logo boleh merokok putih 2

Rokok yang Digemari Kiai NU

rokok kiai nu

Rokok apa saja yang digemari kiai NU?

Di kalangan warga nahdliyin, rokok menjadi bagian penting dalam melaksanakan berbagai hal. Bahkan, rokok menjadi bagian amaliyah warga nahdliyin itu sendiri. Di kampung-kampung, misalnya, masih banyak ditemui gelas-gelas berisi batang-batang rokok. 

NU, dalam hal ini PBNU, bahkan pernah memiliki pabrik rokok PT Bintang Bola Dunia. Pabrik ini pada 15 Desember 2002 menelurkan satu produk rokok kebanggaan NU bermerek Tali Jagad

Dalam konteks hukum Islam, NU dari dulu hingga sekarang menganggap status rokok tetap sama, boleh. Mubah dalam bahawa hukum Islam. Konsistensi para masyayikh NU ini dirumuskan secara akademis dan ilmiah sejak abad ke-19 melalui kitab yang fenomenal Tadzkiratul Ikhwan fi Bayani al-Qahwah wa ad-Dukhan. Kitab ini ditulis oleh KH. Ahmad Dahlan al-Termasi. Selanjutnya, karya ini diadaptasi oleh murid beliau, KH. Ihsan Jampes Kediri berjudul Irsyadul Ikhwan li Bayani Syurbil Qahwa wa ad-Dukhan.

NU dan rokok memang begitu dekat. Kita bisa dengan mudah mendapati para kiai di pondok pesantren menikmati rokok sambil berkeliling mengawasi para santri. Kita bisa dengan mudah melihat para santri (yang umurnya sudah boleh merokok) berebut tegesan alias puntung rokok para kiai. Kita juga akan disuguhi pemandangan, bagaimana masyarakat yang sowan kepada para kiai kebanyakan membawa rokok sebagai buah tangan. 

Setiap kiai punya selera rokok yang berbeda. Ada yang menggemari cita rasa yang semerbak dengan isap yang berat. Ada juga yang sebaliknya. Berikut 4 merek rokok yang banyak digemari oleh kiai-kiai NU:

Djarum Super

djarum super

Siapa yang tidak kenal Djarum Super. Sebuah merek yang beberapa tahun lalu dijulidin Komnas Anak dan kroninya, sebab menggelar audisi badminton ini, menjadi merek kebanggaan para kiai, khususnya di Jawa Tengah.

Rokok dari Kudus ini sudah menjadi top mind di kalangan para santri sebagai rokok yang paling “pantes” dibawa. Jika mau sowan kiai, maka rokok yang kudu dibawa adalah Djarum Super. 

Selain karena cita rasa yang ditawarkan Djarum Super bukan kaleng-kaleng lagi, tentu saja ada alasan yang cukup rasional kenapa para kiai menggemari rokok ini. Alasannya, Djarum Super sejak dulu konsisten berkhidmat kepada negeri. Khususnya dalam bidang lingkungan melalui Djarum Bakti Lingkungan dan Djarum Bakti Pendidikan.

“Saya merokok Djarum Super, karena dengan mengisap rokok ini, saya juga turut membantu secara tidak langsung pendidikan dan penjagaan lingkungan hidup di Indonesia,” ujar salah satu kiai yang ketemu di salah satu warung kopi legendaris di bilangan Solo.

Surya Gudang Garam

gudang garam djaja

Nah, inilah rokok yang hampir setiap hari berada di antara jemari gus-gus dan para kiai Jawa Timur yang merokok. Sama halnya Djarum Super bagi kiai di Jawa Tengah, Gudang Garam adalah sebuah pride bagi mereka.

Saya pernah bertanya kepada salah satu gus yang abahnya akan saya sowani. “Mas, pantesnya saya bawakan apa?” tanya saya. Lantas Mas Gus yang baik ini menjawab, “Bawakan Surya 16 saja,” jawabnya.

Bagi Mas Gus, di Jawa Timur Surya 16 adalah rokok yang digemari para kiai. Rokok ini memang diproduksi di Jawa Timur dan telah berdampingan puluhan tahun dengan masyarakat, baik itu kiai maupun masyarakat biasa.

76 Madu Hitam

rokok 76 madu hitam

Merek terbaru Djarum ini memang hangat diperbincangkan banyak orang. Inovasi SKT yang berhasil ini juga menjadi semacam harapan besar bagi keberlangsungan rokok yang diproduksi oleh manusia ini. Betapa tidak, jika SKT berinovasi dan diterima masyarakat, artinya ada harapan SKT berjaya dan memberikan kepastian pekerjaan bagi para pelintingnya. Kecuali jika tiba-tiba negara hadir menyodorkan beragam peraturan yang tidak masuk akal dan perlahan membunuh SKT.

Kembali lagi, 76 Madu Hitam ini tidak hanya sukses berinovasi tetapi juga sukses memberikan rasa dinamis pada lidah para kiai. Rasa SKT yang khas ditambah aroma madu yang semerbak tentu saja menjadi keunggulan tersendiri.

Rokok ini semakin sering saya lihat di PBNU dan dinikmati para kiai. Alasannya simpel, menggunakan wewangian itu adalah sunah Nabi.

Merek Tingwe

rokok tingwe kiai

Ini sebenarnya bukan merek rokok. Tetapi nyatanya banyak para kiai NU yang menikmati rokok dari hasil racikannya sendiri maupun para santrinya. Dalam tingwe, para kiai ingin mengajarkan bagaimana laku tirakat itu dan ikhtiar itu menjadi satu kesatuan yang dinamis. 

Demikian merek rokok yang digemari kiai NU. Jika kamu ada yang lain, share di kolom komentar ya.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Ridwan Zain

Ridwan Zain

Putera Pati yang bercita-cita jadi petani