morfologi pohon tembakau
PERTANIAN

Morfologi Pohon Tembakau Madura

Morfologi Pohon Tembakau Madura ini ditulis oleh Sesanti Basuki, Surokarso, Anik Herawati dan Sri yulaikah. Mereka adalah peneliti di Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat, Malang.

Pendahuluan

Tembakau Madura merupakan salah satu tembakau lokal aromatis yang dikembangkan di Pulau Madura. Berdasarkan kegunaannya, tembakau Madura dirajang untuk bahan baku rokok dan sebagian kecil untuk susur. Ciri utama tembakau rajangan untuk rokok, pangkal daunnya duduk dan lembaran daun lebih tipis dari tembakau untuk susur. Areal pengembanganrrya berpusat di dua kabupaterL yaitu Pamekasan and Sumenep. Pada saat ini tembakau Madura yang berkembang sebagai bahan baku rokok adalah varietas-varietas yang telah dilepas oleh Balittas yaitu Prancak 95 dan Cangkring 95. 

Tembakau susur daerah penanamannya di Pulau Madura bagian utara, terutama di Kabupaten Sumenep, tetapi areal tembakau ini tidak berkembang. Galur-galur yang digunakan sebagai bahan baku susur adalah galur Dhanang dengan ciri utama daunnya bertangkai dan lembaran daun tebal. 

Tembakau Madura dapat ditanam pada beberapa tipe, tetapi mutu yang baik diperoleh pada tanah-taruh grumusol dan regosol dengan pH 6-6,5;  pada ketinggian 50-250 m dpl. Tembakau Madura sesuai untuk dataran rendah beriklim kering, dengan curah hujan rata-rata 1.200-1.800 mm/ttU dan menghendaki bulan kering yang tegas selama 44 bulan. Tembakau Madura lebih sesuai ditanam di tanah tegal daripada di tanah sawah, sebab tanah tegal lebih menghasilkan tembakau aromatis. Tembakau Madura ditanam pada akhir musim hujan, sehingga pada saat panen tidak terkena hujan.

Morfologi Pohon Tembakau Madura

pohon tembakau

Habitus

Waktu terbaik untuk Melakukan identifikasi dan pencandraan tanaman adalah pada fase awal pembungaan. Pada saat tersebut pertumbuhan vegetatif mencapai optimal. Pada fase awal berbunga habitus tembakau madura berbentuk kerucut, sedang pada fase generatif berubah ke arah silindris.

Akar

Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang dengan panjang antara 50-70 cm. Akar serabut akan tumbuh setelah dipindah tanam yang berkembang di sekitar leher akar. 

Bila kondisi tanah memungkinkan sistem akar serabut ini dapat tumbuh sampai kedalaman kira-kira 40 cm dalam 5 minggu pertama setelah pindah tanam dan sampai 90 cm pada akhir pengembangan. Pada tanaman tembakau akar merupakan tempat sintesis nikotin sebelum diangkut melalui pembuluh kayu ke daun Oleh karena itu faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan akar, seperti kekeringan dan pemangkasan pucuk dapat mengakibatkan meningkatnya kadar nikotin

Tanaman tembakau dapat mensintesis nikotin dari nitrogen yang diserap sebelum maupun setelah dipangkas. Akan tetapi nitrogen yang diserap setelah pemangkasan lebih efektif diubah menjadi nikotin. Di samping itu pada kondisi kering akan mendorong akar untuk berkembang lebih baik sehingga meningkatkan penyerapan nitrogen melalui aktivitas akar yang lebih besar, yang mengakibatkan kandungan nikotin tanaman meningkat. Kandungan nikotin tembakau madura berkisar 0,5- 3,57.

Batang

Batang berdiri tegak, berwarna hijau muda dan berbulu. Tinggi tanaman antara 58-101 cm. 

Pada batang tembakau, di setiap ketiak daun terdapat titik-titik tumbuh cabang dalam keadaan dorman. Bila batang dipangkas (topping), maka titik tumbuh tersebut akan bertunas sebagai sirung. 

Apabila kondisi lingkungan menguntungkan sirung akan menjadi cabang dan berkembang menjadi cabang bam yang akan menghambat pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu untuk produksi komersial, pertumbuhan sirung tidak dikehendaki, karena berpengaruh terhadap produksi. Pada Tembakau Madura panjang sirung antara 0-4 cm atau termasuk dalam kriteria sedang.

