OPINI

Tanda Tanya untuk Hari Tanpa Tembakau Sedunia

Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) diperingati di seluruh dunia setiap tahun pada tanggal 31 Mei. Gerakan ini menyerukan para perokok agar berpuasa tidak merokok (mengisap tembakau) selama 24 jam serentak di seluruh dunia. 

Kira-kira begitu informasi yang bisa kalian lihat di Wikipedia mengenai Hari Tanpa Tembakau Sedunia.

Masih menurut Wikipedia lagi, diperkirakan  kebiasaan merokok setiap tahunnya menyebabkan kematian sebanyak 5,4 juta jiwa.  Negara-negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencetuskan Hari Tanpa Tembakau Sedunia ini pada tahun 1987. Di bagian ini perlu dipertanyakan, apakah ini penyebab tunggal? Apakah ada penelitian khusus mengenai pola hidup dari 5,4 juta jiwa tadi? Tapi kalau anda bertanya seperti ini, bisa-bisa dijawab; dasar perokok, membantah saja bisanya, ini pasti karena sudah kecanduan nikotin! 

Menurut informasi yang ada di Wikipedia mengenai HTTS, dalam satu dasawarsa terakhir, gerakan ini menuai reaksi baik berupa dukungan dari pemerintah, aktivis kesehatan, dan organisasi kesehatan masyarakat, ataupun tentangan dari para perokok, petani tembakau, dan industri rokok.

Seandainya saya seorang editor wikipedia, saya ingin mengatur agar informasi HTTS itu berimbang, saya akan masukkan di dalamnya beberapa informasi mengenai penolakan terhadap HTTS. Saya berikan tautan berita atau artikel mengenai hulu-hilir industri tembakau di Indonesia. Atau paling tidak tautan artikel tentang bagaimana hak dari perokok itu tiap hari digerus peraturan dan kampanye antirokok, dibumbuhi diskriminasi, stigma negatif, terutama kepada perokok perempuan, dan yang paling umum adalah ruang khusus merokok yang tidak layak, dan kalau merokok sembarangan di area umum karena tidak ada ruang merokok, maka sanksi konyol akan diberlakukan.

hari tanpa tembakau

Hampir kurang-lebih 5 tahun saya sering membaca informasi mengenai HTTS dan banyak penolakan yang muncul di masyarakat. Hampir setiap tahun pula di tanggal 31 mei kanal-kanal berita memuat berita tentang pro-kontra mengenai rokok atau tembakau.

Tanpa terasa selama 5 tahun itu, saya malah punya kesimpulan kalau isu bahaya tembakau ini hanya gorengan yang selalu hangat dan enak untuk disantap oleh anti rokok setiap tahunnya. Entah tujuannya seperti apa dan kepentingannya untuk siapa saya tidak begitu paham. Kalau anda perhatikan, tidak ada isu di bidang kesehatan yang lebih seksi dibandingkan isu tembakau. Apa pernah ada orang yang gontok-gontokan soal bahaya mengkonsumsi gula? Berapa botol minuman manis dingin pelepas dahaga di siang bolong yang sudah dikonsumsi orang selama ini? Sebanyak apa anda mengkonsumsi donat bertabur gula halus dalam sebulan? Apa efek jangka panjang mengkonsumsi itu semua.dsb. 

Beberapa waktu lalu saya pernah membaca cuitan seseorang yang isinya begini; “Sugar activates your brain like cocaine.” Dan ini super legal 🙂 Jauh lebih legal daripada rokok.”

Atau anda mungkin pernah membaca tulisan Tilke Elkins berjudul Does Sugar Kill? 

Cuitan tadi juga yang akhirnya membuat saya semakin goyah untuk tidak simpatik terhadap kampanye yang digaungkan oleh para anti rokok di Hari Tanpa Tembakau Sedunia. HTTS mungkin hanya sebuah bagian kecil dalam skenario besar segelintir orang.

Lagipula kampanye HTTS di Indonesia selama ini juga identik dengan bagaimana kampanye itu  menihilkan peran dan nilai yang dimiliki oleh komoditas tembakau, dan sudah pasti selalu bernada intimidatif dan menakut-nakuti. Bikin “eneg” kalau dilihat.

orang merokok hari tanpa tembakau

Kalau anda sempat membaca beberapa buku di www.bukukretek.com, maka porsi simpatik  yang anda rasakan terhadap para aktivis dalam program kampanye HTTS-nya akan menurun drastis. Anda akan mulai bertanya-tanya, benarkah kampanye HTTS ini tulus tentang kepedulian mereka kepada masyarakat di Indonesia? 

Apa sebenernya tujuan mereka? Padahal semakin hari makin banyak kejanggalan yang bisa kita lihat langsung dari narasi-narasi mereka. Paling gampang; narasi yang terus diulang setiap tahun, intimidatif, diskriminatif, tidak memberikan solusi yang baik bagi para perokok. Contoh paling gampang ya mereka tidak mengedukasi perokok untuk lebih santun dan taat aturan, hanya sekedar teriak melarang dan melarang. Kalau cuma melarang, saya juga bisa.

Oh iya, setahu saya, selama 5 tahun terakhir mereka juga jarang atau bahkan tidak pernah melakukan diskusi dengan para pemangku kepentingan di industri tembakau atau minimal konsumen rokok mengenai HTTS atau tujuan mulia kampanye itu. Entah karena malas, atau memang tidak ada niatan karena dianggap buang-buang waktu?

Sambil kita bingung menilai seperti apa tujuan  kampanye HTTS itu, ada baiknya anda mencoba menikmati hari ini dengan segelas teh manis hangat dan sebatang rokok kretek filter. Kalau saya, biasanya menghisap Djarum Super atau Surya 16 kalau temannya teh manis panas. Kalau takut diabetes, ganti dengan segelas kopi hitam tubruk arabika, tanpa gula.