Masa penjajahan, menjadi masa sangat sulit bagi sektor perekonomian bangsa Indonesia. Apapun usaha putra bangsa tidak bisa berkembang. Masih bertahan saja itu sangat bagus, rata-rata usaha dan perdagangan Bumiputera mengalami kebangkrutan. Satu-satunya usaha yang justru bisa menumbuhkan ekonomi bangsa saat itu sekitar tahun 1930 tidak lain adalah industri rokok kretek.
Eksistensi industri rokok kretek masih bisa terlihat hingga sekarang, walaupun sebenarnya keberadaannya saat ini terancam. Kalau ditelisik, industri kretek Indonesia pernah menjadi satu-satunya usaha dan perdagangan kian hari, bulan, bahkan tahun terjadi peningkatan di saat terjadi depresi ekonomi pada usaha lain.
Industri kretek menjadi penguat ekonomi dan penopang pendapatan negara di tengah-tengah situasi kapitalis kolonial mengalami krisis berkepanjangan. Disaat krisis melanda, semua usaha perdagangan skala besar kolonial mengalami pailit yang tidak tertolong. Termasuk sektor perkebunan dan pertanian yang menjadi tumpuan ekonomi kolonial.
Yang masih bertahan saat itu hanyalah industri skala kecil (home industry) di pedesaan. Mereka hanya mengantongi keuntungan recehan. Namun ternyata sirkulasi recehan di pedesaan memperkuat perekonomian masyarakat.
Hingga akhirnya keberadaan mereka (home industry) menjadi perhatian penguasa kolonial sebagai objek pungutan berupa pajak. Ternyata pungutan pajak bagi usaha kecil di pedesaan sangat potensial menggantikan sumber pendapatan dari usaha perdagangan besar milik kolonial yang telah terpuruk dan tutup.
Usaha skala kecil yang masih bertahan adalah milik bumiputra yang tersebar di pedesaan. Memang banyak macam varian usaha kecil tersebut, ada tenun, batik, furniture, membuat kretek dan lain sebagainya. Kesemuanya berbasis skill atau keahlian dan kemampuan sumber daya manusia dari pedesaan.
Diantara usaha kecil di pedesaan yang merangkak pelan namun pasti hanyalah usaha membuat kretek. Terbukti hanya usaha kretek yang rutin membayar pungutan pajak ketentuan dari penguasa kolonial saat itu.
Keberadaan industri kecil kretek telah mengubah wajah pendapatan kolonial yang perdagangannya lagi terpuruk. Dari pengalaman itulah, kolonial berencana mengembangkan potensi usaha berbasis pedesaan.
Dan benar, kolonial berhasil membawa dan menguasai hasil usaha skala kecil di atas ke beberapa event di negara-negara eropa. Namun tidak bisa bertahan lama dan hanya bersifat temporer berdasarkan pesanan atau kebutuhan saja.
Satu- satunya usaha kecil yang tidak bisa dikuasai kolonial saat itu dan tetap berjalan hanyalah usaha pembuatan kretek. Perlu diperjelas, ternyata usaha kretek saat itu tidak hanya skala kecil atau rumahan, namun industri besar pun masih eksis walaupun krisis melanda.
Kalau dilihat dan ditelaah, kunci utama eksistensi usaha dan perdagangan kretek adalah berdaulat (Dari rakyat untuk rakyat kembali ke rakyat). Bahan baku dari petani rakyat, diracik,diolah dan diproduksi oleh rakyat bangsa sendiri, dibeli oleh rakyat. Karena memang saat itu, konsumen terbesar kretek adalah kaum bangsa sendiri.
Pada perkembangannya, orang asing, kaum elit dan bangsawan suka dengan keberadaan kretek. Yang awalnya mereka merokok cangklong dan cerutu. Karena kretek selain nikmat juga diklaim sebagai obat alternatif.
Kretek terbuat dari tembakau, cengkeh dan bahan rempah-rempah lainnya yang telah dicairkan kemudian dicampurkan. Proses kekinian disebut blanding.
Makin hari, makin banyak permintaan, sehingga wajar kretek tetap eksis ditengah-tengah gelombang krisis. Bahkan pemerintah penguasa pun saat itu menikmati keuntungannya sebagai pemasukan dana lewat pajak perdagangan.
Keberadaan kretek di masa kolonial satu-satunya usaha dan perdagangan yang makin hari makin jaya dan tidak bersifat temporer. Selain itu keberadaan kretek makin hari makin bertambah penyerapan tenaga kerja.
Siklus perekonomian (hasil dan keuntungan) dari kretek berputar sehat, yang kemudian mendorong dan menggerakkan perekonomian bidang lainnya.
Ketika para petani, pekerja, pedagang bahkan negara sejahtera gara-gara kretek, maka membutuhkan barang dan jasa lain yang kemudian tumbuhlah perekonomian dan selanjutnya tumbuh usaha-usaha lain.
Dampak eksistensi siklus perekonomian kretek berjalan hingga sekarang, nyata adanya dan bisa di cek di lapangan. Ambil contoh kota Kudus dan Kediri saja, kalau industri kretek mati atau tidak ada, maka bisa dipastikan siklus ekonominya tidak akan tumbuh. Menjadi kota mati. Dan tidak berhenti disitu, dipastikan kota lain akan terkena dampak dan pengaruhnya ekonominya tidak akan tumbuh juga. Lebih jauh lagi negara akan merugi itu pasti.
Andaikan saja keberadaan kretek itu membunuh atau mengakibatkan penyakit, maka sudah dari dulu masyarakat nusantara ini banyak yang mati dan banyak penyakit. Nyatanya tidak demikian.
Jadi, isu kretek membunuhmu, kretek dapat menyebabkan kanker, kretek dapat menjadikan impoten bahkan kretek menjadi penyebab penyakit lain hanyalah asumsi belaka yang dipaksakan dan dibuat-buat.
Kalaupun konon katanya ada riset di USA bahwa rokok menyebabkan penyakit lain apakah itu benar?, mungkin hanya salah satu penyebab itupun bukan menjadi penyebab utama. Pertanyaan lanjutan yang diriset itu perokok dengan jenis rokok apa?, bisa dipastikan bukan perokok kretek.
Rokok kretek dengan rokok putih itu beda, rokok kretek dengan cerutu itu pun beda, rokok kretek dengan vape pun juga beda. Rokok kretek adalah hasil riset orang terdahulu sebagai pengobatan alternatif penyakit dan mempertahankan daya tubuh.