Daun

Daun bersifat tunggal, bertangkai atau duduk di batang, dengan sudut daun berkisar 41-60 derajat, dan tersusun secara spiral. Karakter yang menunjukkan posisi susunan daun di batang dinyatakan dengan filotaksi. Pada tembakau madura filotaksi bervariasi antara 2/5-3/8, bentuk daun oval sampai bulat telur. 

Tembakau Madura pada umumnya diproses menjadi tembakau rajangan. Kriteria seleksi umumnya diarahkan pada produksi dan mutu tinggi. Karakter-karakter yang mengarah pada peningkatan produksi adalah jumlah dan ukuran daun. Jumlah daun tembakau Madura berkisar 18-25 lembar, panjang daun bervariasi, antara 30-43 cm dan lebar daun 16-27 cm.

Selain karakter kuantitatif, karakter kualitatif diperlukan sebagai penciri utama suatu spesies/ varietas. Hal ini disebabkan karakter kualitatif sedikit sekali dipengaruhi oleh lingkungan dan mudah diwariskan pada keturunarurya. Karakter kualitatif daun yang dapat digunakan sebagai pembeda adalah permenag bentuk, tepi, dan ujung daun. Pada tembakau Madura yang dirajang untuk susur mempunyai permukaan daun beendol tepi daun lici4 dan ujung daun nya runcing. Sedangkan tembakau madura yang dirajang untuk rokok permukaan daun bervariasi antara berbenjol -berploi, ujung daun meruncing, dan tepi daun bervariasi antara licin – berombak.

Bentuk daun bervariasi tergantung varietasnya Daun tembakau sebagai bahan baku sergur berbentuk jantung. Bentuk daun tembakau sebagai bahan baku rokok terbagi menjadi dua yaitu bulat ovalnya; misalnya varietas Prancak 95 memiliki bentuk daun bulat’ sedangkan varietas Cangkring 95 berbentuk oval. Daun tembakau madura umumnya berwarna hijau kekuningan

Bunga

Bunga bersifat majemuk berbentuk malai dengan karangan bunga berbentuk-rk piramidal’ terletak di ujung tanaman Berdasarkan cara penyerbukannya termasuk tanaman yang menyerbuk serr dni (self pollination), tetapi sekitar 4-IO% menyerbuk silang (cross pollination) (Poehlman dan Borthakur, 1977).

Tembakau madura mulai berbunga pada umur 5?62 hari. Berdasarkan kriteria descriptor list Balittas, tanaman tembakau yang mulai berbunga kurang dari 75 hari dikelomPokkan ke dalam kelompok tembakau berumur genjalt salah satu ciri dari tembakau madura adalah umur berbunganya pendek.

Bunga berbentuk terompet (Gambar 3.), terdiri atas : (l) kelopak (calyx) yang berwarna hijau dan berlekuk; (2) mahkota bunga(corolla), berbentuk terompet, berlirik lim4 dan berwarna merah muda; (3) benang sari (bertangkai panjang dengan kepala sari Pistillum) berwarna krem; (4) putik (stigma Bertangkai panjang dengan kepala putik (anther) berwarna hijau.

Periode pembungaan tidak serempak. Anthesis terjadi sebelum bunga mekar’ Kepala putik telah reseptif sehari sebelum antesis dan bertahan dua hari setelah bunga mekar. Kepala sari akan pecah seluruhnya jam l0 pada hari bunga mekar (Bhandari, 1974). Putik yang reseptif ditandai dengan adanya tenairyuoi*sangat lengket, berfungsi untuk menangkap tepung sari’ Pengamatan di Iapang menunjukkan bahwa sebagian kepala sari pecah arfiara pukul 09.00-10’00 pada hari yang sama sebelum mekar.

Buah Kapsul dan Biji

Bentuk buah seperti telur ayam dengan panjang antara 1,5-2 cm. Saat masih muda, buah berwarna hijau dan saat masak berubah coklat. Tingkat kemasakan buah per individu tanaman tidak serempak. Panen buah untuk benih dilakukan secara serempak setelah 75%buah masak. Bakal buah terletak di atas dasar bunga dan mempunyai dua ruang yang membesar, setiap buah (kapsul) terbentuk 2.000-3.000 biji. Biji bernama coklat tua. Berat 1.000 biji antam 0’05- 0,09 gram. Pada umumnya setiap tanaman menghasilkan benih 6-7 gnm.

 

morfologi tembakau