SIN Provost adalah rokok dengan cita rasa rempah khas nusantara. Rokok yang konon menyehatkan pengisapnya.
Saya ingat betul, pernah menolak saat ditawarkan rokok Sin Provost pertama kali di akhir tahun 2022, dari berbagai rokok Herbal atau banyak orang memplesetkannya menjadi rokok sehat yang pernah saya coba, tidak satu pun yang mampu meninggalkan kesan baik dengan berbagai alasan.
Yang pertama tentu alasan rasa, berpuluh tahun saya menghisap rokok kretek konvensional hingga bisa membedakan rokok enak, layak beli, tidak enak, bakal sukses atau tidak hingga rokok yang citarasanya malah akan membuat bangkrut pabrikannya.
Beberapa hari lalu seorang teman meminta saya memberikan ulasan mengenai rokok-rokok herbal, karena seumur-umur menulis review saya belum pernah membuat ulasan mengenai rokok herbal seperti Sehat Tentrem atau SIN. Alasannya sudah saya sebut tadi, rasanya belum mampu membuat saya beralih dari rokok kretek konvensional yang notabene juga memiliki ciri khas umum; aromatik, kadang manis, pedas, wangi atau sepet.
Baca: Rokok Sin Dibuat dalam Keadaan Suci dari Hadast
Sampai akhirnya saya menjawab tantangan teman tadi dengan menulis review salah satu produk SIN, yaitu SIN Provost 19 TSI. Saya memilih merek ini karena dari segi kemasan, ini yang paling menarik di antara produk SIN yang lain. Warnanya dominan putih bersih, simple, tidak banyak embel-embel abstrak yang sulit dipahami generasi sekarang. Hehe.
Lalu ada sentuhan warna hijau di atas logo SIN Provost 19 TSI, warna bungkusnya seperti menggambarkan alam dan kesejukan (hijau) di tengah ketenangan dan kedamaian (putih). Tapi bisa jadi saya salah mengartikannya. Di bagian bawah bungkusnya ada keterangan 12 Cigarettes Kretek beserta nama pabrik yang memproduksinya; PR. UD. Bintang Timur yang berada di kota Malang.
Tentu bungkusnya dilengkapi juga peringatan merokok dan larangan menjual bagi mereka yang masih di bawah umur. Sementara bagian dalamnya ada seperti “blurb” atau kutipan dari sang pemilik atau peracik SIN Provost 19 TSI, KH Abdul Malik, yang isinya; “Dengan bangga kami persembahkan produk terbaik SIN untuk dipasarkan oleh PT. Tridaya Sinergi Indonesia. SIN PROVOST 19 adalah produk yang memiliki keunikan pada racikannya dan dikemas secara eksklusif untuk menjaga kualitas dan cita rasanya.”.
Supaya citarasa rokok ini semakin merasuk ke indra perasa dan ingatan, maka saya mengawinkannya dengan secangkir kopi hitam pekat minim gula dengan lagu “Satu” milik Dewa 19 yang mengalun lembut melalui headset. Sedikit lebay, tapi butuh mood baik dan tenang untuk memberi penilaian rokok ini.
Sampai di sini, di paragraf ini, tanpa terasa saya sudah menghabiskan sebatang SIN Provost 19 ini, bukan karena cepat habis tertiup angin, tapi kepulan asapnya mengalir saja dengan lancar di mulut, hidung dan tenggorokan, tanpa ada sensasi “Nyegrak” seperti beberapa rokok kretek non filter, terutama untuk rokok kretek non filter kelas 2 atau 3.
“Sentuhan” citarasa yang saya tangkap sekilas memunculkan beberapa bahan baku; Kayu Manis, Sereh, Bunga Lawang, serta sensasi sedikit pedas yang entah karena ada campuran Cengkeh, Andaliman atau mungkin Kayu Secang? ga mungkin kan kalau cabe rawit kering?. Itu hanya tebakan saya, terlalu banyak bahan yang dicampur hingga bisa saja semua bahan baku tadi hanya ada salah satunya atau malah benar semuanya dipakai.
