logo boleh merokok putih 2

Aroma Mile, Milestone Citarasa Dari Aroma

aroma mile

Aroma Mile, derajat rokok ini semakin naik perlahan. Apalagi saat ini mereka punya program offline yang cukup mentereng; Rock Aroma. 

Apakah kalian satu dari sekian banyak orang yang semasa kecil sering kali mencoba berbagai macam jenis jajanan atau cemilan 1000-an? Mungkin ada juga generasi 90-an yang masih menikmati snack seharga 100 Rupiah? Mulai dari snack mie merek A, keripik kentang berbagai varian atau permen dari modelan Mentos, Sugus, Kopiko dan sebagainya.

Kalau menurut beberapa tulisan yang saya baca, mencoba sesuatu itu sebenarnya hal baik yang sah dilakukan siapa saja. Menghibur diri adalah salah satu alasan mencoba hal baru. Ketika belajar hal baru itu artinya kamu akan melakukan hal baru yang gak pernah kamu lakukan sebelumnya.

Mencoba rokok baru misalnya, kalian akan memandang sebuah merek baru sebagai kesempatan baru yang harus disikapi dengan sebaik-baiknya, seadil-adilnya penilaian. Semakin sering kamu mencoba hal baru, dalam hal ini rokok, maka semakin banyak pengalaman nyebat yang seru. Kamu bisa berbagi cerita dan pengalamanmu kepada orang lain.

Mencoba merek rokok baru juga akan membuka wawasan dan pengetahuan. Jadi, walaupun saya memiliki kiblat rokok kretek Kudus, tapi dengan mencoba banyak merek rokok kretek dari berbagai pabrikan dan daerah, perbendaharaan rasa akan semakin bertambah. 

Mencoba hal baru juga akan membuat kalian terbiasa menghadapi masalah. Contoh, kalau tengah malam kehabisan rokok, dan di warung tidak ada rokok harian kalian, maka akan banyak alternatif produk yang bisa kalian beli karena mungkin 3 atau 4 merek diantaranya pernah kalian coba dan rasanya tidak mengecewakan.

tembakau aroma mile kudus

Sama seperti merek yang saya coba baru saja, hari ini, tanggal 20 Oktober, jam 4 sore, dan kebetulan sedang berada di Hotel Kenari, Kudus. Namanya Aroma Mile. Inovasi dari pabrikan PT A.T.I (Aroma Tobacco International) yang bermarkas di Kudus. Kudus lagi, Kudus lagi. Ini kota yang ga berhenti memberikan kejutan citarasa produk rokok kretek. Dan tentu rokoknya legal, ya.

Aroma Mile ini masih susah ditemukan di mini market semodel Alfa dan Indo, karena memang jadwalnya baru tahun depan akan hadir di 2 mini market franchise itu. Aroma Mile menggunakan warna dasar putih, ada logo Aroma seperti yang kalian lihat di bungkus luar Aroma Slim atau Bold, di bawah logo itu tertulis Aroma Mile menggunakan font berwarna merah. 

Aroma Mile sebenarnya kelas LTLN atau Mild, Mile itu maksudnya Mild, tapi supaya berbeda seperti logo Djarum Super MLD, maka ditulislah menjadi Mile. Penyebutan Mile dan Mild memang tidak terdengar jauh berbeda, sama-sama terdengar seperti; “Maild”.

Contoh penyebutan aneh pada merek rokok ini pernah terjadi pada Djarum Super MLD yang membuat bingung konsumen, tapi justru menjadi keunikan tersendiri di kemudian hari. Tanpa sadar akhirnya kita terbiasa menyebut “M.L.D” tiap kali membeli merek itu di warung, “M L D putih atau M L D hitam, kak?”.

Mungkin ini juga yang ingin dibuat oleh Aroma dengan mild-nya. 

