tokok rokok luvi jogjakarta
Liputan

Kisah Luvi, dari Busana hingga Rokok

Jika dilihat dari depan, tidak seorang pun yang akan menduga bahwa di dalam toko kelontong ini terdapat berbagai macam jenis rokok yang terpajang rapi di etalase kaca. Nama Tokonya, Luvi Busana & Online Shop. Lokasinya berada di antara pepohonan salak. Saya tahu tempat ini karena diberi tahu oleh seorang teman bahwa ada toko rokok yang lumayan lengkap di utara pasar Ngablak. Saya memang sedang mencari rokok yang unik, yang jarang ada di warung-warung rokok biasa. 

Toko Luvi berada di jalan Agro Wisata, Bangunkerto, Turi, Sleman, YogyakartaPemiliknya bernama Luvi Nuri Hernawati. Usianya 43 tahun. Bapaknya Madura. Ibunya berasal dari Jogja. Luvi mempunyai seorang anak. Lelaki. Bernama Alfin. Usianya kini sudah 23 tahun. Kuliah di STIPARI, Sekolah Tinggi Ilmu Pariwisata, Yogyakarta.

Sebelum tinggal di tempatnya yang sekarang, Luvi tinggal bersama suaminya di Muntilan. Namun pada 1998, kehidupan rumah tangganya tidak bisa dipertahankan. Luvi bercerai. Tidak ada seorang pun perempuan yang menginginkan kehidupan rumah tangganya hancur. Luvi terguncang. Dia sempat mengembara dalam kehidupan dunia gemerlap. Bersama teman-temannya, dia hampir setiap malam asyik dalam dunia gemerlap di rumah musik. Menghibur diri.

tokok rokok luvi

Toko Luvi berada di jalan Agro Wisata, Bangunkerto, Turi, Sleman, Yogyakarta. (foto: Eko Susanto)    

Tapi nalurinya sebagai seorang ibu membuatnya untuk tidak larut dalam kehidupan dunia gemerlap. Dia bangkit. Lalu membuka usaha berjualan busana secara online. Usahanya maju pesat. Tapi kehidupan memang tidak selamanya berjalan sesuai yang dia inginkan. Pada tahun 2010, Luvi mengalami kecelakaan di depan rumahnya. Saat itu, dia baru saja keluar rumah dengan mengendarai sepeda motor. Tiba-tiba sebuah mobil menyambar motornya. Dia terjatuh dan terlindas. Akibatnya, kedua kaki di bagian pahanya, patah. Dadanya juga terbentur dan patah.

Selama tiga tahun Luvi hanya tergeletak di atas tempat tidur. Sedangkan usahanya sedang maju pesat. Tapi dalam kondisi terluka, dia tetap menjalankan usahanya, karena semuanya dikerjakan secara online.  

Saat kami tengah asyik berbincang, tiba-tiba hujan turun deras. Luvi pamit sebentar ke dapur membuatkan kopi untuk saya.

“Seorang janda harus mempunyai usaha, Mas, agar tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Agar punya daya hidup. Agar punya posisi tawar saat didekati oleh lelaki yang kadang meremehkan seorang janda,” kata Luvi, sambil meletakkan secangkir kopi di depan saya.

Usai luka akibat kecelakaan itu sembuh, Luvi mengalami ujian lagi karena pandemi datang. Usahanya merosot tajam. Sepi transaksi. Lalu muncullah gagasan untuk membuka toko kelontong. Dia menyulap ruangan bagian depan rumahnya sebagai ruangan untuk memajang berbagai macam dagangan seperti makanan ringan, mainan anak-anak, mi instan, dan kebutuhan pokok sehari-hari. Tak lupa memajang berbagai jenis rokok. Sedangkan busananya dia display di ruang bagian belakang.

luvi menikmati rokoknya

Luvi sedang menikmati rokok

“Rokok ini menyelamatkan keuangan saya, mas. Saya ditolong oleh pabrikan rokok yang mensuplai berbagai macam rokok di sini,” kata Luvi, sambil menunjuk etalase tempat berbagai jenis rokok itu dipajang.

Pandemi juga membuat semua teman-temannya mengalami guncangan ekonomi. Terutama teman-temannya yang juga berstatus janda.

“Sebagai ungkapan syukur atas rejeki yang diberikan pada saya, saya kemudian membantu teman-teman saya yang janda. Agar tidak ada waktu untuk digoda lelaki iseng. Karena kalo gak ada kerjaan, gampang sekali lelaki akan menggoda karena meremehkan,” lanjutnya.

“Caranya bagaimana?” tanya saya.

“Yang rumahnya di pinggir jalan, saya beri modal,” jawabnya.  “Saya suruh buka usaha warung atau toko kelontong seperti saya ini.”

Luvi bercerita, jika dia telah membantu 4 orang temannya yang berstatus janda. Pernah suatu kali, dia memberi temannya modal usaha sebesar 40 juta. Untuk membuka warung. Tapi setelah berjalan beberapa minggu, warungnya sering tutup. Luvi lalu menelpon dan menanyakan keadaan warungnya. Ternyata temannya itu malah melamar pekerjaan dan warungnya dibiarkan terbengkalai. Uang dari Luvi hilang sia-sia. 

“Niat saya baik, Mas. Tapi memang tidak semua orang punya keinginan kuat untuk melakukan usaha mandiri dengan cara berdagang. Saya menginginkan agar teman-teman saya yang janda bisa punya posisi tawar. Agar tidak punya waktu yang terlalu luang sehingga gampang sekali digoda lelaki karena meremehkan seorang janda. Perempuan janda jika dia punya usaha akan membuat lelaki berpikir ulang jika ingin menggoda,” katanya lagi.

Niat baik memang terkadang terbentur oleh banyak hal yang membuat niatan itu menjadi sia-sia. Tentu risikonya ditanggung oleh Luvi. Dia kehilangan uang modal karena berniat baik membantu temannya.

“Hidup itu yang pertama harus jujur. Lalu tekun bekerja. Kalo tidak bekerja mau makan apa,” katanya. “Karena jika tekun saja tapi tidak jujur juga percuma. Tidak akan jadi apa-apa,” pungkasnya.

Luvi Nuri Hernawati merupakan potret seorang perempuan yang mempunyai daya hidup yang luar biasa. Berwirausaha merupakan salah satu cara agar dia tetap mempertahankan hidupnya, untuk membiayai kuliah anaknya. Keputusannya untuk berdagang rokok merupakan keputusan tepat di masa pandemi. Walaupun sebagian orang mengatakan bahwa rokok itu membunuhmu. Tapi bagi Luvi, berjualan rokok merupakan salah satu ikhtiar agar hidupnya terus berjalan.