data merokok menyehatkan
data

Rokok Bikin Penyakit atau Bikin Sehat? Ini Fakta Sebenarnya!

Rokok acapkali dianggap sebagai biang penyakit masyarakat Indonesia. Mulai dari penyakit jantung, kanker, dan banyak lagi. Yang penting, bagi antirokok, penyakit apa pun yang timbul dari tubuh manusia, semuanya berasal dari sebatang rokok. 

Padahal, kalo kamu mendengar cerita dari Butet Kartaredjasa di sini, kamu akan kaget. Kok, bisa, beliau yang merokok sejak kelas lima SD, ternyata saat melakukan general check-up dengan sistem teknologi termutakhir, paru-parunya bersih. Dokternya pun geleng-geleng dan tidak bisa memberikan respons secara klir mengenai hal tersebut. 

Kalo sudah begini, siapa yang keliru? Anggapan masyarakat Indonesia terhadap rokok? Diagnosa yang keliru dari seorang dokter? Atau investasi asing yang begitu besar untuk mendiskreditkan rokok? 

Rokok Bermanfaat bagi Masyarakat Indonesia

Tidak ada yang tidak bermanfaat di dunia ini, termasuk hasil olahan tembakau berupa rokok, dan lebih jauh di Indonesia kita kenal sebagai kretek. Lebih dari enam juta pekerja berkecimpung di industri hasil tembakau dan hingga hari ini mereka masih eksis untuk berjuang di industri tersebut. Banyak tangan yang terbantu sehingga mereka mampu melanjutkan hidup.

Dari situ saja, sudah terlihat bahwa rokok memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Ini belum lagi ditambah dengan cukai serta pajak rokok yang semakin hari semakin berguna untuk masyarakat Indonesia.

Pendapatan cukai rokok 10 tahun terakhir

Sejak tahun 2016 hingga 2022 pendapatan negara dari cukai rokok selalu meningkat. Rinciannya sebagai berikut:

2016: Rp138 Triliun

2017: Rp147,7 Triliun

2018: Rp152,9 Triliun

2019: Rp164,87 Triliun

2020: Rp170,24 Triliun

2021: Rp188,81 Triliun

2022: Rp198,02 Triliun

Dari data di atas, terjadi kenaikan pendapatan yang berada di atas Rp10 Triliun setiap tahun, dan bahkan dalam lima tahun terakhir, pendapatannya selalu melampaui target Anggaran Penerimaan Belanja Negara (APBN). Maka, tidak heran apabila cukai rokok selalu menjadi harapan untuk negara. Hal itu juga diakui oleh Nirwala selaku Dirjen Bea Cukai dalam podcast Blakasuta. Tahun 2023 target APBN adalah Rp300 Triliun. Untuk cukai, targetnya sebesar Rp245 Triliun yang mana 95%-nya berasal dari cukai rokok

Jadi, betapa menggiurkannya dana cukai rokok bagi negara. Ini belum lagi ditambah dengan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT). 50% dari dana tersebut digunakan untuk pelayanan kesehatan. Bisa kamu bayangkan, bukan, produk yang konon berbahaya, cuannya dianggap haram, tapi malah membikin sehat bagi banyak orang. 

Saya tidak bisa membayangkan apa jadinya DBH-CHT tidak diperuntukkan pelayanan kesehatan. Pengelolaan puskesmas tidak baik, rumah sakit tidak kunjung dibangun, dan itu hanya menghambat masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. 

Cara Perokok Membikin Negara Menjadi Sehat Memang Mujarab

Cara Perokok Membikin Negara Menjadi Sehat Memang Mujarab

Anti rokok seringkali lupa bahwa suka menunjuk sesuatu (baca: rokok) yang dianggap berbahaya, tetapi di satu sisi yang berbahaya itu justru memberikan manfaat begitu banyak. Sayangnya, gelombang anti rokok di Indonesia terlanjur kuat sehingga susah untuk dikendalikan. 

Dana yang begitu besar seolah membuat anti rokok bebas melakukan hal apa pun termasuk membikin regulasi seperti PP 109/2012. Sayangnya, mereka lupa juga. Ada fakta-fakta yang tidak terbantahkan seperti data-data di atas. Dari cukai rokok, DBHCHT hingga mereka yang melampaui waktu seperti cerita Butet Kartaredjasa. 

Negara, dalam hal ini, justru menjadi sehat. Di saat industri-industri lain sedang mengalami pergolakan hebat karena defisit keuangan dan sebagainya, industri hasil tembakau masih menjadi harapan. Seharusnya negara lebih peduli terhadap industri hasil tembakau.