum seperti Surya 12 reguler atau Djarum Super, Kemasan “keren” yang memungkinkan untuk dipamerkan dalam beberapa situasi serta harga yang saat itu bisa dibilang terjangkau. 

Selama 1 tahun saya menghabiskan hari-hari  bersama Surya 12 Premium. Beberapa teman saat itu bertanya kenapa saya memilih menghisap Surya 12 Premium, sesekali saya bisa menjelaskan detail bagaimana rokok tersebut mampu memberikan cita rasa berbeda saat nama besar seperti Gudang Garam International, Djarum Super, Surya 16 atau Wismilak Diplomat  lebih menjadi pilihan utama di kelas kretek filter. 

Namun penjelasan saya itu tentu berbanding lurus dengan penolakan mereka terhadap citarasa Surya 12 Premium yang masih asing dan terlalu berani mau berjuang sebagai rokok pilihan menandingi merek-merek besar tadi. Dan akhirnya hubungan saya dengan merek rokok ini harus berakhir di tahun 2012. Ini kehilangan pertama saya terhadap sebuah merek rokok kretek setelah saya resmi menjadi perokok aktif.

Lalu sekitar tahun 2014-2015 muncul rokok kretek di kelas SKT bernama Clavo, produk dari Djarum. Awal merokok merek ini saya berpikir apa yang sebenarnya sedang dilakukan oleh Djarum? Apakah mereka hendak “menculik” para loyalis Samsu dan menggoda para Gurameh-ers? Tau Gurameh, kan? Gudang Garam Merah, yang saat itu juga sedang populer di ibu kota bersama Djarum Coklat Extra. 

Menurut saya Clavo adalah salah satu SKT yang cukup menarik dari soal rasa, wanginya yang tidak terlalu  tajam seperti Gudang Garam Merah atau 76, serta aroma khas Djarum tapi tidak terlalu tebal seperti rokok SKT Djarum yang lain, mampu memuaskan perokok SKT seperti Dji Sam Soe Refill  atau Dji Sam Soe Kuning. 

Clavo seperti paket komplit yang menyatukan perokok SKT dalam satu merek, dan tentu apa yang tidak bisa didapatkan di Gudang Garam Merah, Dji Sam soe atau Djarum 76 bisa dirasakan di Clavo. 

Sebuah inovasi yang menurut saya cukup baik dan memuaskan dari segi rasa, harga dan kemasan. Hampir 1 tahun  saya menghabiskan waktu bersama Clavo, bedanya di tahun ini saya tetap menghisap Djarum Super. 

Mirip seperti Surya Premium tadi, rokok ini pun tidak berumur panjang, dan tentu banyak pula yang mengkritik keberadaan merek ini karena sudah terbiasa dengan merk rokok kretek SKT  yang mereka sukai sebelum mengenal Clavo. Saya sebenarnya berharap rokok SKT ini tetap ada untuk waktu yang lama, tapi apa mau dikata, umurnya pun tidak panjang. Sekali lagi, saya harus terpisah.

Kita bergeser ke saat ini, 2020. Di tengah persoalan kenaikan harga rokok, kenaikan cukai rokok dan tren tingwe di tengah pandemi, muncul beberapa merek rokok kretek baru yang jadi pembicaraan di kalangan perokok. Tapi perhatian dan indera perasa saya tertuju ke 1 merek yang cukup mendapatkan pro-kontra; Djarum Super Wave

Saya seorang perokok Djarum Super, Sukun Executive sebagai kretek filter utama dan kadang menghisap Lodjie Mild Merah, Esse Honey, Camel Putih, 76 Filter atau  MLD Putih sebagai rokok selingan. Kalau kiblat saya sudah ke Djarum Super dan Sukun Executive, maka cukup sulit sebuah brand baru bisa menjadi rokok utama. Tapi tidak dengan Djarum Super Wave, saya sempat berminggu-minggu menghisap Djarum Super Wave sebagai rokok utama sejak merek ini muncul di pasaran. 

Buat saya yang pernah merasa kehilangan Surya 12 Premium dan Djarum Clavo, Djarum Super Wave menjawab sebuah inovasi yang tidak lazim untuk dinikmati seorang perokok. Filter boostnya mampu memberikan sensasi berbeda dengan tetap mendapatkan sensasi Djarum Super dalam hisapannya, wanginya yang relatif lembut tidak sekuat Djarum Super atau Sukun Executive, batang dan bungkus rokok yang ramping, desain kemasan yang memberikan kesan ‘simple’ tapi tetap terlihat elegan, dan tentu harga yang bersahabat di kalangan perokok.

Djarum Super Wave memberikan bekas yang cukup berarti di indera perasa saya sampai hari ini. Saya melewati banyak hal bersama Djarum Super Wave selama beberapa waktu di semua aktivitas, mulai dari menghabiskan berjam-jam di depan komputer, duduk lama di coffee shop atau angkringan, bertemu dengan teman, berteduh saat sedang kehujanan atau menghabiskan waktu di depan gadget sambil menonton youtube. 

rokok djarum next

Sumber foto: komunitaskretek.or.id

Banyak sekali orang-orang di sekitar saya yang meragukan Djarum Super Wave akan bertahan lama beredar di pasaran. Sayang sekali kalau suatu hari saya harus kehilangan Djarum Super Wave seperti yang saya alami dengan Surya 12 Premium atau Djarum Clavo. Tapi, belum selesai saya memikirkan bagaimana Wave nantinya di kemudian hari, sudah muncul Djarum Super NEXT. Lirikan saya mendadak mengarah ke NEXT. Dasar tidak pernah setia, selalu tergoda melihat yang baru.