review rokok forte
Review Rokok

Forte, Rokok Mighty Tiny dan Punya Kelas Sendiri

2 Bulan terakhir mulai banyak pasang mata memandang ke arah saya tiap kali saya tiba di tempat rapat, coffee shop, warung kopi atau di manapun lalu meletakkan rokok yang saya bawa di atas meja. Sudah 2 bulan ini juga saya sudah jarang membawa Sukun Executive atau Esse Honey kemana-mana sejak mencoba lagi rokok putihan merek Forte yang tiba-tiba masuk ke dalam daftar rokok selingan.

Ini bukan karena kiblat Kudus yang jadi arah saya menikmati rokok bingga saya memilih Forte sebagai rokok selingan, ya. Tapi lebih ke kecocokan rasa hasil dari mencicipi banyak merek rokok dari yang ramah di kantong sampai membuat jatah jajan bulanan cepat habis.

Forte sudah dikenal banyak orang Indonesia kurang lebih sejak 4 tahun lalu, itu setelah Djarum group sukses meluncurkan produk rokok perdananya di kategori Sigaret Putih Mesin (SPM) dengan merek Forte di Jepang, pada akhir tahun 2017 lalu, Djarum Group memutuskan untuk menghadirkan Forte ke Indonesia.

Forte mencoba tampil beda dengan produk SPM yang telah lebih dulu hadir, maka Djarum menghadirkan Forte sebagai rokok yang berdiameter mini, yakni hanya 70 milimeter. Meskipun, dari sisi komersial, rokok 70 milimeter memang belum bisa menandingi popularitas dari rokok yang rata-rata ukuran 84 milimeter dan sekarang mendominasi pasaran.

Karena populer di Jepang, itu kenapa sempat muncul iklan Forte dengan tagline “mighty tiny”. Saya akui, walaupun berukuran kecil “hentakan” khas rokok putih untuk Forte varian Original berwarna biru tua dan Forte Menthol berwarna biru muda masih sangat terasa tapi bersahabat dengan tenggorokan, kalian mungkin tahu atau pernah mendengar kalau dulu banyak orang yang protes dengan hentakan rokok putih jenis original dari merek apapun yang membuat tenggorokan “kaget”. Ini pernah terjadi di Marlboro merah di tahun 2000an awal dan diakui oleh para ahli hisap rokok kretek yang mendadak berpindah ke Marlboro atau rokok putih jenis original yang lain.

Mungkin sejak muncul gunjingan ahli hisap di kultur perokok kretek negara ini, para produsen mulai meriset lagi produk-produk rokok putih mereka agar bisa lebih bersahabat di tenggorokan konsumennya. Hingga akhirnya sekarang hampir semua rokok putih atau sigaret putih mesin jauh lebih lembut dan tidak menyiksa tenggorokan, pun begitu dengan Forte Original atau Forte Menthol yang sepertinya menjadi varian unggulan dari merek ini.

forte mighty tiny

Tidak hanya mengandalkan dua varian tadi, Forte juga mengeluarkan 2 varian lain, Forte Extra Breeze dan Extra Breeze Menthol. Dari 4 varian tadi dan hasil mencoba beberapa kali, pilihan saya jatuh kepada varian Extra Breeze Menthol. Saya tidak akan mengatakan ini cocok dihisap oleh semua orang yang merokok putihan atau terbiasa dengan varian Esse, tapi karena sebelumnya saya sering menghisap Esse Honey yang juga memiliki sensasi menthol yang tidak terlalu tajam, maka varian Forte Extra Breeze Menthol sudah terasa tidak asing bagi indera perasa saya.

Kalau versi saya, sensasi menthol dari varian Forte yang saya sebut tadi tidak merusak indera perasa saat menikmati kopi hitam atau cappucino panas. Rasa mentholnya tidak tertinggal lama dan terasa tebal di rongga mulut, dinginnya hanya menyisakan aftertaste di tenggorokan dan lidah bagian bawah. Saya berani bilang begitu karena ada rokok jenis menthol yang menyisakan rasa dingin sampai beberapa menit setelah dihisap.

