rokok membantu tni
PabrikanREVIEW

Bagaimana Rokok Membantu Tentara Siaga Ketika Perang?

Rokok membantu tentara tetap siaga menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.


Rokok merupakan salah satu benda yang melekat pada seseorang utamanya ketika merasa dalam keadaan tertekan. Suasana perang adalah salah satu penyebab orang merasa tertekan. Merujuk pada catatan David M. Burns, angka perokok aktif pria menunjukkan kenaikan yang signifikan sejak dimulainya Perang Dunia I. Sedangkan ketika Perang Dunia II meletus, justru jumlah perokok perempuan yang meningkat.

Tentu penurunan jumlah perokok pria pada PD II dapat dimengerti. Sebab, salah satu peserta PDII, yaitu Jerman telah menekan angka perokok. Adolf Hitler bersamaan dengan NAZI –partai penguasa Jerman, telah gencar mengkampanyekan gagasan anti rokok sejak tahun 1930an. Pada masa NAZI berkuasa di jerman merupakan salah satu gerakan anti rokok paling kuat di dunia. 

Padahal rokok juga mempunyai peran dalam masa perang. Ketika malam natal tahun 1914, Jerman berhenti menembaki musuh mereka. Malam natal itu kemudian dikenang sebagai sejarah perdamaian “tak sengaja”. Tentara Jerman menginisiasi gencatan senjata itu dan mulai bertukar rokok dengan tentara Perancis dan Skotlandia. Hitler –yang kelak menjadi penguasa Jerman, melihat fenomena gencatan senjata yang dilakukan oleh tentara Jerman penuh dengan kemarahan. Saat itu Hitler masih aktif menjadi prajurti dengan pangkat kopral. Malam natal ketika PD I ini kemudian juga di-film-kan dengan judul Joyeux Noël.

Memasuki Perang Dunia II, Hitler bersama NAZI berkampanye anti-rokok. Akibatnya, prajurit-prajurit ultra-nasionalis Jerman yang sangat mengagumi Hitler banyak yang tidak merokok. Berbeda dengan tentara sekutu. Dalam film-film yang diadopsi dari kisah nyata PD II, banyak tentara-tentara sekutu menyimpan rokok di saku mereka. 

Film yang berjudul Saving Private Ryan merupakan film yang paling ikonik. Dalam salah satu adegan, digambarkan Kopral Timothy E Upham sedang menggigil. Ia ketakutan dan menggigil karena melihat salah satu kawannya mati. Lalu Kopral Upham mengambil rokok yang tersimpan di saku temannya yang tewas. Menariknya, dalam film itu, Kopral Upham digambarkan sebagai orang yang anti rokok. Tetapi dalam kondisi tertekan dan ketakutan, ia akhirnya merokok untuk menenangkan diri.

Berbeda dengan tentara Uni Soviet. Dalam film yang berjudul Enemy at the Gates, prajurit sukarelawan Rusia Bernama Vasily Zaytsev selalu menghadiri pesta teh yang diadakan oleh prajurit setelah berhasil mengalahkan Jerman di setiap pertempuran. Pada satu adegan, Vasili tengah bercengkrama dengan orang yang ia suka –yang kelak menjadi kekasihnya, Tania.

tni menanam tembakau

“Setiap minuman teh dan rokok selalu menjadi perayaan kecil. Sebab bagi kebanyakan dari kami, ini mungkin malam terakhir. Itu yang harus kau terima di sini. Semua orang mempunyai saatnya sendiri,” kata Zaytsev menatap mata Tania.

Dalam kedua film tersebut, tentara yang sedang bersengketa dengan tentara Jerman selalu membawa rokok. Dalam bahasa simbolik, mungkin sutradara kedua film itu sengaja memasukkan rokok untuk menyampaikan sebuah pesan bahwa mereka berseberangan dengan kampanye Hitler yang anti rokok.

Setelah Perang Dunia II usai, dimulailah sebuah perang baru, tetapi tidak kontak senjata. Perang ini dikenal sebagai istilah Perang Dingin. Uni Soviet dan Amerika Serikat menjadi aktor utama dalam sengketa ideologis yang berdampak pada kehidupan di seluruh dunia. Merujuk pada John Lewis Gaddis dalam Intelligence, Espionage, and Cold War Origins (1989), perang dingin juga turut memajukan teknologi termasuk di dalam bidang intelijen. Intelijen sangat berperan dalam kecamuk perang dingin. Untuk menunjang kinerja intelijen dalam mencari informasi, baik Amerika Serikat dan Uni Soviet sama-sama mengembangkan inovasi spionase.

Salah satu alat yang digunakan adalah spionase bungkus rokok. Dalam pameran yang diadakan di Beverly Hills, California, Amerika Serikat pada 8 Februari 2021, salah satu alat yang digunakan oleh agen Rusia adalah kamera digital yang dikemas dengan bungkus rokok merk Marlboro.

Rokok sudah dekat dengan identitas militer, bukan hanya di suatu daerah tertentu, tetapi juga menjadi salah satu aktor dalam berjalannya suatu perang. Sejak PD I hingga perang dingin. Dalam beberapa kesempatan perang, rokok diasosiasikan dengan suatu perayaan, sebuah penangkal takut, bahkan menjadi alat intelijen. Rokok menjadi bukti bahwa identitas manusia secara inheren sudah melekat erat dengan rokok, bahkan dalam keadaan genting sekalipun.