logo boleh merokok putih 2

Inilah Alasan Perokok Kampung Tetap Bugar di Usia Senja

perokok kampung

Setiap pulang ke Temanggung, saya selalu mendapat cerita-cerita nostalgia dari kerabat maupun tetangga. Salah satu cerita yang paling saya ingat adalah kakek dari istri saya yang tetap kuat merokok hingga usia senja (80an tahun). Bahkan, setiap hari rokoknya tidak hanya sebungkus melainkan satu toples! Inilah realitas perokok kampung yang luar biasa. 

Ya, dibilang perokok kampung karena tinggal di desa. Kakek saya tidak pernah mengeluhkan sakit apa pun selama hidupnya. Merokok jalan terus, aktivitas apa pun tidak akan pernah tergerus. Beliau masih kuat berjalan kaki jauh tanpa harus mengeluh. Saya pun jadi penasaran: Apa resep hidupnya tetap kuat?

Ada banyak jawaban dari para kerabat atau tetangga. Ada yang mengatakan bahwa rokoknya tingwe. Murni tembakau dan cengkeh tanpa campuran yang lain. Kretek asli. Ada pula yang mengatakan bahwa beliau tetap beraktivitas layaknya pekerja pada umumnya. Ada pula yang mengatakan bahwa beliau rajin berolahraga seperti naik gunung atau menjelajah sungai. 

Ketiga jawaban atau salah satu jawaban tersebut barangkali benar. Namun, yang jelas, tidak mungkin salah. Mengapa demikian?

Kretek dan Perokok Kampung

perokok di kampung

Jika menilik pada masa lampau, dan berkaca dari catatan-catatan masa lalu, ada relasi kuat yang pernah dilakukan Haji Djamhari dengan kakek saya. Sama-sama tingwe. Kretek tanpa campuran saus dan lainnya. Jika Haji Djamhari mengatakan hal tersebut adalah obat, barangkali kakek saya menyebutnya sebagai jamu. 

Dan karena jamu itulah, beliau tetap kuat pergi ke sana ke sini tanpa hambatan. Tidak pernah mengeluh bahkan hingga akhir hayat. Sesuatu yang akan menjadi anomali pada saat ini. Apalagi anomali tersebut hadir ketika lembaga-lembaga asing menyebutkan bahwa hasil olahan tembakau itu buruk. Sesuatu yang tidak diterima akal sehat oleh orang-orang masa lampau. 

Ya, stigma perokok buruk baru hadir setelah munculnya hari tanpa tembakau sedunia pada 1987 yang puncaknya butuh pengendalian tembakau melalui PP 109/2012. Sekarang, malah ditambah lagi dengan penyamaan tembakau (produk legal) dengan narkotika (produk ilegal). 

Bagi perokok pada masa lampau melihat realita masa kini, tentu akan heran. Penelitian seperti apa yang pada akhirnya memberikan stigma bahwa perokok itu buruk. Kakek saya (sekarang sudah almarhum), jika masih hidup, barangkali akan menentang keras tentang hal tersebut. 

Kakek saya pun punya buktinya bahwa ketika beliau dicek secara medis, baik paru-paru, jantung, dan organ-organ lainnya dinyatakan sehat. Padahal jika melihat realitanya, kan, beliau adalah perokok yang pantang berhenti mengisap kecuali lupa bawa korek atau koreknya diambil oleh temannya. 

Cara Perokok Kampung agar Tetap Kuat

perokok kampung sehat

Jika berpikir secara jernih, dan ingin menjawab kenapa perokok kampung tetap sehat meskipun merokok adalah gaya hidup yang efektif. Maksudnya, ia tetap menjaga pola makan (meminimalisir makanan yang mengandung kolesterol) dan selalu berolahraga dalam bentuk apa pun. 

Olahraga bisa saja berjalan santai, lari-lari kecil putar lapangan, dan hal-hal lainnya. Selain itu, tetap minum air putih yang cukup. Andai perokok masa kini melakukan hal tersebut niscaya tetap sehat dan kuat. 

Sayangnya, tidak semua perokok masa kini melakukan hal tersebut. Pada akhirnya, rokok lah yang menjadi penyebab utama orang sakit dan berujung wafat, meskipun entah kenapa, gaya hidup yang tidak jelas sering kali tidak dimasukkan ke dalam variabel penelitian. 

Oleh karena itu, saran yang paling baik dari perokok kampung agar tetap sehat dan kuat adalah menyeimbangkan gaya hidup. Asupan nutrisi terjaga, minum air putih yang cukup, dan tetap berolahraga. 

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Moddie Alvianto Wicaksono

Moddie Alvianto Wicaksono

Analis di RKI. Tinggal di Yogyakarta.