Baru-baru ini publik dikejutkan dengan kabar hoax mengenai isu babi ngepet di daerah Depok, Jawa Barat. Isu babi ngepet ini terkuak kebohongannya setelah ditelusuri lebih jauh bahwa hanyalah cerita karangan dan settingan dari salah seorang tokoh agama yang bertujuan untuk membuatnya terkenal sehingga dapat memiliki banyak pengikut.
Isu babi memang empuk untuk ditelan mentah-mentah oleh publik. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim yang memang sangat sensitif dengan persoalan babi. Isu hoax mengenai babi juga pernah menerpa produk rokok. Dalam filter rokok diisukan mengandung darah babi. Isu ini bertahun-tahun terus-menerus diproduksi dan dihembuskan pada momen-momen tertentu.
Darimana asalnya isu hoax filter rokok mengandung darah babi?
Isu ini pertama kali terlontar saat sebuah acara kampanye antirokok pada bulan Juni 2013. Dalam acara tersebut hadir ratusan PNS, pengelola hotel, restoran dan pengelola tempat-tempat umum, juga dihadiri Wali Kota Banjarmasin saat itu. Kemudian DR. Hakim Sorimuda Pohan dari Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT) melontarkan sebuah pernyataan kontroversial: di dalam filter rokok terkandung darah babi.
Saat isu filter rokok mengandung darah babi dihembuskan, masyarakat kemudian menjadi geger. Wajar saja, mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim yang jelas mengharamkan babi. Mendengar isu ini, masyarakat muslim tentu akan sangat sensitif.
Di tengah kegegeran itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) langsung merespons isu tersebut dengan cepat. Melalui Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), mereka segera melakukan investigasi terkait isu tadi.
Setelah melalui proses investigasi dan penelitian, MUI merilis hasil bahwa filter rokok tidak terbukti mengandung darah babi.
Bantahan tersebut langsung disampaikan oleh Direktur Eksekutif LPPOM MUI saat itu, Lukmanul Hakim. Dalam sebuah konferensi pers, Lukmanul Hakim menegaskan tidak ditemukan kandungan hemoglobin babi dalam ratusan sampel rokok lokal dan impor di Indonesia. Maka, produk rokok di Indonesia bebas dari zat haram atau tidak seperti apa yang beredar di opini publik.
Selain itu, dahulu pernah dilakukan riset di PT Filtrona Indonesia, sebuah pabrikan yang memproduksi filter rokok, tempatnya di Surabaya, Indonesia. Produsen pabrik filter rokok tersebut menjelaskan apa saja kandungan dan bahan dasar filter rokok. Lalu terbuat dari apa filter rokok? Filter rokok dibuat dari bahan aseton, yaitu sejenis tumbuhan padi-padian yang tumbuh di Eropa setelah musim salju.
Dijelaskan pula bahwa dalam produksi filter rokok tidak diperkenankan penggunaan minyak. Untuk perekat, digunakan bahan silikon food grade (dapat dikonsumsi tubuh).
Dari penjelasan tersebut, sudah jelas terbukti bahwa isu filter rokok mengandung darah babi terbantahkan. Isu ini hanyalah hoax yang diproduksi oleh antirokok agar kampanye mereka dapat diterima oleh publik.
Antirokok menghalalkan segala cara agar mereka mendapat banyak dukungan dan pengikut, sama hal nya dengan tokoh agama yang tempo hari memproduksi hoax mengenai babi ngepet. Bedanya, hoax yang disebarkan oleh antirokok turut dilegitimasi oleh intelektual dan ahli sehingga menjadi hoax yang terlegitimasi.