L.A Ice Purple Boost adalah kretek Low Tar Low Nicotine (LTLN) produksi pabrik Djarum yang paling enak di kelasnya. Sensasi menghisap kretek LTLN ini inovasi paling mutahir.
Kesuksesan Djarum 76 Madu Hitam mengobrak ngabrik varian rokok SKT layer 2 hampir setahun terakhir rupanya membuat pabrikan Djarum ingin mencoba berperang lagi dengan mengeluarkan varian rokok kretek beraroma di pasar Indonesia, tapi kali ini muncul di kelas Mild, atau disebut juga rokok kretek LTLN (Low Tar Low Nicotin).
Mari kita membangkitkan ingatan lagi tentang rokok kretek beraroma sekitar 5 tahun terakhir, apa kira-kira merek yang muncul di ingatan kalian? Tentu Sampoerna, dengan iklan maha dahsyat serta mengemas dengan baik produk keluaran mereka hingga sangat melekat di ingatan konsumen.
Cara pabrikan Sampoerna mendoktrin brand pun dengan berbagai cara, bisa hal sederhana seperti menempelkan stiker yang menyita perhatian di beberapa tempat, display dummy produk di dekat mesin kasir minimarket hingga menggunakan material besar seperti baliho atau mobil sales yang rajin keliling di jalan raya.
Lalu, apakah Sampoerna pemenangnya? Pelopor serta penguasa pasar sigaret kretek mild beraroma? Tidak. Kalian tidak boleh melupakan Djarum Black Cappucino yang setia bertahan menemani fans militan produk itu sampai sekarang.
Dan coba kita ingat lagi hingga 10-15 tahun ke belakang, siapa pelopor rokok beraroma unik untuk pertama kali? Sampoerna? Bukan. Djarum sudah melahirkan Djarum Black dengan varian Tea, Cherry dan Cappuccino.
Lalu di mana pabrikan lain? Kenapa diam saja saat Djarum membuat terobosan seperti itu? Entahlah, mungkin pabrikan selain Djarum masih kelimpungan atau kewalahan mau menandingi produk yang saya sebut tadi. “Koki” mereka mungkin belum sampai di level mak’ifat seperti “koki” dari Djarum.
Apakah pabrikan lain tadi diam saja? Tentu tidak, saya yakin itu. Tapi entah karena alasan bahan baku, pembuatan resep tidak sempurna, atau memang R&D mereka belum mampu menciptakan sebuah produk yang mampu membuat pasar bergejolak.
Saat ramai rokok kretek dengan varian rasa unik seperti Esse POP, Sampoerna Splash, Juara Ginseng.dsb, Djarum masih terlihat tenang dengan diam-diam meracik sebuah resep lagi untuk mengulang kesuksesan Djarum Black beberapa tahun silam. Hasilnya, kelahiran 76 Madu Hitam menjawab banyak hal skeptis tentang pabrikan rokok asal Kudus ini.
Tidak cukup sampai di situ, tahun ini, tepatnya di bulan Juni, lahir penantang baru di kelas LTLN atau Mild beraroma, namanya L.A Ice Purple Boost. Melihat nama varian yang menggunakan “Purple Boost”, kemungkinan dimunculkan lagi “sequel” dari L.A Ice Purple Boost, bisa jadi lahir Red Boost atau Honey Boost sebagai senjata perang baru.
Saya sudah ingin mencicipi rokok ini sejak melihatnya di media sosial beberapa waktu lalu dan baru kesampaian saya cicipi di tengah padatnya lalu lintas kota Jogja ketika musim liburan sekolah. Kebetulan selama beberapa hari saya kembali menjadi supir wisata karena alasan kangen nyetir.
Niat hati membeli minuman dingin dan berhenti acak di salah satu minimarket di tengah terik kota Jogja, saya malah melihat L.A Ice Purple Boost sudah terpajang di etalase rokok. Tanpa pikir panjang, sebungkus rokok LTLN itu sudah masuk di kantong dan tentu itu saya lakukan setelah membayar. Masak saya ambil gitu aja?
L.A Ice Purple Boost yang terbaik
Saya seringkali mencoba rokok untuk pertama kali di berbagai situasi dan kondisi seperti hari itu, saat panas terik di parkiran mobil candi Borobudur, sejuknya area wisata Kaliurang kala menunggu tamu saya keliling naik jip wisata, setelah makan siang di tengah ramainya Kopi Klotok dan cuaca di sekitar HeHa Skyview dan Pinus Pengger.