Penciuman awal saya di batang rokok sebelum dibakar menangkap rokok ini punya aroma wangi yang termasuk kategori favorit saya, aroma tembakau dan cengkeh yang dominan khas pabrikan Kudus. Dari baunya saja bisa terbayang seberapa manis hasil racikan yang ada di dalam rokok Mile ini.

Seperti kue, tiap rokok punya aromanya sendiri yang menggugah selera konsumen. Kalau itu kue atau roti, wangi awal itu bisa diuji dengan mengunyahnya, dari masih terasa kasar seperti berpasir hingga makin lembut setelah dikunyah berkali-kali sampai kue itu ditelan oleh konsumen. Penilaian lalu dilakukan setelah makanan tertelan dan menyisakan aftertaste.

kode produksi aroma mile kudus

Beda dengan rokok, cara menikmatinya memang sama-sama di mulut dan tenggorokan, paling gampang adalah menilai rasanya dengan merasakan asap di dalam mulut setelah membakarnya, menghirupnya melewati tenggorokan, menghembuskan asap lewat mulut, lalu bergantian menghembuskan asap lewat hidung. Setelah semuanya selesai, maka aftertaste adalah poin terakhir yang harus dicatat untuk kemudian memberikan penilaian.

Hisapan awal sampai 8-10 kali dengan tempo sedang adalah rasa favorit bagi saya; wangi, manis tipis umumnya mild, rasa sepet di rongga mulut bagian belakang tidak terlalu terasa, masuk ke tenggorokan terasa enak terutama bagi perokok pemula atau perempuan yang menyukai rasa yang lembut & ringan. Hembusan-hembusan melalui mulut dan hidung pun mirip seperti semburan asap SKM reguler; pekat dan tidak terasa seperti menghisap angin.

Kepuasan khas rokok LTLN sudah dimiliki oleh Aroma Mile. Memang produk terdahulu dari pabrik yang sama; Aroma Slim, sempat membuat brand image dari merek ini adalah rokok kelas bawah, tapi sejak kemunculan Aroma Bold lalu disusul Aroma Mile, derajat brand ini semakin naik perlahan. Apalagi saat ini mereka punya program offline yang cukup mentereng; Rock Aroma. 

Citarasa Mile, Terbaik di Kelasnya

Sebelum tulisan ini terlalu melebar, kita kembali ke persoalan citarasa Mile. Rasa rokok kretek ini memang sedikit aneh bagi saya, ada di antara Aroma Bold, Diplomat Mild dan Class Mild Silver, karena ada sedikit sensasi pedas di lidah bagian belakang.

Selain memunculkan aftertaste tipis yang pedas-kering, Aroma Mile sedikit hambar di sisa-sisa hisapan akhirnya. Sebenarnya ini hal wajar bagi perokok SKM semodel Djarsup atau Sukun Executive seperti saya, mild apapun akan terasa seperti hambar di bagian akhir atau sekitar 80% bakaran rokok, ada pengecualian rasa di hisapan akhir varian L.A dan MLD.

Mile bagi saya adalah “sosok” yang karakternya saat ini belum begitu kuat kalau tandingannya harus berhadapan dengan Diplomat Mild, L.A, atau MLD. Tapi kalau harus berperang melawan WIN Mild, dan Evo, maka Mile punya kekuatan cukup baik, didukung oleh kualitas, kemasan dan harga murah yang tentu menjadi faktor utama. Rokok ini dipasarkan dengan harga 16.000 di seluruh Indonesia, harga yang sudah bikin geleng-geleng kompetitornya.

Kalau soal kualitas, sudah saya jelaskan di atas. Lalu kalau kemasan dan harga, tentu harus menjadi perhatian khusus, kemasan Mile sudah boleh disejajarkan dengan desain bagus milik L.A atau A Mild, atau desain keren versi saya; Djarum Super MLD. Kemasan-kemasan menarik seperti ini tentu memiliki keuntungan tersendiri, yang akan memberikan kepercayaan diri lebih kepada konsumennya.