Saya punya asumsi bahan baku tadi karena rokok ini sekilas menghantarkan citarasa Dji Sam Soe Refill, Gudang Garam Merah dan Rider Kretek secara bersamaan. Silahkan asumsikan sendiri sensasi menghisapnya. Tidak berat seperti sekaligus menghisap 3 merek tadi, tapi karena batangnya lebih panjang dari rokok SKT konvensional, tarikannya memberi sensasi lebih tebal, pekat dan menurut saya sedikit “basah”, tidak sekering saat menghisap Dji Sam Soe atau Samtek.
Aroma bakar yang tercium oleh orang di sekitar relatif tidak mengganggu, hembusan asap dari hidung terasa biasa saja tidak seperti rokok herbal pada umumnya, yang meninggalkan aftertaste rempah-rempah yang terlalu kompleks sehingga serasa menghirup bumbu dapur tradisional, yang kalau dicampurkan ke daging sapi sudah bisa jadi gule atau rendang.
Rasa manis, gurih serta sepet yang pas membuat rokok ini enak dinikmati di situasi tertentu, seperti saat sedang menulis review ini. Kekhawatiran akibat aftertaste yang saya katakan tadi relatif lebih aman walaupun beberapa menit setelah selesai menghisap SIN Provost saya langsung berpindah ke Djarum Super, citarasa Djarum Super tidak tertutupi dengan rasa SIN Provost meski merek ini terbilang punya karakter kuat.
Saya tidak terlalu percaya dengan narasi mengenai rokok ini, yang banyak kita temukan di Google, isinya kurang lebih seperti ini;“Terdiri dari beberapa ramuan tradisional dan rempah-rempah rahasia yang berfungsi melancarkan peredaran darah, membersihkan racun dalam tubuh terutama pada saluran pernapasan, tenggorokan, dan paru-paru. Mengatasi lemah syahwat dan impotensi.”
Soal peredaran darah, racun dalam tubuh, saluran pernapasan.dst sedikit masuk akal, toh, Divine Kretek sudah membuktikan itu, bisa jadi SIN Provost 19 memiliki khasiat yang sama. Tapi untuk urusan lemah syahwat dan impotensi? Sepertinya berlebihan. Tapi bisa saja, R&D SIN menciptakan ini dengan ramuan yang bisa berkhasiat dengan beberapa masalah kesehatan tadi. Masalah berhasil atau tidak, hanya Tuhan yang tahu.
Rokok ini terbilang enak untuk dinikmati 2-3 batang setiap harinya, harganya memang relatif mahal, di marketplace rata-rata penjualan 1 slop 10 bungkus rokok berkisar di harga 270-390 ribu, harga jual per bungkusnya di kisaran 28-40 ribu, sementara saya membeli sebungkus SIN Provost 19 seharga 30,000 di sebuah warung kelontong yang kebetulan menjual beberapa produk SIN. Nominal harga yang tidak akan mungkin saya kucurkan setiap hari meski ada embel-embel tagline “dahsyat” untuk produk ini.
Setahu saya peredaran rokok herbal seperti Sin masih mengandalkan sistem pemasaran berbasis komunitas, itu kenapa harganya berbeda-beda, mungkin warung tempat saya membeli salah satu anggota komunitasnya. Sampai hari ini untuk mendapatkan produk SIN secara offline masih terbilang terbatas kalau head to head-nya dengan Sehat Tentrem. Paling mudah sih membelinya melalui marketplace. Tapi bagi saya, tidak melihatnya langsung untuk mengetahui tanggal produksi produk rokok apapun agar kita bisa mendapatkan freshnes, membuat saya memilih untuk membeli secara langsung.
Tidak ada kesimpulan istimewa di produk ini, tapi kalau ditanya ini rasanya enak? ya. Layak hisap? ya, tapi terbatas tidak setiap jam, bukan karena alasan harga. Sekali lagi, saya bukan penikmat rokok herbal, dan kalau disuruh memilih, sampai hari ini saya masih menikmati rokok kretek konvensional, masih belum bertemu jodoh di segmen rokok herbal, baik sebagai selingan atau rokok utama sehari-hari.