sri mulyani cengkeh
OPINI

Kebijakan Tarif Cukai Sri Mulyani yang Menyebabkan Harga Cengkeh Turun dan Tak Lagi Berharga

Kelak, bila tanaman cengkeh yang kamu tanam sebagai rasa syukur atas kelahiran satu manusia tidak lagi menemukan pembeli hingga tiada harga, maka ingat-ingatlah nama Sri Mulyani. 

Cengkeh Sebagai Tabungan

Cengkeh adalah tanaman tahunan yang baru belajar berbuah di usia 4,5 sampai 6 tahun. Setelah melewati masa belajar berbuah itu, tahun berikutnya cengkeh akan rajin memberikan hasil bagi penanamnya. 

Siklus yang khas dari tanaman cengkeh membuat hasilnya digunakan sebagai tabungan anak sekolah. Begitu tanaman mulai berbuah, hasil panennya telah mendapatkan pos pendapatan khusus yakni membiayai pendidikan anak-anak petani cengkeh

Rasa syukur dari tanaman cengkeh barangkali kearifan lokal masyarakat yang baik. Di satu sisi, rasa syukur itu membantu memberikan oksigen yang berguna bagi semua makhluk di bumi. Di sisi lain juga memberikan hasil yang membuat seorang anak terjamin pendidikannya. 

Belakangan ini, tanaman cengkeh mulai marak dibudidayakan karena harga kecenderungan bagus. Tanaman endemik Indonesia ini dibudidayakan tidak hanya di Indonesia Timur, tempat asalnya. Tetapi telah menyebar ke hampir semua propinsi yang ada di Indonesia. 

Proses panjang berkembangnya budidaya cengkeh di Indonesia sampai pada titik saat ini melalui proses yang panjang dan berdarah-darah. 

Komoditas ini juga menjadi salah satu alasan bangsa-bangsa di dunia melakukan pelayaran mencari dunia baru. Sempat pula dicuri oleh bangsa asing hingga berhasil dibudidayakan di Zanzibar. Hingga pernah juga kehilangan harga ketika mesin pendingin ditemukan. 

Rokok Kretek, Memberi Nilai Manfaat Baru Cengkeh

harga cengkeh hancur

Cengkeh kembali menemukan nilai baru setelah seorang bernama Djamhari berhasil menemukan rokok kretek, dengan mencampurkan cengkeh ke dalam irisan tembakau. 

Rokok kretek inilah yang membuat cengkeh menjadi berharga. Bahkan permintaan terus meningkat hingga tak cukup dipenuhi dari dalam negeri saja. Sehingga pembudidayaan cengkeh terus dilakukan. Sampai sekarang pun pemanfaatan cengkeh untuk bahan baku kretek berada di 96% dari serapan cengkeh yang ada. Sisanya digunakan untuk kebutuhan farmasi, bumbu, dan sebagainya. 

Harga cengkeh terus membaik seiring tumbuhnya industri rokok kretek di Indonesia. Puncak pertumbuhannya di tahun 70 hingga 80-an. Hingga ada periode BPPC (Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh) yang punya keinginan untuk memonopoli harga cengkeh di petani dan mengatur distribusinya kepada pabrik rokok. 

Di masa itu, harga cengkeh hancur akibat pemerintah ingin mengaturnya. Banyak petani marah dan memotong pohon cengkeh miliknya. Luasan tanam cengkeh pun menurun drastis seketika. 

Monopoli ini baru hancur di masa Kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid yang membubarkan BPPC. Karena tindakan itu, harga cengkeh merangkak naik. Nama Gus Dur pun diingat oleh petani cengkeh dan dianggap sebagai pahlawan. 

Tarif Cukai, BPPC dalam Wujud Lain

Saat ini ada BPPC dalam bentuk lain yakni pungutan cukai yang senantiasa dinaikkan oleh pemerintah. Aturan ini sepertinya tidak terkait dengan nasib petani cengkeh, tetapi sebenarnya sangat berpengaruh. Bahkan menyangkut hidup dan matinya nasib keluarga petani cengkeh yang jutaan jumlahnya. Sebagian besarnya terdapat di Indonesia Timur. 

Peraturan ini sangat berkaitan dengan nama Sri Mulyani, sebagai bendahara negara, yang membawa agenda besar yakni mendapatkan pendapatan besar dari cukai rokok tanpa peduli kelangsungan industri dan nasib orang-orang yang mendapatkan penghidupan dari sana. 

Sebagai menteri segala zaman, Sri Mulyani memulai agenda besar itu dengan penertiban pabrik rokok yang terdaftar dengan pembaruan mekanisme perizinan. Setelah didapat, maka setiap tahunnya tarif cukai dinaikkan. Terakhir, akhir tahun 2022 lalu dimana Sri Mulyani menaikkan tarif cukai 2 tahun berturut-turut. 

Mencari pendapatan dari cukai rokok relatif mudah bagi Sri Mulyani, daripada dia harus mencoba menutup penggelapan pajak yang dilakukan oleh pejabat nakal.

Tindakan yang dilakukan Sri Mulyani membuat industri rokok berada di ujung jurang, dan berada di masa titik balik. Mengalami penurunan drastis ke depan.

Keadaan ini tentu saja sangat berkaitan dengan para petani cengkeh. Pabrikan harus melakukan penghematan yang ketat agar bisa mendapatkan laba. Salah satunya yang dikurangi adalah penggunaan cengkeh. 

Selain itu, tidak masuk akalnya pungutan cukai dan komponen pajak yang besarnya mengambil porsi 76,3 s.d 83,6% dari harga rokok tergantung golongannya, membuat para pengusaha rokok mulai beralih ke usaha lain. Pengusaha rokok tidak lagi menguntungkan. Kecuali rokok ilegal. 

Dengan begini, rencana besar Sri Mulyani berhasil. Dia telah mendapatkan pendapatan besar buat negara yang menjadi tugasnya selesai, juga berhasil membunuh industri rokok yang selama ini menjadi cerminan sokoguru perekonomian nasional karena mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang luas, menyerap bahan baku lokal, dan memiliki konsumen di dalam negeri. 

Begitulah, ada campur tangan Tuhan agar semua yang istimewa itu terbentuk di bumi pertiwi dan menjadi keuntungan nasional dalam bentuk industri yang tangguh, tahan krisis, tetapi Sri Mulyani menghancurkan semua itu.