Saya menghisap 8 batang selama berada di beberapa tempat itu; saat santai, selepas makan siang, bengong menunggu tamu, dan menikmati pemandangan hutan pinus.
Seperti biasa, ritual membuka plastik kemasan, mencium tutup bungkus, membuka lalu mencium kertas grenjeng, membukanya lalu menghirup bagian filter sampai mengambil sebatang rokok dan menghirup aroma batang dari ujung filter hingga ujung bakar beberapa kali. Hal itu menjadi hal penting sebelum membakar rokok.
Kalau rokok biasa, maka citarasa bisa langsung disimpulkan di satu batang rokok setelah selesai dihisap, tapi karena ini rokok kapsul model pencet, perlu 2 batang rokok untuk mengenal dan membedakan sensasi, rasa serta perbandingan dengan merek lain. 3-5 hisapan awal tanpa kapsul saya pencet, kesimpulannya; enak. Tidak istimewa, tapi enak.
Aroma sangat tipis dari kandungan rasa Berry di rokok ini terasa melewati lidah, tenggorokan dan hidung dengan lembut dan memunculkan sensasi merokok L.A Lights biasa tanpa mengganggu lidah bagian belakang karena efek mint atau manis berry. Mungkin kalau L.A Lights dimasukkan sebatang di dalam bungkus Purple Boost lalu dibiarkan selama 1-2 hari, sensasinya akan mirip seperti L.A Purple Boost tanpa dipencet kapsulnya.
Saya mengawinkan rasa rokok tanpa kapsul dipencet tadi dengan segelas es teh manis di warung kaki lima Kaliurang. Ketebalan aroma hisap khas L.A Lights Merah tidak terganggu dengan aftertaste es teh manis. Selang beberapa menit, saya memesan kopi hitam kental tidak terlalu manis dan bersiap mencoba sensasi Purple Boost yang kapsulnya dipecahkan.
Hasilnya cukup mengejutkan, dinginnya seperti L.A Ice biasa tapi tidak menyingkirkan aroma dan rasa Berry yang keluar-masuk mulut. Saya bukan penyuka rokok menthol di level seperti L.A Ice atau Sampoerna A Mild Menthol Burst, karena untuk saya, aftertaste nya mengganggu indera perasa kalau harus disandingkan dengan kopi atau teh panas.
Tapi untuk L.A Ice Purple Boost ada sedikit pengecualian karena rasa seimbang yang didapat dari aroma Berry dan mentholnya. Sama seperti yang saya dapatkan saat menghisap Esse Honey, tidak berlebih bagi saya. Itu soal sensasi mentholnya. Lalu untuk aroma Berry, saya lebih memilih menghisap L.A Purple Boost dibandingkan Esse. Manisnya seperti tidak sedang menghisap gula atau menghirup aroma therapy di hotel atau klinik kecantikan.
Sensasi menthol dan berry selama satu hari penuh saya coba di berbagai situasi. Kalau tadi sudah mencoba dengan es teh dan kopi hitam, maka di hari itu saya mencobanya setelah makan siang setelah kelaparan mengantri.
Sebuah perjudian besar bagi indera perasa apabila selesai menyantap nasi putih hangat plus telur dadar dan tempe, sayur lodeh terong dan sambal terasi pedas kemudian ditutup dengan menghisap rokok menthol. Djarum Super di dalam tas saya seperti menjerit dan berkata dialah yang paling cocok di situasi itu.
Nyatanya, memang iya, menthol sampai hari ini untuk saya bukan penutup yang pas setelah menyantap menu makan berat seperti tadi. Bukan berarti tidak enak atau rasanya menjadi hancur, tapi tetap bukan jodoh yang baik.
Lalu selesai di situasi seperti itu, saya cicipi lagi Purple Boost dengan Nescafe kaleng varian original. Tidak mantap, tapi oke. Tegukan demi tegukan Nescafe dingin tidak kalah ademnya dengan menthol dari Purple Boost.
Purple Boost juga saya nikmati di waktu senggang atau kalau boleh dibilang gabut di tengah cuaca terik, sejuk dan berkabut. Hasilnya tentu tidak mengecewakan, selain didukung oleh kemasan rokoknya yang menarik untuk kemudian mencuri perhatian, bagi saya rokok kelas LTLN memang cocok dinikmati kapanpun, dan di varian menthol, Purple Boost berdiri sejajar dengan Esse Honey sebagai rokok yang enak dinikmati di situasi yang saya sebut di atas.