Saya ambil contoh Marlboro Black Menthol yang dulu sempat populer di kalangan anak muda, atau Sampoerna A Mild Menthol Burst yang rasa mentholnya harus dihilangkan dengan berkumur air hangat atau makan makanan pedas. Bahkan merek terakhir seperti sedang mencontoh pesaingnya; L.A Ice yang memadukan rasa manis dan wangi khas L.A Lights dengan campuran menthol. Sebuah resep racikan yang tidak semua merek rokok bisa mengawinkan 3 hal tadi; manis, rasa khas dan menthol yang pas.

Forte seperti tidak memiliki pesaing, di kelas rokok putih tidak ada merek yang bisa memiliki jumlah hisapan singkat saat penumpang kereta ingin merokok dan memanfaatkan waktu transit untuk menyempatkan menghisap rokok di area merokok sekitar stasiun transit. Misal perjalanan kereta dari Surabaya, maka stasiun transit seperti stasiun Madiun adalah momen yang pas untuk turun sebentar dan menikmati rokok. Forte bisa menyelesaikan persoalan nyebat singkat seperti itu.

Di urusan menthol, Forte menakar dengan baik kebutuhan konsumennya dan mengeluarkan 4 varian agar masing-masing konsumennya bisa memilih dengan leluasa mau punya rokok seperti apa; apakah rasa rokok putih original dengan hisapan lembut, menthol yang dingin dan tidak mengganggu indera perasa, atau rokok putih kelas “lights” demi memuaskan hasrat mencoba selingan rokok putih yang memiliki rasa tidak terlalu tajam atau lazim disebut orang Jawa tidak terlalu “nyegrak”.

forte spm mentol

Soal harga, Forte layak menjadi pilihan di kelas rokok putih. Saya biasa membeli dengan harga Rp, 21.500, di minimarket dan Rp, 19,000, – 20,000, di warung kelontong. Walaupun di banyak warung kelontong hanya menjual 2 varian; Original dan Menthol, masih jarang warung kelontong yang menjual varian Extra Breeze dan Extra Breeze Menthol.

Tapi memang bagi yang ingin menjadikan ini rokok selingan, saya sarankan setelah menghisap Forte varian Breeze atau Menthol tidak langsung menghisap rokok kretek seperti Djarum Super atau Surya, karena akan ada fase indera perasa menetralkan efek menthol hingga beberapa menit walaupun diselingi minuman hangat seperti kopi atau teh. Namanya rokok selingan, apalagi menthol, ada resiko rasa dan kenyamanan yang akan dialami oleh konsumennya. Jadi bagi kalian yang inginĀ  punya selingan dan bergenre menthol, saran saya tadi bisa dipertimbangkan.

Forte juga diperuntukkan bagi kalian pekerja keras yang sudah menghabiskan berjam-jam berada di dalam ruangan kantor, duduk menghadap komputer dan ruwet dengan pekerjaan, Forte seperti rokok efisien dan efektif untuk dinikmati secara singkat di luar ruangan kerja, hisapan per hisapan terasa nikmat sekali sembari merilekskan pikiran dan melupakan sebentar urusan pekerjaan. Waktu hisapnya pun sangat singkat, hanya membutuhkan rata-rata 10 sampai 12 hisapan di tiap batangnya hingga terbakar sampai 80%.

Saya tidak menyarankan kalian menghabiskan waktu lama di warung kopi sambil merokok Forte apalagi bagi kalian yang sudah terbiasa merokok kretek filter atau non filter, bisa-bisa dalam semalam kalian akan menghabiskan sebungkus Forte atau bahkan lebih.

forte djarum group

Seperti yang sudah saya sebutkan tadi, selain untuk para pekerja kantoran yang disiplin waktu dan timeline pekerjaan, rokok ini juga cocok untuk bagi mereka perempuan yang menikmati hidup sebagai social smoker atau perokok perempuan senin-kamis.

Para perempuan tadi tidak harus menghabiskan waktu lama untuk sekedar menikmati rokok di manapun tanpa harus takut aroma rokok menempel di rambut atau pakaian dan menimbulkan asap tebal di sekelilingnya. Para perempuan tadi tetap bisa terlihat anggun meskipun merokok menggunakan gaun malam di sebuah pesta mewah karena ukuran batang rokok Forte ini sangat pas diapit oleh jari telunjuk dan jari tengah seorang perempuan.

Bisa jadi, cara perempuan memegang rokok berukuran kecil seperti Forte malah membuat daya tariknya semakin kuat hingga banyak pria diam-diam akan jatuh hati hanya karena gaya merokok dan merek rokok yang dihisapnya.