logo boleh merokok putih 2

Tembakau Rejeb, Kekayaan Tembakau Kabupaten Magetan

Kabupaten Magetan di Jawa Timur sudah sejak zaman dahulu memiliki jenis tembakau lokal yang terkenal. Jenis tembakau ini biasa disebut dengan tembakau Rejeb. Berdasarkan sumber informasi dari masyarakat sekitar, tembakau Rejeb ini sudah dibudidayakan sejak awal abad ke 20 dan terus dibudidayakan secara turun-temurun hingga saat ini. Awal mula dibudidayakan tembakau ini dimulai dari Desa Trosono dan Desa Sayutan, Kecamatan Parang-Magetan.

Untuk melestarikan kekayaan sumber daya genetik lokal ini, tim peneliti Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) melakukan pelepasan Tembakau Rajangan Magetan yang dinamai varietas Rejeb Parang. Varietas unggul tembakau ini dirilis pada November 2017 dan memiliki ciri produk yang khas, yakni aromanya ampeg (berat).

Produk ini cocok untuk  rajangan halus yang permintaannya untuk memenuhi pasar tembakau Temanggungan. Permintaan tembakau Rejeb Parang ini semakin meningkat seiring dengan tingginya konsumsi rokok. Oleh karena itu, varietas unggul Rejeb Parang perlu disosialisasikan secara meluas.

Berdasarkan hasil observasi tim Balittas dan informasi dari Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan dan Ketahanan Pangan (TPHPKP) Kabupaten Magetan, diketahui daerah pengembangan utama tembakau banyak ditanam petani di lahan tegal dan sawah tadah hujan, dengan ketinggian tempat antara 290 – 400 meter di atas permukaan laut. Curah hujan di Kabupaten Magetan antara 100-300 mm per tahun dengan jumlah bulan kering antara 4 – 6 bulan.

tembakau rejeb

Rata-rata luas areal tanaman tembakau dalam lima tahun terakhir mencapai lebih dari 80 ribu hektare dengan produksi sekitar 430 ton per hektar. Di daerah ini, lebih dari 35 persen luas areal tembakau ditanami kultivar varietas tembakau Rejeb Parang 3 dan Rejeb Parang 4.

Kedua varietas unggul lokal ini sangat disukai petani dan konsumen. Jenis tembakau Rejeb ini setiap tahun terus dibudidayakan oleh masyarakat Kecamatan Parang. Dengan fluktuasi harga dan cuaca yang kurang bersahabat pun masyarakat tetap antusias untuk menanam tembakau Rejeb.

Namun, luasan penanaman tembakau Rejeb ini naik turun tergantung oleh cuaca dan harga. Rata-rata luas penanaman tembakau Rejeb di Kecamatan Parang berkisar 150 hektar setiap tahunnya.

Pola tanam tembakau Rejeb ini adalah bergantian setelah tanaman kacang tanah atau jagung. Sebagian besar penanaman dilakukan di lahan tegal karena sebagian besar lahan di Kecamatan Parang merupakan lahan sawah tadah hujan.

Produksi tembakau Rejeb ini berkisar antara 7-8 ton daun basah per hektar dengan rendemen 8-9 persen sehingga dapat menghasilkan sekitar 700 kilogram tembakau rajangan. Berdasarkan kualitas, tembakau Rejeb parang ini dibagi dalam tiga grade, yaitu grade A, grade B, dan grade C.

petani merajang tembakau

Untuk harga masing-masing grade berkisar antara Rp 90 ribu sampai Rp 100 ribu (grade A), Rp 60 ribu sampai Rp 70 ribu (grade B), dan Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu (grade C). Harga tersebut adalah harga per kilogram, akan tetapi masyarakat Kecamatan Parang umumnya tidak menjual tembakau rajangannya dalam satuan kilogram. Mereka biasa menjual dengan satuan upet, yakni setara 2-3 kilogram tembakau rajangan.

Proses pengolahan tembakau Rejeb dimulai dari proses pemeraman. Setelah itu, baru dilakukan perajangan. Keunikan proses perajangan ini adalah dibuangnya sepertiga bagian tulang daun pada daun tembakau Rejeb yang akan dirajang.

Proses perajangan ini biasanya dilakukan pada malam hingga pagi hari. Hasil rajangan kemudian ditata di atas widig. Setelah daun tembakau rajangan digelar di atas widig, baru kemudian dijemur. Setelah proses penjemuran dilanjutkan pada proses pengemasan. Pengemasan ini dalam satuan upet. Dalam satu upet terdiri dari 10 emplok yang terdiri dari 20 eler daun tembakau rajangan kering.

Proses pengolahan daun tembakau Rejeb yang panjang inilah yang menjadikan tembakau Rejeb memiliki pasar yang baik dengan harga yang relatif tinggi dikarenakan proses grading yang ketat selama proses pengolahan sehingga dihasilkan tembakau rajangan kering dengan kualitas yang prima. 

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis