karakter rokok
Review Rokok

Rokok Itu Harus Berkarakter

Rokok itu harus punya karakter. Itu kenapa rokok kretek lahir di negara ini sebagai sebuah simbol, di banyak hal; pertemanan, persaudaraan, alat tukar sederhana, pelengkap perjalanan, pelengkap keseharian, taruhan bola sampai ke ritual adat yang tidak akan bisa diartikan sebagian orang sebagai sebuah keharusan. 

Bayangkan saja, bagaimana orang mencerna sebuah ritual pembangunan rumah atau bahkan jembatan harus menyiapkan ayam hitam, beberapa makanan kecil sampai sebatang atau sebungkus rokok kretek, baik rokok kretek filter maupun rokok kretek non filter. Atau anda pernah melihat ritual seperti itu dan ada yang menggunakan rokok putih atau mild? kalau ada dokumentasinya, silahkan bagikan di media sosial lalu tag akun Boleh Merokok, itu akan jadi hal langka yang sulit ditemui di berbagai daerah di Indonesia. Saya ingin tahu itu terjadi di daerah mana, apakah hal gaib di sana sudah melakukan penyesuaian dengan era saat ini sehingga kebiasaan merokok kretek berpindah menjadi rokok putih atau mild?

Kembali ke soal rokok itu harus punya karakter. Sebagian besar lidah para ahli hisap di Indonesia timur sudah menjadikan produk Gudang Garam seperti Garpit atau Surya 12-16 hingga Surya Pro Merah sebagai rokok dengan citarasa yang cocok untuk iklim Indonesia timur khususnya Sulawesi. 

Rokok dari pabrikan itu adalah rokok yang diakui banyak masyarakat Sulawesi cocok dinikmati setelah selesai makan ikan bakar, palumara, pisang goreng dengan sambal di pinggir pantai Talise, Kopi Bintang khas Palu, tinutuan, sop konro, bubur Manado, sopi anak rusa tradisional hingga cap tikus. Saya hampir 10 tahun menjadi warga Sulawesi, khususnya kota Palu. Jadi diam-diam saya melakukan riset abal-abal mengenai kebiasaan merokok warga di sana. Kalau dari deretan kuliner tadi, bisa anda bayangkan kekuatan citarasa produk Gudang Garam yang bisa menyatu dengan jenis makanan gurih, manis, pedas, pahit, kental hingga kuliner yang meninggalkan aftertaste pekat seperti coto makassar atau sopi anak rusa.

Lain Sulawesi, lain pula pulau Jawa. Produk Kudus nyaris merajai pasar rokok kretek di pulau ini, khususnya Jawa Tengah. Produk Kudus tidak hanya Djarum, ya. Banyak produk rokok lain yang juga ikut masuk ke dalam tongkrongan, kegiatan adat, pengajian, resto-resto mahal sampai karaoke dan club malam. Memang di tahun 2000 awal, sejak invasi pelajar daerah datang ke beberapa kota di pulau Jawa, kultur sebat mulai dibanjiri varian rokok dari berbagai daerah. Salah satunya kepopuleran rokok West yang datang dari Siantar, Sumatera Utara, walaupun tidak signifikan tapi mampu mengusik pasar Marlboro dan Lucky Strike bagi para ahli hisap yang mau menikmati rokok putih tapi berkantong cekak (seperti saya). 

Di era itu pula banyak rokok kretek berjuang masuk bertempur di pasar pulau Jawa khususnya Jawa Timur dan Jawa Tengah. “Mereka” masuk di keseharian masyarakat Jawa yang terbiasa mengkonsumsi Gudeg, oseng mercon, kupang lontong, rujak cingur, lotek, selat solo, soto kerbau, jajanan pasar seperti manuk nom, sampai miras sekelas ciu dan santoso pada masanya. Rasanya di awal era itu jarang sekali terlihat para penikmat kuliner tadi menyandingkan santapan dan minumannya dengan rokok putih atau mild.

Sama seperti pabrikan Gudang Garam, para “pendekar” rokok kretek yang berasal dari Kudus ini memproduksi rokok dengan citarasa yang tidak akan “goyah” dengan kekentalan kuah soto, pekatnya bumbu gudeg hingga nasi Padang atau kecut dan sepatnya ciu. Racikan tembakau cengkeh dari kudus mampu mengimbangi citarasa kuat yang ditimbulkan oleh jenis-jenis kuliner tadi hingga pas sekali dinikmati selesai santap maupun menjadi pendamping di sela menikmati sajian kuliner, wedang ronde atau es dawet misalnya. Pabrikan besar kudus seperti Sukun, Djarum hingga Nojorono seperti menakar dengan baik racikan rokok kretek mereka agar tidak merusak indera perasa konsumen sehabis mereka menikmati kuliner sekaligus melengkapi aftertaste kuliner dengan sangat baik. 

rokok produk djarum

Tanpa bermaksud menjatuhkan martabat para ahli hisap rokok putih, coba bandingkan saja kalau kalian makan bakso atau soto lalu ditutup dengan merokok putihan. Selang beberapa hari setelahnya, coba lakukan hal yang sama tapi kali ini sandingkan menu bakso kalian dengan penutup menghisap rokok kretek. 

Coba dirasakan, apakah masih terasa aroma kuah bakso dan dagingnya? apakah lidah kalian yang kepedesan menemui sebuah kenikmatan setelah merokok, dan rokok apa yang paling cocok? putihan atau kretek?. Setelahnya, kalau kalian minum es jeruk sebagai ritual akhir makan bakso, apakah rokok yang kalian hisap masih bisa memunculkan karakternya dengan baik? aroma cengkeh, tembakau hingga wangi asap bakarannya yang seperti muncul sebagai pelengkap kenikmatan dari bakso yang kalian nikmati. 

Kalau ada orang yang mengatakan sehabis makan nasi padang itu enaknya merokok Surya atau Samsu, mungkin ada benarnya. Kalau ada orang bilang, sehabis menyeruput kopi Bajawa itu paling enak menghisap Surya Pro Merah, bisa jadi memang indera perasanya berfungsi sangat baik dan punya penilaian yang bagus. Dan kalau ada orang yang berkata menikmati pisang goreng dan teh nasgitel itu akan terasa lebih nikmat dengan menghisap Diplomat atau Djarum 76, mungkin caranya menikmati hidup bisa dilakukan dengan sangat sederhana dan tidak neko-neko, cukup mensyukuri mampu memiliki indera perasa yang mampu menenangkan pikiran. 

Rokok, terutama rokok kretek memang harus memiliki karakter kuat dan bisa “menempatkan diri” di situasi apapun menyesuaikan kebiasaan masyarakat di negara ini. Bahkan sampai hal sepele; misal, tidak akan lancar BAB kalau tidak sambil menghisap 76 Madu Hitam. Atau mungkin seperti saya; harus “men-Djarum-kan” hari setiap kali ngopi setelah bangun tidur. Ada kebiasaan yang sulit dihilangkan karena “kecintaan” saya dengan karakter rokok kretek. Yah, walaupun kadang kalau kehabisan Djarsup, saya biasanya beralih ke Sukun putih isi 12. Kenapa harus isi 12? Ya itu tadi, rokok kretek selalu punya karakter yang berbeda, dan bagi saya, karakter Djarsup dan Sukun putih isi 12 berbeda dengan isi 16. Tidak percaya kalau isi 12 dan isi 16 punya rasa yang berbeda? silahkan kalian buktikan sendiri.