Mazhab rokok kretek ada banyak. Kamu suka yang mana?
Salah satu nikmatnya rokok kretek adalah rasanya mantap saat dihisap dalam-dalam. Masuk ke mulut diterima alat perasa lalu keluar dihirup indra pencium dalam-dalam dan pelan pelan kemudian dikeluarkan. Disinilah kenikmatan rasa diperoleh dalam sebatang rokok setelah di sulut.
Ternyata kenikmatan rasa yang diperoleh berbeda-beda. Beda merek rokok beda pula rasa yang diperoleh. Tak heran ada orang yang fanatik pada merek tertentu (tak bisa menikmati merek lain), tapi ada juga orang yang bisa menikmati semua merek, tetapi tetap saja ada merek merek rokok tertentu menjadi idolanya.
Soal rasa membuat nikmat tergantung selera masing-masing individu, tidak bisa dipaksakan tergantung selera. Terkadang orang bilang rokok merek “a” enak dan nikmat, belum tentu kita punya pendapat sama.
Rasa yang tertinggal setelah proses penyebaran sangat tipis di dinding anggota perasa pada mulut. Sedikit pahit, sedikit pedas, sedikit manis ada juga sedikit gurih. Semuanya tergantung hasil produksi yang sebelumnya telah ditentukan oleh pabrikan rokok.
Nah, masalah rasa ini sebetulnya inovasi industri. Kekinian bermacam-macam varian. Ada mentol, madu hitam, kopi, rempah-rempah dan lain sebagainya. Akan tetapi dasar utama rasa yang bikin nikmat adalah sedikit pahit dan pedas. Kemudian berkembang ada sedikit manis, sedikit gurih. Ada pula pabrikan yang mengkombinasikan antara manis dan gurih.
Kali pertama sekitar abad 19, kretek yang ditemukan H. Jamhari dari desa Langgardalem Kudus hanya tembakau dan cengkeh kemudian dibalut memakai daun jagung, populer dengan sebutan “rokok klobot”. Selain untuk obat alternatif, kenikmatannya ada pada rasa pahit dan sedikit pedas (tipis).
Namun sebelumnya di daerah pegunungan terlebih daerah selatan Jawa Tengah seperti Kabupaten Wonosobo, Temanggung , Magelang dan kota lainnya, masyarakat sudah punya tradisi melinting tembakau dicampur dengan sedikit bahan menyan. Aromanya wangi, mantap saat di hisap dan untuk mengusir hawa dingin di badan. Populer dengan sebutan “rokok klembak menyan”. Kemudian rokok klembak menyan ini diproduksi massal pabrikan di Magelang sekitar abad 20.
Di awal abad 20 ini rokok kretek temuan H. Jamhari juga diproduksi massal oleh orang lain karena banyak permintaan. Sedangkan sang maestronya (H. Jamhari) saat itu baru sibuk berjuang melawan penjajah.
Disaat kretek di produksi massal, terjadi revolusi industri menggunakan bantuan alat. Tetapi alat tersebut masih tergolong tradisional. Memakai alat sederhana berbahan kayu,kertas/plastik dan pemberat berupa batu yang didesain sedemikian rupa hingga bisa memproduksi rokok kretek tetap berbentuk konus (ujung hisap lebih kecil dari pada ujung bakar) seperti halnya bentuk hasil lintingan tangan. Alat ini biasa orang menyebutnya “penggiling”, karena berfungsi menyatukan tembakau dan cengkeh dengan pembungkusnya. Alat ini sifatnya membantu, jadi pengerjaannya tetap tergantung tangan manusia.
Disinilah mulai bergeser pembungkusnya memakai kertas khusus yang dinamakan “papier” ,dulunya pembungkus memakai kulit jagung yang sudah disetrika menjadi halus dan lembut.
Soal rasa pun demikian, terjadi inovasi. Awalnya hanya pahit dan sedikit pedas, ditambah bahan manis dan gurih. Bahan manis dan gurih tidak serta merta dibubuhi bahan pemanis atau bahan penggurih. Bahannya dibuat melalui proses dari bahan alami seperti kayu manis dan bahan alami lainnya. Sesuai hasil eksperimen sang produksi.
Proses pembuatannya sangat panjang. Bahan alami tersebut (sesuai selera ) dibersihkan, dijadikan satu dalam bejana atau tempat yang terbuat dari tanah liat, dicampur dengan air kemudian dibakar hingga mendidih. Barulah airnya disemprotkan ke tembakau yang akan digiling/diproduksi.
Setelah disemprotkan ke tembakau tidak langsung diproduksi, harus di diamkan untuk beberapa jam dan ditutup rapat hingga sekira aroma menyatu dengan tembakau. Setelah selesai penyatuan aroma barulah diproduksi/digiling menjadi batangan rokok.
Bicara soal rokok herbal yang sekarang baru marak, sebetulnya munculnya rokok kretek kali pertama ya herbal. Karena memang bahan baku rokok kretek dari tumbuhan alam dan proses pembuatannya tradisional. Kalau sekarang pembuatan rokok kretek tidak demikian, itu karena terjadi perkembangan teknologi menghasilkan aroma yang praktis, efektif dan efisien.
Aroma atau rasa tiap merek/produk rokok memang beda-beda. Akan tetapi ada hal yang sangat prinsip yang membedakan. Karakteristik produk rokok Jawa Tengah dan DIY cenderung manis dan rerata berkiblat produk rokok asal Kudus. Karakteristik daerah Jawa Timur cenderung gurih, biasanya berkiblat produk rokok Kabupaten Kediri. Kemudian muncul karakter rokok hasil perpaduan manis dan gurih di daerah Malang, Pasuruan, Madura dan sekitarnya.
Inilah yang biasanya menjadi kiblat para produsen rokok. Kalau mau karakter Kudusan yang menonjol agak manis. Kalau mau produksi gurih, memakai ramuan Kediri an, kalau mau perpaduan dua-duanya maka memakai karakter Malangan.
Semua karakter-karakter rokok, tergantung selera dan sasaran konsumennya. Tentunya, dalam proses penentuan karakter tidak serta merta, butuh proses minimal riset dan uji coba konsumen. ini bukan hal yang mudah, membutuhkan waktu dan pemikiran.
Memang, dalam perkembangannya karakter rokok agak sulit ditentukan karena terus terjadi inovasi aroma dan rasa. Sampai saat ini, sudah banyak hasil inovasi aroma buah-buahan dan aroma dari bahan lain. Akan tetapi dasar utama tiga karakter rokok di atas sebagai acuan semua pabrikan rokok dalam menentukan hasil produksinya.