logo boleh merokok putih 2

Kedai Tembakau, Bukti Perlawanan Tingwe Itu Nyata

kedai tembakau

Kedai tembakau tumbuh subur hampir di seluruh daerah Nusantara. Ia adalah bukti nyata, bahwa perlawanan terhadap asing dan pemerintah yang menekan IHT itu nyata dan berlipat ganda.

Pada mulanya adalah perlawanan. Demikian perkembangan kedai penjual tembakau yang marak dalam beberapa tahun terakhir ini. Tampilan kedai ini semakin kekinian, dengan tampilan interior dalam ruangan yang mirip dengan kafe dan tempat nongkrong kekinian. Jauh dari kesan warung tembakau masa lalu yang kusam, semrawut, ala kadarnya dan jauh dari estetika.

Asal mula toko tembakau adalah perlawanan, memiliki beragam versi. Pertama, hadir dari bentuk aktivisme petani dan pengorganisasi sosial di masyarakat atas semena-menanya tengkulak, gudang tembakau, dan pabrik dalam memberi harga beli tembakau pada petani. Mereka membuka kedai, pasar, atau sejenisnya untuk menjual langsung ke masyarakat tanpa harus didikte oleh kelompok industri rokok yang ada. 

Mereka tidak senang dengan waktu beli yang pendek dan ditentukan harganya oleh kelompok industri rokok tersebut. Petani tembakau tidak memiliki daya tawar ketika tidak bisa mengakses pasar secara langsung. Inisiatif yang muncul, mereka harus bisa mengakses pasar langsung dengan membuka kedai, pasar, dan sejenisnya untuk pemasaran hasil panen tembakau mereka. Nalarnya, mereka hadir langsung ke pasar seperti para pedagang tembakau tradisional di pasar pada umumnya.

Gelombang perlawanan kedua datang dari konsumen rokok perkotaan dan terpelajar, yang merasa selera mereka ditentukan oleh cita rasa dan aroma pabrikan. Padahal dalam tradisi di masyarakat, meracik tembakau menjadi rokok memiliki akar sejarah yang lama dan mendalam di masyarakat. Mereka bernostalgia ingin menghadirkan itu. Tidak hanya untuk menghasilkan untung tetapi juga mengedukasi dan melestarikan pengetahuan masyarakat lama tentang tembakau, cengkeh, dan racikan untuk tembakau. 

Tren di atas mirip dengan atau sejenis gerakan consume local atau beli di warung tetangga yang marak di perkotaan dunia beberapa waktu lalu. Lalu local pride dari kopi, teh, makanan olahan, dan minuman, buah dan sayuran lokal menjadi tren. Pun dengan adanya kedai tembakau yang memotong rantai pasok dari petani langsung ke konsumen tanpa melalui pola ijon tengkulak, gudang tembakau dan pabrik rokok.

Namun apakah kini kedai tembakau adalah perlawanan terhadap penetrasi tembakau pabrikan?

banjir kedai tembakau

Dulu para penghisap rokok dengan konsumsi tembakau lokal non pabrikan berasalan ideologis ketika menghisap rokok dan membeli tembakau di kedai setempat. Namun hari ini alasan ini akan terdengar klise. Banyak faktor di luar ideologis yang menyertai alasan orang membeli rokok tembakau eceran di kedai tembakau. 

Pertama karena gempuran harga rokok yang selalu meningkat di tengah kampanye global memerangi bahaya merokok yang digalakan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). 

Kedua, adalah karena lesunya ekonomi dunia akibat pandemi COVID-19 dan dampak perang Rusia – Ukraina yang menjadikan kebanyakan orang menghemat pengeluaran mereka, termasuk terhadap konsumsi rokok. 

Ketiga, tembakau eceran yang hadir di kedai tembakau kini hadir dengan variasi lebih dari 100 rasa dan puluhan pilihan tembakau identitas geografis dari seluruh Indonesia. Jadi setiap konsumen bebas dan merdeka menentukan bagaimana mereka menikmati rokok, bagaimana varian rasa dan aroma rokok yang mereka kehendaki diluar dari rokok yang disuguhkan oleh industri rokok.

Keempat, kini tampilan dan fasilitas dari kedai tembakau semakin kekinian dan gaul menjadikan konsumen betah nongkrong, santai dan sambal mengasah pengetahuan seputar tembakau. Tidak jarang kedai tembakau membuat pelatihan dan pengenalan mengenai tembakau, campuran tembakau, dan alat linting rokok untuk para konsumen mereka.

Bagaimana dengan pengalaman dan pendapatmu tentang kedai tembakau?

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis