Pabrikan

Fakta tentang Rokok dan Perempuan yang Jarang Kamu Ketahui

Rokok tidak memiliki gender. Produk ini sah dan legal untuk dihisap di berbagai golongan kelas manapun. Tidak ada pengkotak-kotakan juga gender tertentu mana yang boleh menghisapnya. Namun, satu hal yang pasti bahwa rokok bukan barang konsumsi bagi mereka yang belum berusia 18 tahun ke atas.

Entah saya tak begitu mengerti sejak kapan rokok diidentikkan dengan kaum pria. Seolah-olah jadi barang yang dianggap menambah sisi maskulinitas seseorang. Bahkan di tingkat yang ekstrim rokok dianggap sebagai barang yang cowok banget. Hanya pria tangguh yang boleh menghisapnya, tidak boleh orang lain.

Persepsi ini tentu salah dan mari kita coba meluruskan hal ini. Saat ini kemajuan kesetaraan gender sedang tumbuh meski saya belum bilang mencapai titik sempurna yang diinginkan oleh banyak pihak. Tapi pemandangan itu sudah mulai menunjukkan titik terang. Perempuan mulai tampil di ruang publik dan kesadaran gender sudah mulai ada di tiap individu.

Oke memang masih harus butuh waktu yang panjang namun titik cerah itu ada. Andai kalian berjalan ke cafe atau tempat publik lainnya. Sudah mulai banyak perempuan di sana berdiskusi dan ngobrol dengan teman sejawatnya. Di antara mereka juga ada yang bisa melakukan aktivitas merokok.
Pemandangan yang sangat berwarna mengingat ada saat di mana perempuan hanya bisa berada di rumah. Di sisi lain sebenarnya ada ikatan yang cukup kuat antara perempuan dan rokok. Mari kita refleksikan dulu dengan catatan sejarah di nusantara.

Konon, Roro Mendut adalah seorang perokok. Ia juga punya keahlian dalam melinting tembakau dan membungkusnya dengan kulit jagung. Ada yang menyebut bahwa klobot adalah produk warisan dari temuan Roro Mendut. Tentu teman-teman sejarawan yang nanti akan menemukan faktanya walau kisah soal ini sudah turun-temurun ke tiap generasi di negeri ini.

Roro Mendut menolak cinta seorang Tumenggung Wiraguna, panglima perang Sultan Agung dari Kerajaan Mataram yang kala itu berkuasa. Roro Mendut tak menerima pinangannya. Bahkan secara terang-terangan menolak dan menjatuhkan pilihan pada pria lain yang sudah lama dia suka sejak lama.
Tentu penolakan itu tak diterima oleh Tumenggung Wiraguna. Dia lantas mewajibkan Roro Mendut membayar pajak kepada Kerajaan Mataram. Untuk mendapatkan uang, Roro Mendut pun mengumpulkan uang dengan berjualan rokok lintingan yang direkatkan dengan jilatan air ludahnya sendiri.

Ada kisah lain dari seseorang bernama Lola Montez. Dia adalah wanita Amerika kelahiran Irlandia. Mengutip dari historia.id, Lola Montez melakukan suatu hal pada 1851 yang dikenang hingga abad-abad selanjutnya sampai saat ini.
Di sebuah studio di Boston, Amerika Serikat. Lola Montez diambil gambarnya sedang asyik merokok, menggunakan sarung tangan hitam. Foto ini kemudian dianggap sebagai simbol perlawanan dan emansipasi perempuan.

Pasalnya stigma terhadap perokok perempuan sudah berlangsung lama salah satunya di Ameria Serikat. New York adalah kota yang ketat memberlakukan aturan terhadap perempuan yang merokok. Aturan itu bernama Sullivan Act dan pada 1908 seorang perempuan di sana ditangkap karena menghisap rokok di depan umum.

Sullivan Act sebenarnya adalah aturan yang lebih banyak mengatur tentang senjata api. Mengingat New York saat itu dipenuhi oleh mafia-mafia yang berkuasa dan banyak korban yang berjatuhan. Tapi ada pasal-pasal yang mengatur tentang larangan merokok untuk perempuan.

Fakta lainnya adalah sebenarnya rokok adalah produk yang diperuntukkan untuk kalangan perempuan. Pada era 1920-an di Amerika Serikat, Industri rokok memulai kampanye yang ditujukan untuk wanita,. Strategi iklan ini menjadi lebih agresif seiring berjalannya waktu dan pemasaran secara umum menjadi lebih menonjol.

Adalah Virginia Slims merek rokok khusus wanita pertama dan terpopuler. Philip Morris meluncurkan merek tersebut pada tahun 1968 di puncak gerakan pembebasan perempuan. Philip Morris menggambarkan wanita yang cerdas, mandiri, berdaya, kurus dan menyiratkan bahwa merokok adalah bagian dari kehidupan wanita sehat ini.
Allan M. Brandt dalam bukunya berjudul “Cigarrete Century: the Rise, Fall and Deadly Persistence of The Product that Defined America” menjelaskan secara detail model rokok khusus wanita tersebut. Bentuk rokoknya lebih panjang, lebih ramping, dan secara keseluruhan terlihat lebih elegan dan feminin.

Itulah beberapa fakta dari perempuan dan rokok yang mungkin ada beberapa orang yang belum mengetahui. Punya kisah yang panjang dan cerita yang menarik di tiap jaman. Pada akhirnya kita harus tetap kembali pada kata di paragraf pertama dan semua produk rokok apapun memang sah-sah saja untuk dinikmati teman-teman perempuan.