marlboro kretek biru
Review Rokok

Marlboro Kretek Biru, Kretek Palsu dari Philip Morris International (PMI)

Saya tidak terlalu ingat kapan kekaguman absurd itu muncul. Yang pasti, kemunculan Marlboro kretek sempat membuat saya tertegun. Apakah ini strategi paling jitu bagi Marlboro untuk menambah energi guna memenangkan palagan rokok kretek di Indonesia? Termasuk ketika “varian” Marlboro kretek biru muncul beberapa waktu kemudian.

Marlboro kretek datang dengan wujud seperti kretek pada umumnya. Ia tidak menggunakan filternya yang termasyhur itu. Tampilan bungkus Marlboro kretek juga mengalami revamp. Masih dengan shape dan warna tradisional. Hanya, bodi bungkusnya terlihat lebih ramping dan menyenangkan untuk menjadi objek foto.

Namun, setelah mengamati, merasakan bodinya lewat ujung jari, menghirup batangnya, lalu merasakan dengan kecepatan merokok paling lambat yang pernah saya lakukan, saya menemukan kenyataan yang sungguh bikin malas. Ini bukan kretek! Bahkan muncul pikiran sebal di kepala saya ketika melihat Marlboro kretek biru.

Marlboro kretek bukan kretek

Saya tidak perlu menjelaskan definisi kretek lagi, kan? Saya yakin pembaca yang baik sudah memahaminya secara utuh. Nah, untuk “varian” sendiri, kretek dibagi dua, yaitu Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM). 

Sigaret Kretek Tangan dibuat dengan dengan cara dilinting menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana. Sementara itu, SKM juga merujuk ke cara pembuatan rokok, yaitu dibuat menggunakan mesin dan biasanya memiliki filter di ujungnya.

Masalahnya, Marlboro kretek biru itu bukan SKT maupun SKM. Ia menyandang status sebagai Sigaret Putih Tangan (SPT). Rasa yang ditawarkan tetap “putihan” karena tidak ada racikan cengkeh dan tembakau. Oleh sebab itu, sah untuk menyebut Marlboro kretek itu bukan kretek.

Nah, sampai di sini, rasa sebal itu sudah naik. Kenapa harus seperti menipu diri sendiri dengan mendaku sebagai “rokok kretek”? Sangat tidak fair. Sudah begitu, muncul kemudian Marlboro kretek biru. Sungguh-sungguh ajaib.

Marlboro kretek biru yang melahirkan kontroversi

marlboro kretek biru

Ingat, ya. Marlboro kretek itu sudah sah tidak layak sebagai kretek. Konsep ini perlu kita ingat dan pertahankan sebelum masuk ke Marlboro kretek biru.

Pembaca yang baik. Brand equity, atau di sini kita sebut saja sebagai kekuatan merek dagang, itu mempunyai daya pengaruh besar. Apalagi jika terpadu dengan sejarah dan besarnya pasar dari produk itu sendiri.

Sebuah merek menjadi kuat ketika ia memiliki pembeda. Menurut Kotler dan Keller, brand equity adalah sejumlah aset yang berhubungan dengan merek, yang dapat menambah atau mengurangi nilai dari merek tersebut. Coba pembaca perhatikan merek “Marlboro kretek biru”. 

Jika membaca bungkusnya, Philip Morris International (PMI) menggunakan merek “Marlboro: Aromatic Tobacco”. Tidak ada nama “kretek” di sana. Siapa yang kali pertama membuat istilah Marlboro kretek biru? Saya menduga ini muncul secara spontan mengingat masyarakat pasti mencari cara paling mudah untuk mengidentifikasi sebuah benda. Ketimbang menyebutnya Marlboro: Aromatic Tobacco, lebih mudah menyebut Marlboro kretek biru.

Masalahnya, penyebutan ini melahirkan kontroversi. Sebuah masalah yang nampaknya tidak terlalu penting bagi Philip Morris International. 

Bukan kretek, tapi klembak menyan

Banyak perokok di luar sana yang menyebut rokok klembak menyan sebagai kretek. Padahal keduanya berbeda. Rokok klembak menggunakan bahan baku tembakau, cengkeh, dan menyan. Saus lantas ditambahkan untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

Nah, di sinilah Marlboro kretek biru berdiri. Dia bukan kretek, tapi rokok klembak menyan. Secara teori, rokok ini menyandang status Klembak Menyan (KLM). Namun, kita semua kadung menyebutnya sebagai kretek hanya semata untuk memudahkan penandaan. Sebuah kesalahan yang pada akhirnya dinikmati oleh Philip Morris International.

Lantaran bukan kretek, seharusnya kita sudah tidak menyebut Marlboro kretek biru sebagai kretek lagi. Nama yang harus kita sebut sebagai penanda adalah klembak menyan Marlboro atau Marlboro Aromatic Tobacco (MAT) saja. Ya kalau kamu sama sebalnya seperti saya, mati kita sebut mereka sebagai “kretek palsu Marlboro” saja. Lebih lugas, jelas, dan sesuai fakta.

Kretek palsu yang merugikan negara dari Philip Morris International

Dosa dari kesalahan penyebutan yang seperti kesengajaan oleh Philip Morris International ini sangat besar. Apakah pembaca tidak gusar dari tadi? Tidak merasa tertipu?

Jadi, sebenarnya, cukai rokok ini jauh lebih rendah ketimbang kretek asli. Hal itu terjadi karena ia menyandang status klembak menyan. Sesuai aturan yang berlaku, cukai klembak menyan ada di bawah ktretek. 

Menengok data cukai 2023, cukai SKM golongan I itu senilai Rp1.101 dan golongan II sebesar Rp669. Sementara itu, cukai SKT golongan I sebesar Rp461, golongan II Rp361, golongan III Rp214, dan golongan IV Rp118.

Untuk Klembak Menya atau KLM, cukainya seperti ini: Golongan I senilai Rp461 dan golongan II hanya Rp25! Padahal, dari sisi rasa, Marlboro kretek biru itu masuk ke dalam “varian” Sigaret Putih Tangan (SPT) yang mana cukainya sama seperti Sigaret Kretek Tangan (SKT).

Mukhamad Misbakhun, anggota Komisi XI DPR, menyebut bahwa kondisi ini menyebabkan pengurangan nilai cukai HM Sampoerna sekitar Rp180,5 milyar. 

“Seharusnya Philip Morris International malu, apalagi rekam jejaknya sebagai perusahaan rokok raksasa global tak memiliki sejarah kretek Indonesia,” tegas Misbakhun.

Jadi, Marlboro kretek biru ini tidak lagi bisa disebut sebagai kretek. Ia adalah kretek palsu besutan Philip Morris International. Bahkan ia sudah merugikan. Masih mau mengakui produk ini sebagai kretek, warisan luhur bangsa Indonesia?