sri mulyani
OPINI

Surat Cinta Kedua untuk Ibu Sri Mulyani

Halo, Ibu Sri Mulyani. Apa kabar? Semoga selalu sehat walafiat, sejahtera, sudah vaksin dosis kedua, dan menjalani hidup di tahun 2021 dengan baik-baik saja.

Apa Ibu Sri hari ini terbangun dari tidur lalu melihat berita tentang stok vaksin di beberapa daerah tetap saja langka meski pemerintah bilang sudah terpenuhi?

Apakah Ibu juga beberapa bulan ini semakin stres melihat pemerintah yang pusing sebab kebingungan bagaimana caranya menangani pandemi? Atau sehari-hari hanya ingin julid melihat pejabat-pejabat negara yang bikin kegiatan tidak bermutu? Soal baliho capres mungkin? Padahal Ibu sedang pusing mengatur keuangan negara yang sepertinya sudah tambal sulam menutup kerugian sana-sini.

Apakah Ibu setiap hari mendapatkan berita tentang bertambahnya pengangguran di negara kita saat ini? Ada yang terkena pemutusan kontrak kerja karena kantornya ingin mengurangi beban gaji karyawan. Ada pula karena imbas dari kebijakan pemerintah, yang saya sendiri sampai bingung, negara ini masih punya pemerintahan atau hanya dibuat asal  berjalan saja menghabiskan tahun dan berharap akan ada keajaiban.

Ibu Sri, Desember tahun lalu saya pernah menulis surat untuk Ibu di situs ini. Isinya kurang lebih mempertanyakan tentang restu dari Ibu soal keputusan  kenaikan cukai saat itu.

Ibu Sri, apa yang sebenarnya Ibu mau lakukan dengan rencana kenaikan cukai rokok tahun 2022? Apakah ibu bermaksud menyejahterahkan beberapa elemen masyarakat yang menggantungkan harapan kepada industri hasil tembakau dan dengan kenaikan cukai mereka akan lebih bahagia tahun depan? Tidak, Bu. Anda sudah belajar dari tahun sebelumnya. Sejahtera seperti apa yang Ibu lihat dan masyarakat tembakau rasakan? Tidak ada, Bu.

Jangan pakai kata-kata manis seperti; syukuri apa yang ada. Hidup adalah proses. Sedikit yang penting halal dan lain sebagainya. Yang sejahtera cuma pemerintah, Bu. Bukan rakyat dan pelaku industri hasil tembakaunya. Ga usah ngeyel, Bu, banyak buktinya di lapangan kalau Ibu mau menjahit dari hulu ke hilir.

Ibu Sri, sekuat apa sih sebenarnya bisikan dan titipan orang-orang yang berkepentingan busuk terhadap industri hasil tembakau ini supaya cukai naik terus dan mereka mendapatkan keuntungan sepihak? Berapa lama lagi rakyat harus memberi makan negara agar pemerintahan tetap hidup?

Jargon dari pimpinan tertinggi Ibu Sri yang berbunyi “kerja, kerja, kerja.” untuk rakyat itu rasanya beriringan dengan “cuan, cuan, cuan” untuk pemerintah. Sesak sekali dada ini rasanya kalau saya membayangkan berapa lama rakyat akan terus digerus oleh pemerintah seperti ini. Ini lagi pandemi, Bu. Saya tidak bermaksud manja dan lembek dengan keadaan ini, tapi masa tidak ada sedikitpun kepedulian Ibu terhadap dampak kenaikan cukai? Sedikit pun?

Ibu Sri, saya pernah bilang kalau di era Esbeye saya sebenarnya sempat mengidolakan Ibu lebih dari para netijen mengidolakan Anya Geraldine atau Wika Salim. Buat saya, Ibu adalah seorang menteri yang keren. Banyak laki-laki akan jatuh cinta kepada Ibu.

Dan saat itu, Ibu pergi ke luar negeri meninggalkan jabatan yang ada di Indonesia untuk posisi yang tidak kalah mentereng juga. Saya makin kagum melihatnya.