Kenapa begitu? bayangkan saja membawa Sukun Executive ke klub malam yang sering disambangi “crazy rich” Surabaya atau Jakarta, kalau bukan orang yang sangat idealis, usia lanjut, Brand Ambassador, atau punya percaya diri berlebih pasti dia akan mengganti rokok merek lain untuk dibawa masuk ke dalam pergaulan seperti itu.

Selain berusaha merebut gengsi konsumen, rokok LTLN atau mild dengan harga murah dan desain bagus menjadi modal penting untuk menang di medan perang, salah satu pasar terbesar sampai ini adalah kelas LTLN selain SKM reguler. Ada celah sedikit saja maka itu akan dimanfaatkan dengan baik, contohnya yang dilakukan L.A dengan varian Purpleboost-nya dan Aroma Mile.

L.A tidak mau tinggal diam saat melihat pasar di kelas mild beraroma sedang naik dan disukai banyak orang terutama perokok perempuan, Djarum lalu berinovasi menciptakan L.A Purpleboost. Tidak peduli seberapa banyak pula Vape dengan varian aromaticnya mengganggu pasar rokok beraroma, keduanya tetap memiliki daya tarik masing-masing dan sama kuat. Yang satu difitnah dengan dalih kesehatan, yang satu berteriak bahwa dia tidak memiliki efek samping.

Lalu setelah L.A, dalam kurun waktu 6 bulan terakhir, Aroma Mile muncul dan ikut perang di kasta kedua pasar mild Indonesia yang sudah tentu adalah pasar yang paling menjadi rebutan karena harga yang bersaing, apalagi banyak citarasa rokok mild kelas 2 atau 3 yang tidak karuan, dan ini dibaca lalu dimanfaatkan oleh Aroma Mile untuk berusaha merebut pasar dengan modal citarasa yang serius.

kopi dan rokok aroma mile

Kesimpulan itu saya ambil setelah salah seorang teman yang mencoba Aroma Mile pertama kalinya berkata; “wah, gila, ini sih mirip sekali dengan Class Mild”. Class Mild dan Aroma Mile memang masih satu “Trah” dalam silsilah Nojorono Kudus. Walau belum tentu Aroma Mile meniru resep Class Mild.

Apapun yang dilakukan tim Aroma Mile terhadap produk ini saya pikir itu sebuah pencapaian yang patut diberi apresiasi seperti yang terjadi pada Diplomat Evo di pasaran. Sepertinya ini sebuah pencapaian baik bagi group Aroma, melahirkan LTLN kedua setelah Aroma Bold, masuk ke medan perang dengan cukup berani dan tidak sembarangan.

Hanya tinggal tunggu waktu brand Aroma akan menjadi bagian dari gaya hidup dan keseharian masyarakat Indonesia, perokok tentunya. Lahirnya Aroma Mile bisa dibilang sebagai “Milestone” awal bagi Aroma Tobacco Indonesia dan kota Kudus akan tetap berada di peringkat atas sebagai penghasil rokok-rokok enak dan paling lengkap, dari kelas premium sampai yang ramah kantong seperti Rider dan Mercu.

Sayangnya pengalaman menghisap rokok ini tidak selengkap review di merek-merek sebelumnya yang saya coba, tidak ada hisapan rokok setelah menyikat gigi, tidak mencoba setelah bangun tidur dan menghisap Aroma Mile sebagai rokok pertama, mencoba saat BAB atau momen-momen penting para ahli hisap lainnya. Tapi semoga ini bisa menjadi gambaran besar untuk kalian penyuka rokok LTLN atau mild yang ingin membeli Aroma Mile.

Salam sebat dan selamat mencoba 1 lagi karya mengejutkan dari kota Kudus. 

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Khoirul Siregar

Khoirul Siregar

Lelaki yang Mencintai Banyak Hal