Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia dari Kepulauan Maluku yang pernah dicuri penjajah berkebangsaan Perancis bernama Pierre Poivre pada abad 18 (1719-1786), kemudian dibawa dan dibudidayakan di wilayah jajahan Perancis baik di Asia maupun di Afrika.
Kata penulis Puthut EA, Indonesia tanpa cengkeh maka sejarahnya akan lain, dan mungkin tidak akan ada penjajahan. Dan kayaknya benar asumsi itu, karena banyak data mengatakan bahwa penjajahan di bumi Nusantara ini lebih banyak didominasi gara-gara perdagangan rempah-rempah dan cengkeh salah satunya.
Keadaan Pierre Poivre hingga ia mencuri bibit cengkeh, sesungguhnya kebobolan VOC Belanda. Semula monopoli dagang rempah-rempah termasuk cengkeh dan pala di bumi Nusantara ini, mulai abad 17 hingga abad 19 di kuasai Belanda.
Perkembangannya, setelah Pierre Poivre mendapatkan izin dari penguasa Kesultanan Zanzibar di Pulau Madagaskar untuk menanam bibit cengkeh hasil curiannya sebanyak 70 bibit. Tak lama kemudian, muncul kawasan perkebunan cengkeh baru dengan hamparan luas di luar daerah Kepulauan Maluku.
Akibat kemunculan hamparan baru ini, monopoli perdagangan cengkeh dunia yang dilakukan oleh VOC Belanda bertahun-tahun mulai merosot tajam, bahkan bisa dikatakan merugi. Keadaan inilah, awal Pemerintah Belanda menerapkan sistem tanam paksa di daerah jajahannya Nusantara.
Keadaan ini terjadi sekitar pertengahan abad 19, dimana permintaan cengkeh dunia asal Nusantara menurun drastis. Perdagangan cengkeh di Nusantara ini, saat itu terlihat sepi, hingga daerah Kepulauan Maluku penghasil cengkeh terbesar kehilangan daya tarik.
Makin hari perdagangan cengkeh makin terpuruk hingga ditemukannya rokok kretek di Kota Kudus Jawa Tengah. Munculnya rokok kretek ini menjadi awal harapan baru bagi perdagangan cengkeh di Maluku.
Ternyata benar, do’a dan harapan petani cengkeh terkabul, rokok kretek menjadi satu-satunya penampung cengkeh saat itu. Sebab bahan dasar utama rokok kretek tidak lain campuran daun tembakau dan buah cengkeh. Permintaan cengkeh di pasaran mulai merangkak naik.
Kembali ke cerita sejarah cengkeh, ada satu kisah menarik yang beda dituturkan oleh salah satu masyarakat asal Negeri Hunitetu Kecamatan Inamosol Seram Bagian Barat daerah Kepulauan Maluku bernama Toni Tabeary.
Konon, pada saat berlangsungnya operasi penumpasan “Hongi Tochten” terhadap tanaman cengkeh di Pulau Ambon oleh kolonial Belanda yang saat itu penguasa. Secara diam-diam ada seorang Raja dari salah satu Negeri di Pulau Seram menanam tanaman cengkeh di pedalaman hutan pulau tersebut.
Ternyata tanaman cengkeh tersebut, luput dari operasi serdadu kolonial. Kemudian diyakini masyarakat setempat terlebih warga Pulau Seram menjadi cikal bakal jenis cengkeh asli Maluku biasa disebut cengkeh “tuni” atau “raja”.
Dari tanaman cengkeh yang selamat inilah, kemudian dibudidayakan masyarakat Maluku hingga sekarang, menurut Toni. Sehingga, jenis cengkeh asli Maluku tidak benar-benar punah. Walaupun pernah terjadi besar-besaran pembakaran lahan cengkeh oleh Belanda.
Pemusnahan lahan cengkeh ini, bisa jadi memang Belanda merugi dan harus pindah ke tanaman lain, bisa jadi sebaliknya, ingin lebih memonopoli dagang cengkehnya terkontrol dan fokus bekerja sama dengan penguasa cengkeh Zanzibar di Pulau Madagaskar.
Mungkin benar cengkeh asli Maluku tidak punah, akan tetapi terjadi kelangkaan akibat operasi penumpasan oleh Belanda saat itu. Kelangkaan bibit cengkeh asli Maluku terjadi dalam durasi waktu sangat lama. Hingga yang terjadi pemerintah Indonesia ketika membudidayakan tanaman cengkeh harus mendatangkan bibit cengkeh asal Zansibar di Pulau Madagaskar.
Hal ini terjadi pada petani budidaya cengkeh di kota Bali. Banyak cerita yang beredar di masyarakat, bahwa cengkeh yang ditanam petani berasal dari Zansibar, dan awalnya sebagai program uji coba oleh Dinas Pertanian dengan jumlah terbatas. Lama-kelamaan dibudidayakan sendiri bibit cengkeh tersebut hingga sekarang.
Walaupun sebetulnya dari satu sumber bibit cengkeh yaitu Kepulauan Maluku, ternyata cengkeh yang dari Zanzibar dan cengkeh bibit asli Maluku ada perbedaanya. Tanaman cengkeh bibit asli Maluku terkenal lebih tangguh hama dan tumbuh dalam jangka panjang.
Beda jenis bibit cengkeh asal Zansibar, selain tidak tangguh dari penyakit dan tidak berumur panjang, rasa pedasnya pun berkurang.
Jadi, sebenarnya cikal bakal tanaman cengkeh yang tumbuh di negara-negara dunia itu adalah bibit dari Kepulauan Maluku Indonesia. Dicuri ditanam dibudidayakan, bahkan beredar kembali ke Indonesia. Namun cengkeh yang asli dari Maluku jenis dan kualitasnya masih terjamin dan berbeda dengan cengkeh dari hasil bibit Zanzibar.