Pabrikan

Ketika Ariel Noah Asik Merokok di Alam Bebas

Karl Marx, seorang filsuf, ekonom, sejarawan, pembuat teori politik, sosiolog, jurnalis dan sosialis revolusioner asal Jerman itu pernah menyebutkan bahwa kekayaan bagi seseorang bukanlah dinilai dari banyaknya waktu kerja yang menghasilkan upah yang berlimpah. Melainkan banyaknya waktu luang agar manusia bisa menikmati hidup, melakukan sesuatu yang membahagiakan mereka.

Hari ini kita adalah orang-orang tak beruntung yang disebutkan oleh Marx di atas. Bekerja hampir sehari penuh, bahkan tetap harus berada di depan laptop ketika di akhir pekan. Nyaris tak punya waktu untuk bersenang-senang, bahkan yang paling ekstrim adalah menjadi robot.

Maka beruntunglah mereka-mereka yang bisa menikmati akhir pekannya dengan bepergian entah itu menikmati sudut kota. Atau yang paling terindah adalah bisa mengunjungi alam, menikmati cuaca dingin di sana, udara yang segar, serta tanpa polusi suara yang mengganggu. 

Ariel Noah, seorang yang kita kenal memiliki bakat musik luar biasa serta wajahnya yang mempesona juga mengakui bahwa dirinya jarang untuk bisa menikmati alam. Ketika diundang untuk mengisi video di channel youtube Barbeque Mountain Boys, Ariel merasa sangat antusias. Dalam video tersebut tampak bahwa dirinya bahkan berangkat ke alam pegunungan di sekitar Bandung dengan menggunakan motor laki andalannya.

Alam pegunungan Bandung memiliki tempat di hati Ariel. Terlalu lama hidup di dataran rendah dan tak sering pulang ke Kota Kembang yang memang juga jadi kampung halamannya. Undangan tersebut tak disia-siakan olehnya dan aktivitas yang menyenangkan di alam pun didapat olehnya. 

Dimulai dari minum kopi hangat, menghisap rokok, memanggang daging serta menikmatinya, belajar memotong kayu, mencangkul dan menanam, hingga belajar menyalakan api serta filosofinya. Ariel merasa seperti terlahir kembali menjadi bayi di hari itu, merangkak dalam kehidupan dan mempelajari banyak hal yang tak diketahui dalam kehidupannya.

Paling menyenangkan saat Arial mendengarkan petuah Kang Gia tentang filosofi sebuah api. Ketika korek kayu dinyalakan, Kang Gia menyebut bahwa kehidupan tak ubahnya seperti itu. Nyala perlahan di awal, lalu api membesar, dan padam. Kehidupan sesingkat itu, seperti nyala sebatang korek kayu.

Api merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia berubah sejak 1,5 juta tahun lalu kala Homo Erectus bisa mengendalikan api. Evolusi kebudayaan terjadi dan kemudian berlanjut hingga ditemukan listrik dan hidup seperti sekarang ini. Sabda Kang Gia, listrik mengubah cara hidup bersosial banyak orang. Manusia tak lagi hangat terhadap sesama dan nyaris tak punya waktu berinteraksi yang intim di saat malam tiba.

Acara api unggun seperti yang sering kita lakukan saat camping adalah upaya melanjutkan tradisi aktifitas rutin yang dilakukan orang-orang terdahulu kita. Menyalakan api saat malam bukan sekadar dimaknai sebagai upaya menerangi, bisa jadi alat pelindung diri manusia dari serangan hewan dan titik momentum untuk berinteraksi dengan satu sama lain.

“Satu-satunya tempat untuk kita bener-bener bisa berbagi itu ya di depan api. Bisa digunakan untuk share masalah, pengalaman, ngobrol, memang dari jaman dulu teh api itu memang wajib karena manusia itu memang lemah, karena ketika malam tiba manusia udah tidak bisa ngapa-ngapain,” 

Begitu kata Kang Gia dengan tenang menjelaskan filosofi api kepada Ariel. Api juga punya makna tersendiri bagi perokok. Api adalah upaya untuk tetap membuat rokok tetap hidup dengan cara terus dihisap. Bagai kehidupan, api dan hisapan adalah kerja dan semangat agar nyala kehidupan tak pupus.

Dari api dan bara rokok sebenarnya juga mirip filosofisnya dengan apa yang dijelaskan Kang Gia tentang korek kayu. Ketika bara api rokok semakin mendekati ujungnya, semakin pula muncul kadar kenikmatannya. Begitulah kita jika bisa menemui masa tua nanti. Sudah seharusnya bahagia, tak lagi bersusah payah, yang tersisa hanyalah menikmati kehidupan dan semakin memaksimalkan ibadah untuk lebih dekat kepadaNYA.

Ariel Noah hari itu tak hanya menghisap rokok di alam bebas, ia belajar banyak hal. Bukan hanya kudapan daging yang masuk dalam tubuhnya, tapi bekal ilmu untuk menemani petualangannya kembali ke kota nanti.

Hingga saat ini, saya masih mengamini pernyataan Karl Marx di atas. Semakin besar luangnya waktu seseorang, semakin tinggi peluang dia untuk menikmati hidup. Dan kekayaan seseorang dinilai dari seberapa tinggi dirinya untuk bisa bahagia dalam kehidupan.