Tapi, sekembalinya ibu dari luar negeri, kok malah jadi “menyebalkan” gini, Bu? Saya masih bertanya-tanya sampai sekarang, se-badai apa orang-orang pemerintahan di sekitar Ibu saat ini, yang terus menggiring Ibu untuk menaikkan cukai tahun depan?

Saya kecewa sekali, Bu. Lama-lama ibu bisa seperti orang-orang yang kebanyakan drama. Ibu ingat kata-kata Ibu awal tahun lalu tentang pemerintah yang berbaik hati tidak menaikkan cukai SKT karena memikirkan nasib rakyat di industri tembakau? Sekarang sudah tidak berguna lagi rasanya. Cukai tetap dipaksa naik tahun depan di kondisi seperti sekarang.

Ibu Sri, apakah Ibu tahu kalau dengan naiknya cukai tahun depan maka akan ada “tarif” baru yang otomatis muncul di level akar rumput?. Saya sudah mengingatkan Ibu soal ini bulan desember yang lalu.

Saya dan beberapa orang yang sedang memperbaiki keuangan pribadi yang carut marut setahun belakangan akan kembali memutar otak untuk menata keuangan di tahun depan karena munculnya kenaikan harga, dampak dari kenaikan cukai.

Ibu Sri, akan banyak orang yang tidak seberuntung influencer dan buzzer media sosial dalam hal bertahan hidup di negara dengan pemerintahan “ngehek” seperti ini. Saya tidak tahu nasib mereka akan seperti apa, bisa bertahan atau malah melakukan hal-hal di luar nalar karena terdesak. Belum lagi dengan keputusan yang Ibu ambil, banyak buruh yang tahun 2021 masih selamat akan was-was menanti surat phk dari pabrik rokok tempat mereka bekerja, petani yang sudah tidak punya harapan besar menjual tembakau berkualitas karena daya serap pabrik rokok yang menurun, perusahaan rokok kretek kecil di beberapa daerah yang pertengahan tahun ini sudah harus rapat besar untuk mengambil keputusan mau tutup atau tetap bertahan. Ibu sudah menghitung berapa ratus ribu orang atau bahkan jutaan orang yang terlibat di hulu-hilir industri hasil tembakau akan kena dampak kenaikan cukai? Tidak sedikit, Bu.

Ibu Sri, mendadak saya ingin menjadi seorang aktivis dan menginisiasi sebuah gerakan besar yang terdiri dari petani, buruh, konsumen rokok dan simpatisan  menuju Jakarta untuk memprotes rencana kenaikan cukai.

Dan karena saya masih menyisakan kekaguman kepada Ibu, ingin sekali saya minta Ibu lebih baik mengundurkan diri saja, menikmati hidup sebagai seorang Ibu rumah tangga, membangun sebuah perusahaan kecil nan bahagia daripada harus berurusan dengan pemerintah dan orang-orang di belakangnya yang punya banyak mau. Biar Ibu menonton pemerintahan kita ini dari rumah saja.

Kalau Ibu tidak sengaja membaca tulisan ini maka mohon dimaklumi betapa belepotannya kalimat yang saya tuliskan untuk Ibu. Saya menulis ini karena kesal sekali dengan Ibu. Masih banyak kekesalan dan amarah orang lain yang akan terus Ibu lihat beberapa bulan kedepan, sebagian besar kemarahan itu muncul dari orang-orang yang terkena dampak dan sudah saya sebutkan di atas.

Ibu, kalau memang sudah tidak kuat, tinggalkan saja kementerian keuangan. Bikin usaha rumahan, jualan ayam geprek sambal matah secara online, atau membuka sebuah warung kopi sederhana sekaligus warung makan berisi lauk-pauk murah meriah. 

Saya bisa masak, Bu. Saya mau bantu usaha rumahan Ibu Sri dengan sepenuh hati, menemani masa adaptasi Ibu sebagai rakyat biasa yang berjualan makanan dengan harga terjangkau dan produknya pun berkualitas. Banyak masyarakat akan senang sekali datang ke warung Ibu Sri setiap hari.