logo boleh merokok putih 2

Mempersiapkan Diri Menyambut Hari Tanpa Tembakau Sedunia

hari tanpa tembakau sedunia

Mari kita sambut hari tanpa tembakau sedunia dengan khidmat, hormat dan nyebat!


Halo para ahli hisap di seluruh Indonesia, apa kabar? Bagaimana minggu pertama bulan Januari ini? Sudah menemukan resolusi atau hal baru yang menarik bagi kalian? Ada hal menyebalkan apalagi selain harga rokok naik dan beberapa tempat tongkrong kalian tutup karena tidak kuat menghadapi gelombang PPKM selama tahun 2021?

Apapaun yang kalian alami di awal tahun serta apapun harapan yang kalian inginkan di tahun ini semoga semuanya baik dan berguna. Sekadar mengingatkan, terutama kepada kalian ahli hisap, di tengah kebahagiaan kalian tahun ini, bulan Mei nanti akan ada Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS). Biasanya, beberapa bulan sebelum itu akan muncul narasi-narasi kebencian antirokok kepada para ahli hisap. Kalau yang sudah-sudah, mereka akan menggaungkan buruknya kesehatan seorang perokok dan bagaimana miskinnya kalian para ahli hisap akibat sering membeli rokok, ketidakmampuan kalian mengelola keuangan, mengesampingkan banyak hal prioritas akibat rokok layaknya orang yang sudah kecanduan, bahkan ada narasi jangan menikah dengan perokok karena pasti sudah rugi di bab kesehatan dan materi karena sering jajan rokok.

Belum lagi narasi yang akan muncul dari lembaga-lembaga antirokok bentukan pemerintah. Dengan segala upaya mereka akan membuat poster-poster cantik hasil dari tangan-tangan desainer grafis handal, para ahli di bidang mereka akan mengumpulkan beberapa data (usang) yang mungkin akan bermunculan di media sosial. Kalau sekarang era Tiktok, mereka mungkin akan membanjiri Tiktok dengan video-video bahaya merokok yang kalau dilihat sekilas tanpa mendapatkan pembanding sudah seperti berita keganasan Malaria, Ebola atau bahkan Covid.

Secara serentak, para lembaga itu akan bekerjasama membuat ide-ide kreatif yang menarik dan provokatif. Yang mungkin sejak awal tahun ini sudah mereka rencanakan atau bahkan sudah ada agenda rapatnya. Segala alasan kesehatan akan mereka siapkan, merevisi narasi dan bahan lama yang berujung ketidaksuksesan di kampanye tahun lalu. Lalu, mereka akan membaca dinamika isu tembakau dengan baik. Seperti sekarang, saya atau sebagian dari kalian sedang dibuat berpikir bagaimana mengatur keuangan akibat kenaikan harga cukai rokok yang sudah tentu akan mempengaruhi harga jual rokok di lapangan. Bagi mereka, situasi lapangan yang dihadapi oleh para ahli hisap ini adalah momen yang tepat untuk relaksasi sembari berpikir rencana kampanye sepanjang tahun 2021 yang di dalamnya sudah wajib dan harus ada kampanye Hari Tanpa Tembakau Sedunia.

Saya sedang tidak “insecure” membayangkan hari itu tiba, hanya saja, hampir setiap tahun saya selalu melihat bagaimana orang-orang yang disebut sebagai antirokok ini getol sekali menyuarakan segala berita negatif dari rokok. Bahkan seingat saya, di sekitar tahun 2015-2016 saya sempat menonton video dokumenter mengenai anak kecil yang “dipaksa” bekerja sebagai pemetik daun tembakau di temanggung. 

