logo boleh merokok putih 2

Beda Makna Antara Kedaluarsa Rokok dan Makanan

rokok kedaluarsa

Makanan yang kedaluarsa tidak lagi layak untuk dikonsumsi, bahkan akan terlihat menjijikkan untuk beberapa jenis makanan. Beda dengan sifat tembakau dan cengkeh, semakin lama semakin bagus kualitasnya, aromanya semakin keluar, semakin nikmat. Tentunya dengan perlakuan penyimpanan yang baik pula.

Penjelasan tentang beda pemaknaan kedaluarsa untuk rokok dan bagi makanan sangat penting. Memang benar, kata kedaluwarsa ini perilaku untuk rokok sangat berbalik arah dengan perilaku untuk makanan. Masalah ini seakan-akan sepele, akan tetapi ternyata sangat penting untuk dijelaskan. Karena banyak orang awam belum sadar betul bahwa perilaku pemaknaan kadaluarsa untuk tembakau, cengkeh dan rokok sangat berbeda.

Saya agak curiga, kata kedaluarsa sendiri erat kaitannya dengan bahasa Jawa. Jika dibedah kedaluwarsa asal dari ke-dalu-warsa, “ke” sendiri sebagai awalan, “dalu” dalam bahasa Indonesia ada yang memaknai malam ada juga yang memaknai matang/masak jika kata dalu digunakan untuk makanan di daerah pantura Jawa Tengah. Contoh, “gedange wes dalu” diartikan dalam bahasa Indonesia “pisangnya sudah masak”.

Sedangkan “warsa” berarti tahun. Jika digabungkan ada yang menulis kedaluwarsa, ada pula yang menulis dan mengucapkan kadaluwarsa. 

Menurut kamus KBBI lebih cenderung kedaluwarsa daripada kadaluwarsa. Perlu ditegaskan baik “ke” atau “ka” hanyalah imbuhan sebagai awalan, dan sebenarnya kedua-duanya bisa dipakai untuk bahasa lisan maupun tulisan. Yang terpenting penggunaan kata kedaluarsa atau kadaluwarsa memahamkan lawan bicara atau orang lain apa yang dibicarakan atau apa maksud dan tujuannya. 

Baik ke/kadaluwarsa adalah masa yang sudah lewat. Untuk pakaian sudah tidak model, kuno, tidak jamannya lagi, ketinggalan dan lain sebagainya. Untuk makanan, jangka waktunya sudah habis, sudah basi, jamuran, berkutu, sudah lembek. Orang biasa bilang expired atau menunjukkan batas produk dikonsumsi.  

Secara umum ke/kadaluwarsa disini punya arti negatif. Bahkan ke/kadaluawarsa pada makanan secara istilah punya arti yang tidak menyehatkan, tidak enak, penyebab penyakit, racun jika dimakan.       

Semua makna di atas tidak berlaku pada sektor pertembakauan –tembakau, cengkeh, dan rokok–. Tembakau dan cengkeh, semakin lama masa dan tahunnya akan semakin berkualitas, semakin enak, semakin matang, semakin sempurna dan semakin mahal harganya, selama sesuai dengan standar perlakuan dan pemeliharaan. 

Buktinya, industri saat produksi rokok, batasan minimum penyimpanan tembakau untuk bahan bakunya rata-rata lima tahun. Hanya saja saat-saat dengan revolusi industri batasan minimum penyimpanan tembakau hanya sekitar tiga tahun. Pada dasarnya tetap semakin lama penyimpanan tembakau, akan menghasilkan tembakau yang berkualitas, semakin enak dan lezat. 

Contoh, saat petik daun tembakau, jika daun sudah menguning sendiri di pohonnya, kemudian diambil dikeringkan dengan bantuan sinar matahari hingga kering betul dan disimpan di tempat dengan suhu hangat, makin lama penyimpanan hasilnya semakin bagus. Begitupun cengkeh, ketika yang dipetik memang sudah tua kemudian disimpan di tempat dengan suhu hangat, hasilnya bagus. 

Sebaliknya, jika saat ambil atau petik asal-asalan dan tempat penyimpanannya pun demikian, hasil akan jelek. Sejelek apapun hasilnya masih bermanfaat dan berguna, hanya saja kualitas barangnya menurun, dan jika dinilai harga akan lebih murah. 

Seperti halnya rokok, semakin lama disimpan tidak akan membahayakan, hanya saja kelezatan dan kenikmatan rokok menurun. Karena rokok hasil blending atau olahan campuran tembakau dan cengkeh dengan beda senyawa. Selain itu biasanya perilaku penyimpanan rokok beda dengan perilaku penyimpanan tembakau dan cengkeh. Jadi wajar, jika rokok makin lama, makin hilang kelezatannya. 

Jadi batasan expired pada sektor pertembakauan pada dasarnya tidak ada. Hanya saja di tiap bungkus rokok pasti ada kode produksi meliputi tanggal, bulan dan tahun pembuatan. Memudahkan bagi konsumen memilih rokok yang terbaru produksinya. Semakin baru, kondisi rokok masih fresh, lebih lezat dan nikmat. Sebaliknya, semakin jauh dan lama produksinya, kenikmatan dan kelezatan rokok makin berkurang, hanya itu tidak lebih.   

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Udin Badruddin

Udin Badruddin

Seorang santri dari Kudus. Saat ini aktif di Komite Nasional Penyelamatan Kretek (KNPK).