Tembakau Mole adalah produk indikasi geografis yang menjadi ciri khas tembakau dari tatar Sunda Jawa Barat. Banyak pecinta tingwe mengenal dan mengonsumsi tembakau ini tanpa campuran saus. Para pedagang juga menjual tembakau ini dalam bentuk rajangan yang rapi dalam bentuk lempengan. Bukan menjualnya dalam bentuk rajangan dan hitungan kilogram seperti tembakau pada umumnya. Jadi sangat mudah membedakan Mole dengan tembakau dari daerah lain.
Harga kisaran Mole per lempengan berkisar antara puluhan ribu hingga ratusan ribu. Dari 50 ribu rupiah per lempeng sampai 300 ribu rupiah per lempeng. Jadi sangat bernilai ekonomis bagi petan.
Tembakau memiliki citarasa dan aroma khas. Aroma tembakaunya sangat tajam sekaligus lembut. Memiliki dua varian utama. Tembakau Mole Putih dan Tembakau Mole Merah /Hitam. Perbedaan warna ini merupakan hasil proses penjemuran.
Perokok kelas berat rata-rata sangat menggemari moleh hitam atau merah. Maklum untuk menghasilkan Mole Hitam atau Merah ini memerlukan waktu penjemuran hingga 7 hari. Sedangkan Mole Putih yang rasanya lebih halus dan aroma lebih halus cukup menjemurnya selama satu hari saja.
Sebutan Mole berasal dari Bahasa Belanda Mooi, yang artinya Indah dalam Bahasa Indonesia. Warga pribumi lebih fasih melafalkan sebagai mole. Tembakau ini tersebar dari Kuningan, Garut, Sumedang, dan Kabupaten Bandung.
Secara perlakuan, tembakau ini adalah sejenis tembakau yang menjemur dan mengeringkannya lebih dari dua minggu. Minimal menjemur selama 15 hari. Pada mulanya, sebelum menjemur dan mengeringkan, tembakau Mole terlebih dahulu petani harus merajang tipis-tipis. Memerlukan alat dan perlakuan khusus dalam merajang tembakau Mole, hingga menghasilkan rajangan bagus dan rapi. Lalu menjadikannya lempengan yang rapi dan terasa enak. Sesuai Namanya mooi alias indah.
Biasanya proses perajangan tembakau Mole dilakukan dengan cara menggulung 20 lembar daun, lalu dimasukan ke dalam lubang perajang untuk menghasilkan irisan 0,5 mm sampai 1,0 mm. Proses selanjutnya, rajangan ini dijemur di atas sasag, semacam alat dari anyaman bambu. Setiap sasag mampu menampung hingga 60 lembar daun tembakau rajangan.
Pasar tembakau Mole luas
Pasar tembakau ini tersebar hingga manca negara, misalnya di Jawa, Malaysia, hingga Jerman. Konsumen lokal menjadikan hasil rajangan sebagai tingwe. Mole kualitas super, akan menghasilkan rasa rokok yang setara dan istimewa seperti rokok batangan hasil industri.
Tembakau semacam ini menjadi pilihan banyak orang di berbagai daerah karena kenaikan cukai rokok. Konsumen dengan mudah menemukan pengecer Mole di marketplace Indonesia atau sekedar listing Facebook dan website.
Konsumen tembakau Mole biasanya melinting tembakau ini dengan campuran cengkeh, rempah, damar atau menyan. Umumnya paling nikmat mengisap tembakau ini. Salah satu merek terkenal rajangan tembakau ini berlabel Cap Perahu.
Nah kalau Anda kurang puas, dan mau mencari variasi yang lebih luas, datang saja sendiri ke Pasar Tembakau Tanjungsari Sumedang. Di sana tersedia pelbagai jenis Mole dari daerah Jawa Barat. Dan banyak jenis tembakau dari daerah lain dipasarkan di sini. Pasar Tembakau Tanjungsari mungkin adalah surga bagi pecinta tembakau lintingan sendiri.