logo boleh merokok putih 2

Makna Puasa bagi Seorang Kretekus

ramadan kretekus

Marhaban Ramadan, Marhaban Syahru Syiam…

Tak terasa bulan suci Ramadan kembali datang. Meski dalam kondisi pandemi, namun tetap menyambut bulan suci Ramadan dengan penuh sukacita. Bagi kretekus momentum baik ini tidak boleh dilewatkan dengan kesia-siaan. Berpuasalah bagi yang tidak memiliki halangan. Menahan haus dan lapar serta tidak merokok bukanlah hal yang sulit untuk dijalani.

Berpuasa dapat menjadi ajang pembuktian bagi kretekus sekalian untuk membuktikan bahwa merokok bukanlah aktivitas adiksi (kecanduan). Adiksi sendiri diambil dari kata adiktif yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. 

Menurut Hedi R. Dewoto, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), adiksi merupakan suatu keadaan ketagihan. Akan selalu bergantung pada obat atau zat dan tidak bisa dikendalikan. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.

Di Indonesia durasi ibadah puasa selama 13 jam lamanya. Dan dalam durasi ini, kretekus dapat menahan diri untuk tidak merokok. Selama itu menahan diri, namun tidak pernah ada kejadian seorang perokok mengalami kejang-kejang atau terkena gejala tertentu karena berpuasa. 

Maka sangatlah konyol jika rokok dikategorikan sebagai produk adiktif dan merokok dicap sebagai aktivitas adiksi. Teori ini sebenarnya sudah patah dengan sendirinya karena perokok dapat berpuasa serta menahan diri untuk tidak merokok.

Argumen bahwa rokok bukanlah produk adiktif diperkuat oleh para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.

Sebaiknya mulai dari sekarang pelabelan adiktif terhadap rokok dan aktivitasnya segera dihentikan, dikarenakan hal tersebut tidak berlaku lagi jika dilihat dalam konteks berpuasanya para perokok. Berpuasa bagi perokok bukan sekedar menjadi ajang pembuktian terhadap stigma antirokok saja, melainkan juga karena perokok yang berpuasa membuktikan kepada Tuhan bahwa kita adalah hamba yang taat dalam menjalankan perintah-Nya.

Puasa sekilas terlihat seperti ibadah yang hubungannya sangatlah vertikal, di sisi lain puasa memiliki konteks horizontal yang sangat baik bagi kehidupan manusia, tak terkecuali untuk para kretekus. Dalam konteks horizontal, kretekus belajar mengenai toleransi kepada mereka yang tidak menjalankan ibadah puasa. Lalu, puasa juga baik untuk kesehatan kretekus sekalian. 

Puasa baik untuk kesehatan karena metabolisme tubuh akan membaik, ibaratnya tubuh kita ini adalah mobil yang sering digunakan, kemudian masuk ke bengkel untuk diservis. Begitupun tubuh manusia yang akan beristirahat dengan baik ketika menjalankan ibadah puasa.

Alangkah baiknya dalam kesempatan bulan ramadan ini, kita sebagai kretekus dapat membangun hubungan secara vertikal kepada Allah SWT serta membangun hubungan horizontal kepada sesama, utamanya juga bagian dari muhasabah diri. 

Selamat menjalankan ibadah puasa kretekus sedunia….

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Azami

Azami

Ketua Komite Nasional Pelestarian Kretek