Ini kemudian yang memunculkan ide untuk menambah daftar rokok selingan saya setelah Sukun Executive, Rider, 76 Madu Hitam, Esse Honey, Camel Kuning dan Forte Extra Breeze Menthol. Makin hari, setelah kenal Esse dan Forte, lidah saya semakin terbiasa dengan sensasi menthol di level tertentu yang tidak mengganggu indera perasa dengan memadukan menu pelengkap nyebat paling dasar dan sederhana; kopi hitam.
Di L.A Light Purple Boost, seperti yang sudah saya ceritakan tadi, sensasi merokok L.A Lights merah masih bisa didapatkan saat kita menghisapnya tanpa memencet kapsul yang berada di antara filter dan lintingan tembakau.
Perpaduan manis, harum bakaran, tembakau khas racikan Djarum di L.A bisa kita rasakan. Ada aroma Berry dan Menthol yang sangat tipis dan bisa dinikmati bagi kalian non perokok menthol sampai batang terbakar hingga 80%.
Sementara kalian dengan indera perasa yang sudah terbiasa dengan mentol maka ini bukan hal aneh lagi, hanya saat menghirup asap hasil bakaran ada sedikit rasa L.A yang terselip di antara aroma Berry dan Sensasi menthol, itu juga yang mungkin membuat beberapa orang akan bertanya kenapa L.A Ice Purple Boost ini tidak setajam rokok aroma yang lain, mungkin pabrikan masih mau menyisakan karakter L.A di dalamnya sehingga rasanya berbeda dan sebagai “pengikat” agar konsumen tidak kaget saat berpindah dari L.A Lights merah atau sebaliknya.
Djarum selalu memiliki ciri khusus di setiap inovasi merek barunya yang beredar di pasaran, contohnya 76 dan 76 Madu Hitam. Atau Djarum Super dan Wave atau Next, tidak serta merta rasanya berbeda 100% demi menjaga “imigrasi” indera perasa supaya tidak kaget.
Yang lebih hebat lagi antara Djarum 76 dan Djarum Coklat, perokok 76 bisa menerima rasa Coklat, ada “pengikat” rasa yang cukup sulit dijelaskan dan membuat 2 konsumen yang berbeda bisa menerima merek berbeda sebagai rokok alternatif seandainya tidak menemukan merek rokok yang biasa dihisap.
Kembali ke soal L.A Lights Purple Boost, saya menebus rokok ini di minimarket seharga 28 ribu dengan isi 16 batang. Di hari pertama saya mencoba, sudah saya putuskan ini akan menjadi rokok selingan saya berikutnya.
Mungkin tidak sesering saya membeli Esse Honey atau Forte Breeze Menthol, tapi ini rokok unik yang layak dicoba, “modal” citarasanya untuk menggaet konsumen L.A, L.A Menthol, Esse Berry, Sampoerna A Mild Menthol Burst atau varian Esse Change sudah cukup kuat, tinggal bagaimana konsistensi rasanya bisa dijaga hingga setahun ke depan.
Kalau dibuatkan daftar, supaya kalian gampang membayangkan ada di level favorit apa varian L.A ini, maka saya akan memasukkan dia di nomor kesekian setelah Esse Honey dan Forte Breeze Menthol. Baru setelahnya saya menempatkan Esse Cafe dan L.A Menthol biasa sebagai alternatif rokok beraroma menthol. Layak mencobanya? sudah tentu, dan harus. Kalau layak menjadi rokok utama, itu saya kembalikan ke selera merokok masing-masing.
Terakhir, bagi perokok perempuan, aroma bakar yang dikeluarkan oleh L.A Ice Purple Boost tidak setajam Vape atau Shisha yang pernah kalian cium, jadi saya yakin rokok LTLN ini tidak akan bermasalah dengan bau yang ditinggalkan apakah akan menempel di baju atau di rambut.
Dengan batangnya yang kecil, rokok-rokok seperti ini memang lebih cocok diapit oleh jari wanita, belum lagi warna batangnya yang putih bersih, dan hanya menggunakan warna monochrome pada tulisan L.A Ice di ujung filter, dan titik kecil berwarna biru sebagai penanda letak kapsul yang akan dipencet.
Selamat mencoba, semoga kalian mendapatkan ilustrasi bagaimana cara mencoba rokok ini sesuai dengan kebiasaan kalian nyebat sehari-hari.