wakil rakyat menanam tembakau
OPINI

Berharap Wakil Rakyat Menolak RUU Kesehatan Adalah Impian Palsu

Lonceng kematian terhadap Industri Hasil Tembakau (IHT) segera dibunyikan. Pasalnya, RUU Kesehatan yang menuai kontroversi telah disepakati oleh wakil rakyat, dan kemudian diajukan ke sidang paripurna. Dengan demikian, hanya menunggu momen yang tepat saja sampai rancangan undang-undang tersebut disahkan. 

Tampak tidak ada lagi bagi para pelaku IHT untuk melawan. Turun ke jalan sebagai aksi massa memprotes RUU Kesehatan telah dilakukan. Dialog interaktif hingga mengundang pakar, praktisi, maupun pejabat pemerintah berulang kali diselenggarakan. Bahkan, hingga pada akhirnya pelaku IHT menyerahkan wewenang tersebut kepada pejabat pemerintah (baca: anggota DPR), ternyata tidak tembus jua. 

Dan, seperti yang pernah dilakukan sebelumnya, menyerahkan kuasa pada wakil rakyat ternyata sama saja. Tidak ada perubahan sama sekali. Bahkan, dalam rapat pembahasan RUU Kesehatan, hanya dua fraksi yang menolak. Lainnya mendukung rancangan undang-undang tersebut agar segera naik ke paripurna.

Padahal, jika kita melihat kilas balik sejenak, beberapa wakil rakyat yang tergabung dalam partai menolak rancangan undang-undang tersebut. Tetapi, apa mau dikata lagi. Manis di bibir belum tentu manis dalam berperilaku. Semuanya mengandung bullshit. Ternyata tidak ada keberpihakan terhadap pelaku IHT. Sama sekali tidak ada. 

Wakil Rakyat yang Begitu-begitu saja

hamparan ladang tembakau

Sebenarnya, tidak begitu kaget apabila wakil rakyat tidak benar-benar memihak pelaku IHT. Namun, yang tidak habis pikir adalah, apa artinya berulang kali mengajak dialog dan merapatkan barisan untuk menolak RUU Kesehatan, tetapi di balik layar tetap mendukung? 

Kekhawatiran saya adalah mereka sedang bermain dramaturgi. Baik-baik di depan panggung, sementara tetap saja berperilaku buruk di belakang panggung. Mereka lebih cocok bermain sebagai aktor teater karena pintar bersandiwara daripada benar-benar mengurus wakil rakyat. 

Sandiwara itulah yang coba dimainkan sepenuh hati, jiwa, dan raga sehingga mampu memikat para pelaku IHT. Pada akhirnya, mereka berupaya untuk menduduki kembali singgasana dan tetap mempertahankan statusnya melalui Pemilu 2024

Jika hal tersebut adalah kenyataan yang dijalani, tentu busuk sekali kelakuan mereka. Hanya mencari simpati tanpa memikirkan nasib jutaan para pelaku IHT. Dan hal seperti ini selalu berulang yang sayangnya para pelaku IHT belum menyadarinya. 

Berharap Anggota DPR Membela IHT adalah Impian Palau

menjemur tembakau

Sub judul di atas memang demikian adanya. Kita, sebagai pelaku IHT, memang harus berjuang sendiri untuk berdaulat dan menjaga kemandirian. Bergantung kepada orang-orang yang peduli tetapi semu adalah harapan palsu. Seperti berharap anggota DPR untuk menolak RUU Kesehatan. 

Yang bisa kita lakukan saat ini hanyalah terus bersuara dan mengumandangkan bahwa ada tradisi, budaya, kemandirian, ke-ekonomi-an yang telah tercipta dari industri kretek. Hanya industri kretek lah yang mampu bertahan dalam segala situasi dan kondisi mulai dari krisis moneter 1998 hingga pandemi Covid-19. 

Oleh karena itu, sadarlah sebelum terlambat, dirimu yang bernama wakil rakyat. Tidak bosan-bosannya saya mengingatkan kepada mereka yang punya hak berlebih untuk membatalkan RUU Kesehatan bahwa cukup kopra dan minyak kelapa yang diinjak-injak harkat dan martabatnya sehingga menjadi rendah dalam segala hal. 

Juga, cengkeh yang diporakporandakan penguasa dalam negeri. Harapan terakhir adalah tembakau, dan ingat, bangsa Indonesia khususnya pemerintah akan sangat merugi apabila tembakau dilenyapkan dari bumi Nusantara. 

Konon, karma itu ada. Jika cuan dan proyek lebih diutamakan ketimbang kepentingan bangsa, niscaya akan berbalik. Kita lihat saja sampai sejauh mana wakil rakyat benar-benar membela kepentingan bangsa.