kudus kota kretek
PabrikanREVIEW

Bukti Kudus Cikal Bakal Keberadaan Kretek

Industri kretek boleh tersebar dimana-mana di kota Nusantara, bahkan mungkin di negara tetangga pun ada. Fakta sejarah mengungkap, sampai detik ini, Kudus tetap menjadi cikal bakal keberadaan Kretek di Dunia. Banyak literasi mengatakan demikian, jadi sewajarnya Kabupaten Kudus berslogan Kota Kretek.

Bukti sejarah yang melatari Kudus menjadi kota kretek yaitu, ada museum kretek dan omah kembar Nitisemito si Raja Kretek.

Museum Kretek

museum kretek

Foto dari https://id.wikipedia.org/

Keberadaannya di Desa Getas Pejaten, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus. Museum kretek, sebagai bukti bahwa kretek pertama kali ditemukan di Kudus. Ditempatkan sebagai ekspresi pengetahuan dan kreatifitas lokal yang dihadirkan oleh masyarakat yang kemudian berkembang pada sekumpulan masyarakat dan selanjutnya secara turun temurun menjadi sistem mata pencaharian hidup. Kenyataan bahwa kretek menjadi warisan budaya keseharian masyarakat Indonesia tidak terbantahkan.

Dalam museum kretek terdapat banyak merek kretek yang terpampang. Dari nama benda sampai nama buah-buahan menjadi nama perusahaan dan merek rokok kretek. Kalau dicermati merek kretek banyak makna yang terkandung dan selalu berkaitan dengan berbagai aspek, diantaranya adalah aspek keyakinan, filosofi, memori, keakraban dan inspirasi. 

Merek rokok kretek bukan hanya sebagai petanda saja, melainkan juga punya makna berlaku bagi pemberi merek maupun pengguna kretek. Adanya siratan makna di dalam merek kretek belum tentu dapat dipahami dengan mudah. Tidak jarang terjadi makna yang tersirat dalam suatu merek merupakan misteri abadi, yang hanya diketahui oleh si pemberi merek.

Dalam museum kretek kudus, juga tercatat sejarahnya kretek, kali pertama Haji Djamhari menemukan secara tidak sengaja suatu perpaduan dari tembakau dan cengkeh yang dipilin dengan kulit jagung kering. Dalam bukunya Hanusz dikatakan kretek is a ubiquitous feature of daily life in Indonesia and can be found in the most diverse circumstances—from religious ceremonies to work of art and literature.” Disini tak hanya menunjuk praktek kehidupan sehari-hari saja, tetapi juga identitas dan ciri pembeda serta marka pemisah dengan yang lain. 

Merujuk sumber tradisi lisan, tahun penemuan kretek oleh Haji Djamhari pada rentang 1870-1880, jadi umur kretek sudah ratusan tahun. Jika ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda, persyaratannya sudah melebihi dan layak untuk ditetapkan. Batasan persyaratan sebagai warisan budaya tak benda sesuai  UU Nomor 11 Tahun 2010 Bab III Pasal 5, tentang batasan minimal persyaratan sebagai warisan budaya tak benda hanya 50 tahun. 

Hanusz menyebut kretek sebagai temuan sekaligus warisan budaya yang penting. Di sepanjang tulisannya, Hanusz selalu memampangkan bahwa kretek telah menjadi sumber sekaligus muara dari berbagai keahlian dan kreatifitas yang membentuk tradisi yang panjang; keahlian menanam, mengolah, memilih, memilah, membuat, mencampur, mengemas dll, serta berbagai jenis keanekaragaman; varietas tanaman, bentuk produk, gaya hidup, ekspresi, dan praktek sosial.

Diperkuat pernyataan Profesor Antropologi di University of Montana, GG Weix, mengatakan tentang visual Museum Kretek di Kudus, dengan menyebutnya sebagai bagian penting dari riwayat, tenggara, dan fasilitas kota. Membedakan dengan dua museum lain yang ada di Jawa Tengah, yaitu Museum Gula di Klaten , dan Museum Kereta Api di Ambarawa,  sebagai sumbangan penting kolonial. Sedangkan kretek dan museum kretek sebagai warisan temuan dan ciptaan anak bangsa Indonesia. 

Omah kembar Nitisemito si Raja Kretek 

omah kembar nitisemito

Foto dari Jawapos.com

Omah Kembar berada di Jalan Sunan Kudus tepatnya  Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Kurang lebih lima ratus meter arah timur dari Masjid Menara Kudus atau Makam Kanjeng Sunan Kudus Sayyid Ja’far Shodiq. 

Dikata omah kembar atau rumah kembar, karena terdapat dua rumah yang model, bentuk dan konstruksi rumah hampir sama dan dimiliki satu orang, yaitu tak lain si raja kretek Nitisemito. Diantara dua rumah ini hanya terpisah sungai besar. Sampai sekarang bangunan dua rumah ini masih terlihat berdiri tegak menghadap ke utara, walaupun memang sudah termakan usia. 

Konon omah kembar dibangun sekitar tahun 1926-an oleh si raja kretek, yang timur sungai diperuntukkan anak tertua, dan anak yang ke dua untuk anak yang ke dua, dua-duanya perempuan.

Cerita yang beredar di masyarakat, omah kembar ini dahulu dibangun dari logam uang yang dijejer. Yang dimaksud, masyarakat memberikan gambaran, kalau pembangunan omah kembar itu yang begitu besar dan terlihat mewah saat itu memerlukan uang tidak sedikit, hanya orang yang sangat kaya raya yang bisa membangunnya, dimasa penjajahan. 

Sayangnya omah kembar saat ini terlihat kosong tidak ditempati generasi penerus si raja kretek. Keduanya terlihat tidak terawat dengan baik. Tapi keberadaannya sebagai bukti kejayaan kretek masa penjajahan, dan bukti sejarah kretek tetap tumbuh dan berkembang di Kudus setelah periode H. Djamhari. 

Sang penemu atau maestro kretek Haji Djamhari, sedangkan generasi penerus menjadi industri besar adalah si raja kretek Nitisemito yang meninggal pada tahun 1953. Dua-duanya anak bangsa, asli kota Kudus Jawa Tengah.

Jadi, kretek berasal dari Kudus sebagai warisan budaya Nusantara menuju budaya dunia yang banyak disukai sebagian masyarakat, dan memperkuat nilai ekonomi bagi masyarakat dan bangsa.