logo boleh merokok putih 2

Perjuangan Menjaga Tembakau Terus Ada dan Menggelora

diskusi tembakau

Pertemuan di sore itu seolah-olah mengisi ulang energi kami, dan memberi kabar baik bahwa kami tak sendirian dalam memperjuangan tembakau sebagai komoditas strategis dan tradisi yang tetap perlu dipertahankan serta dilestarikan.

Mulanya, kami diajak untuk ikut menghadiri diskusi rutinan yang diagendakan oleh teman-teman pecinta tembakau yang berdomisili di Depok. Ajakan ini cukup mengejutkan kami, mengingat kota tersebut belakangan ini dikuasai oleh kelompok antirokok dan bahkan penguasanya juga sering mengeluarkan kebijakan yang tidak berpihak pada tembakau. Peraturan daerah kawasan tanpa rokok adalah salah satunya.

Tentu tanpa berpikir panjang kami langsung mengiyakan untuk menghadiri ajakan tersebut. Apalagi diskusi tematik yang diagendakan teman-teman pecinta tembakau sungguh menarik yaitu mengulas kitab legendaris karya Wanda Hamilton berjudul “Nicotine War”. Buku yang sudah lama terbit namun isinya tetap relevan untuk dibaca hingga saat ini. Buku terkait tembakau yang pertama kali kami baca saat awal ikut menggeluti perjuangan ini.

Berbagai kebijakan pemerintah Indonesia yang eksesif terkait tembakau patut disadari adalah bagian dari fenomena global terkait perang nikotin yang digencarkan oleh industri farmasi besar dunia. Industri-industri bercorak kapitalistik ini sadar bahwa tembakau adalah komoditas besar di dunia ketiga yang harus mereka rebut untuk keuntungan yang semakin memperbesar akumulasi kapital mereka.

“ini bukan konspirasi” tutur salah satu teman di acara diskusi tersebut. Kerakusan industri farmasi itu nyata dalam agendanya merebut tembakau untuk kebutuhan bisnis kesehatan mereka. Suatu saat publik akan diatur dalam hal penggunaan tembakau sesuai keinginan mereka. Dimulai dari permen tembakau dan obat-obatan yang nantinya akan berbahan dasar tembakau. Agenda jahat tersebut dimulai dari kebijakan di berbagai negara terkait pengendalian tembakau, hegemoni bahwa merokok adalah masyarakat sakit yang perlu disembuhkan, hingga konsumsi tembakau yang akan beralih sesuai kepentingan mereka.

Kebijakan terkait pengendalian tembakau sudah nyata tampak di depan mata. Hegemoni bahwa perokok adalah masyarakat yang sakit juga sudah merebak, dimulai dari propaganda-propaganda Kesehatan, hingga sanksi sosial yang diterapkan di berbagai daerah. Jika hanya berdiam diri saja, hal-hal yang tidak kita inginkan akan terjadi bukan?

perjuangan menjaga tembakau

Indonesia dan banyak negara lainnya memang punya tradisi panjang terkait konsumsi tembakau dengan cara dilinting dan dihisap. Bahkan heritage berupa kretek juga jadi kebangaan nusantara di mata internasional. Terbukti kretek mampu menjadi budaya dan juga menjadi komoditas ekonomi yang memberikan penghidupan pada masyarakat banyak. Hari ini, Tingwe adalah tren yang unik karena hadir bukan karena pasar yang diciptakan oleh industri, tapi sebagai perlawanan dari kebijakan kenaikan tarif cukai rokok yang makin meninggi di setiap tahunnya.

Kami berharap silaturahmi dan proses berbagi ilmu dan gagasan terkait tembakau tidak hanya berhenti di sore itu. Kami berharap juga bahwa kepedulian terhadap tembakau juga semakin bermunculan di banyak tempat hingga suatu saat kita bersama dapat menjadi kabar baik bagi petani tembakau, buruh linting, dan masyarakat yang selama ini mendapatkan penghidupan dari tembakau bisa tetap hidup Makmur. Solidaritas ini juga bisa menjadi tanda awas bagi pemerintah agar tidak sewenang-wenang dalam membuat kebijakan terkait tembakau. Tumbuh dan Berkembanglah!

Terima kasih untuk teman-teman @emashijau.tembakau, @sepedatanahmati, @sebatmen, @populus.tobacco, @ruang.kretek, @rakabbis atas jamuan serta obrolan yang hangat di sore itu. 

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Indi Hikami

Indi Hikami

Seorang lelaki yang tak pernah merasa kesepian