Tembakau Tambeng diburu oleh penikmat tingwe karena citarasa yang berbeda. Tembakau ini produksinya terbatas, hanya dihasilkan oleh tembakau yang ditanam di Dusun Tambeng, Desa Lubawang, Kecamatan Besuki, Situbondo.
Tembakau Tambeng memiliki aroma yang kuat. Bahkan, semakin lama disimpan aroma gurih manis berpadu dengan cokelat akan semakin keluar.
Belakangan, tembakau ini dikategorisasi lagi berdasarkan pengolahan pascapanen. Dari tekstur rajangan. Yang menghasilkan aroma berbeda dari tembakau Tambeng lain, yakni munculnya aroma coklat berpadu padan dengan aroma nangka.
Kenikmatan tembakau ini dulunya hanya dikenal kalangan terbatas, terutama kalangan sepuh yang sejak lama menikmati rokok tingwe. Tetapi, seiring kenaikan harga rokok karena Menteri Keuangan Sri Mulyani terus menaikkan tarif cukai, kegemaran menikmati tingwe pun mewabah ke generasi muda.
Ada bagusnya, generasi muda pun mengenal kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan tembakau unik dan berkualitas.
Tembakau Tambeng, Artinya “Nakal” dalam Bahasa Madura
Kata “Tambeng” artinya nakal dalam bahasa Madura, nama ini merujuk nama dusun yang memproduksi tembakau Tambeng.
Asal usul tembakau Tambeng dihasilkan dari daerah di kaki gunung Rengganis, di Desa Lubawang, Kecamatan Besuki, Situbondo. Sekitar 500 Kelapa Keluarga (KK) yang berada di dusun ini, sebagian besarnya membudidayakan tembakau ketika musim kemarau.
Tembakau Tambeng tidak diperlakukan secara khusus, tetapi hasilnya memang seperti itu. Citarasanya yang khas hanya bisa dihasilkan dari tembakau yang ditanam di Dusun Tambeng ini. Begitu tembakau yang sama ditanam di luar dusun menghasilkan citarasa yang berbeda.
Itulah keunikan tembakau yang membuat Indonesia yang berbentuk kepulauan memiliki ragam tembakau yang berbeda dari setiap daerah. Citarasa tembakau ini dibentuk tidak hanya dari bibit, cara perawatan, dan iklim semata, melainkan juga ada faktor keberuntungan yang melibatkan karakteristik tanah.
Hal ini yang membuat tembakau yang sama ditanam di tempat yang berbeda akan menghasilkan citarasa tembakau yang berbeda pula.
Komitmen Bupati Terhadap Petani Tembakau
Citarasa tembakau seringkali dikatakan sebagai rahmat Tuhan. Terutama bila di daerah tertentu bisa menghasilkan citarasa yang khas.
Situbondo merupakan sebuah wilayah yang terdapat di Jawa Timur. Sejarah perkembangan daerah ini berkaitan erat dengan kepentingan kolonial untuk mendapatkan cuan dari komoditas pertanian. Tembakau salah satunya.
Dari 11 kecamatan yang membudidayakan tembakau, hanya tembakau Tambeng dan Kayu Mas yang dikenal luas oleh kalangan penikmat rokok tingwe. Harga dua tembakau ini pun berbeda dari tembakau kebanyakan di Situbondo yang dipergunakan untuk kebutuhan pabrik rokok.
“Justru di daerah pegunungan itu kualitasnya yang sangat bagus, bisa jadi karena letak geografisnya yang ada di gunung atau tekstur tanahnya,” kata Karna Suswandi, Bupati Situbondo.
Ia menyampaikan komitmen Pemkab Situbondo untuk terus meningkatkan kesejahteraan petani tembakau. Terlebih setelah peraturan Menteri Pertanian tidak memberi jatah bagi komoditas strategis ini untuk mendapatkan pupuk bersubsidi.
“Kita mengalokasikan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) untuk membeli pupuk urea nonsubsidi dan diberikan kepada petani yang memiliki lahan di bawah 200 desiare. Termasuk di antaranya petani tembakau,” katanya, seperti dikutip mutiaraindotv.com.
Suatu langkah yang berani bagi Pemkab Situbondo untuk mensyukuri karunia Tuhan. Apakah di daerahmu pemerintah daerahnya mengambil kebijakan yang serupa untuk petani tembakau?