Video itu hampir saya lihat setiap hari di masa-masa kampanye Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Saya perokok yang masih beradab dan punya akal. Saya geram menonton video itu, keterlaluan kalau anak kecil disuruh orang tuanya untuk memetik daun tembakau di ladang selama masa panen bahkan sampai meninggalkan sekolahnya. Berbakti sih oke, tapi kok keterlaluan. Saya akhirnya cuek saja setiap kali melihat akun twitter seperti @komunitaskretek atau mereka yang aktif membela isu IHT (Industri Hasil Tembakau), saya seperti kehilangan simpati kepada mereka. Video itu bahkan sudah tayang di beberapa stasiun tv luar negeri di beberapa negara.

Tapi sayang, beberapa bulan kemudian, ada video “serangan balik” dari orang-orang yang aktif membela isu kretek. Video itu mendokumentasikan wawancara dengan narasumber dari video ”Hazardous Child Labor on Indonesian Tobacco Farms”. Isinya, tidak lain dan tidak bukan adalah cerita mengenai kebohongan di balik video dokumenter bikinan Human Right Watch tadi.

Video tandingan ini diberi judul “Tabayyun” dan ditayangkan di channel Narasi Indonesia. Sontak saya kaget melihat apa yang sebenarnya terjadi di balik pembuatan film dokumenter Human Right Watch tadi.

Setelah kejadian itu jujur saja saya sangat berhati-hati membaca semua narasi antirokok serta memakan mentah-mentah isu yang mereka gaungkan. Saya tidak antipati spenuhnya, saya percaya, ada orang yang terlibat di antirokok yang sebenarnya sifatnya baik, punya tata krama baik serta mampu bertutur kata yang baik pula. Mungkin saat ini sebagian dari mereka juga memilih untuk tidak aktif lagi sebagai antirokok karena beberapa alasan. Saya malah berharap, mereka yang baik-baik seperti itu bisa bertemu saya suatu saat dan bisa bicara panjang lebar mengenai dinamika kampanye selama dia aktif ikut di dalam lembaga antirokok.

Sampai hari ini, saya kadang geli melihat narasi mereka yang kadang muncul di momen tertentu seperti saat Sri Mulyani ketok palu untuk menaikkan cukai rokok tahun 2022. Mereka beranggapan keputusan itu sudah sangat tepat dan baik demi kemajuan untuk bangsa ini. Bangsa yang mana saja?. Memangnya kalau merokok akan mengalami kemunduran karena bangsanya bodoh akibat efek nikotin dalam tembakau apa bagaimana?

Saya sih tidak masalah mereka membuat kampanye menggelikan, toh, yang menilai sepenuhnya adalah masyarakat. Tinggal berharap saja masyarakat Indonesia mampu memahami dengan cermat semua persoalan yang diolah menjadi narasi dan grafis oleh antirokok agar tidak ada lagi diskriminasi kepada para ahli hisap baik laki-laki atau perempuan.

Saya, kalian para ahli hisap tentu ingin menikmati aktivitas nyebat dengan tenang dan tentu taat aturan. Selama aturan itu tidak dibuat-buat dan para ahli hisap tidak terus mendapatkan perlakuan tidak baik atau semakin didiskriminasi.Semoga.

Ya, Sudah. Selamat menikmati tahun 2022 dengan bahagia. Saran saya, kalau bulan Mei tiba, kalau kalian malas membaca perang narasi mengenai tembakau, untuk sementara hindari saja kegiatan bermedia sosial. Kalaupun tidak bisa, kalian jangan cepat terpancing, panas, lalu marah-marah tidak karuan. Seperti video dari Narasi Indonesia tadi, semua harus “Tabayyun”. Antirokok tidak sepenuhnya benar, tapi pro tembakau juga tidak seratus persen salah. Sama seperti Djarum 76 Madu Hitam tidak seratus persen enak dan disukai bagi mereka yang tidak beraliran Kudus-an, tapi bukan berarti ahli hisap aliran Jawa Timur-an tidak suka kepada Madu Hitam. Sekian.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Khoirul Siregar

Khoirul Siregar

Lelaki yang Mencintai Banyak Hal