peta
PERTANIAN

Mendekati Masa Tanam Tembakau

Tidak lama lagi masa tanam tembakau tiba. Dua bulan awal tahun (Januari dan Februari) petani tembakau pegunungan sudah disibukkan dengan pembibitan dan menentukan jenis tembakau yang akan ditanam. Di dua bulan ini pula, biasanya pabrikan besar memberikan informasi prakiraan cuaca kedepan dan memberikan penyuluhan ke para petani, terutama petani kemitraan. 

Tembakau adalah salah satu tanaman semusim yang hanya bisa ditanam sesuai masa tanamnya. Berhasil dan tidaknya panen tembakau sangat ditentukan oleh keadaan cuaca. Apakah yang akan datang kualitas dan kuantitas hasil panennya bagus atau tidak. 

Andaikan iklim bagus dan berpihak pada petani, pastinya saat panen melimpah dan grade tinggi didapat. Sebaliknya, iklim tidak mendukung petani khawatir dan risau. Inilah fungsi informasi prakiraan cuaca di awal, petani tembakau sangat membutuhkan. 

Di tahun-tahun belakangan ini, iklim berubah-ubah sulit diprediksi petani. Dengan prakiraan bantuan satelit aja masih belum tentu, apalagi prakiran berdasarkan kebiasaan jadi tambah meleset. Paling tidak dengan bantuan satelit petani sudah mengantongi info iklim kedepan sebagai dasar membuat keputusan bertindak.

Walaupun di tahun-tahun belakang ini iklim tak menentu, petani masih tetap menanam tembakau. Karena memang lahan yang dipunya hanya cocok untuk tembakau. Masalah hasilnya bagus dan tidak dipikir belakangan. Bagi yang punya lahan hanya cocok untuk tembakau, pastinya tidak ada kata rugi, sebab tanahnya tidak bisa dimanfaatkan untuk tanaman lain. Persoalan yang akan muncul, apakah harga tembakau saat panen nanti baru bagus atau tidak.

ladang tembakau

Ladang tembakau di Temanggung.

Memang kenyataannya, bagus dan tidaknya harga tembakau belum bisa ditentukan hanya berpatokan kualitas dan kuantitas hasil panennya. Ada faktor lain yang mempengaruhi harga tembakau. Faktor yang berdampak langsung terhadap harga tembakau yaitu; kondisi rokok di pasaran, stok tembakau saat panen melimpah atau tidak. Faktor yang berdampak tidak langsung, diantaranya; politik keberpihakan terhadap tembakau, dan naiknya pita cukai rokok.

Perlu diingat terlebih bagi para petani tembakau, dalam budidaya tembakau selain pabrikan atau industri rokok saat ini yang terbesar pemasok tembakau, ada pemerintah yang terlibat dalam budidaya, yaitu Dinas Pertanian di daerah-daerah. Selain pabrikan atau industri rokok, merekalah –dinas pertanian– yang sebenarnya ikut andil dalam menentukan kebutuhan tembakau tahunan dari jenis dan daerah tanam, prakiraan musim bahkan sampai harga beli tembakau .

Saat ini ada dua jenis petani tembakau, petani kemitraan dengan salah satu pabrik rokok dan petani lepas yang tidak terikat dengan pabrik rokok. Jika ada yang bertanya mana yang lebih baik diantara keduanya?. Jawabannya, sama-sama ada kekurangan dan kelebihannya. 

Petani kemitraan diuntungkan informasi di awal oleh penyuluh yang ditunjuk pabrikan rokok. Informasi yang diberikan terkait jenis tembakau yang dibutuhkan pabrikan, kuota pembelian pabrikan, info prakiraan cuaca kedepan. Lain itu, petani kemitraan biasanya mendapatkan bantuan minimal bibit secara gratis. Kelemahannya, petani tidak bisa serta merta menjual tembakaunya ke pabrik lain. Selain karena spek jenis tembakau yang diberikan tiap pabrikan berbeda, juga karena sudah komitmen untuk bermitra.

Petani non kemitraan, diuntungkan bebas menjual hasil panennya ke siapa saja, petani bebas menentukan jenis bibit tembakau sesuai keinginannya, petani bebas menentukan pengelolaan lahannya. Kelemahannya, petani di nomor duakan saat pembelian diutamakan petani yang telah bermitra dengan pabrikan rokok, petani tidak mudah mendapatkan informasi tentang cuaca ke depan kalau saja petani tidak gigih mencari informasi, petani tidak mendapatkan subsidi bibit dan harus membeli bibit sendiri, petani tidak tahu jumlah kebutuhan pabrik rokok kedepan. 

Dengan plus minus hal tersebut, petani dibebaskan untuk memilih untuk bermitra atau lepas. Namun bila dilihat secara rinci, bermitra akan lebih aman dan lebih terkontrol.  Minimal dengan bermitra petani dapat mengkalkulasi dan memanagement bertaninya. 

Karena management bertani harus dilakukan, minimal untuk mengurangi cost produksi tembakau yang begitu besar. Tanpa management bertani yang baik, maka bisa dipastikan hasil produksinya berkurang. Walaupun sudah di management hasil kurang baik, itu masih lebih baik daripada tidak dilakukan. 

Dalam produksi tembakau, dibagi menjadi tiga fase; sebelum panen, selama panen dan setelah panen. Sebelum panen tentunya petani, membutuhkan bibit, buruh tanam, buruh rawat/pemeliharaan (pemupukan dan pemberantasan hama).

Selama panen, petani membutuhkan tenaga petik, tenaga juru masak untuk penyedia makanan selama musim panen, juru taksir untuk menghitung hasil panennya dan kebutuhan biaya pekerja, alat angkut dan transportasi serta pengrajin keranjang. 

Setelah panen, petani membutuhkan tenaga pengrajang kalau tembakaunya tidak dijual berupa daun utuh, tenaga pengeringan tembakau, alat transportasi, tengkulak atau perantara, pedagang besar atau kecil serta grader (orang yang dipercaya pabrikan dalam pembelian).

Bertani tembakau tidaklah mudah. Apalagi  bertani tembakau hanya bisa dilakukan satu kali dalam setahun. Jadi, tanaman tembakau masuk dalam kategori tanaman semusim.