merayakan suka cita petani tembakau
PERTANIAN

Merayakan Kebahagiaan dan Sukacita Petani Tembakau, Panas Tinggi Tembakau Membawa Rezeki

Musim panen tahun ini adalah berkah bagi petani tembakau hampir di seluruh Indonesia. Setelah “berpuasa” bertahun-tahun, kali ini, di tengah panas yang panjang, para petani bersukacita merayakan tahun penuh rezeki.

Minggu lalu saya pulang kampung. Sesampainya di rumah, beberapa menit setelah jama’ah salat subuh, Bapak saya menyalakan mesin rajang tembakau. Tak berselang lama, saudara dan para tetangga berhamburan menuju rumah saya.

Dengan sigap dan cekatan, mereka saling bahu membahu untuk merajang tembakau yang telah diperam beberapa malam. Ada yang merajang, sementara yang lain menatanya di atas rigen, lalu menjemurnya. Setiap kali panen datang, hal seperti ini sangat lazim di desa saya. 

Tak ada yang indah dari musim panen tembakau di desa saya, kecuali suguhan hamparan rigen-rigen berisi emas hijau dijemur di bawah terik matahari. Melihat desa kecil ini menjadi ramai, para petaninya bergeliat, dan ekonomi berputar cepat dan besar.

Selesap merajang dan menjemur tembakau, ibu saya biasanya menyiapkan sarapan untuk para tetangga dan saudara yang ikut membantu. Sambil berbincang santai serta menikmati sarapan, kami biasanya bertukar kabar. 

“Bagaimana kondisi di Jogja?”

Begitulah kalimat template yang selalu ditanyakan ketika saya pulang ke rumah. Tentu saja saya ceritakan, kebahagiaan hidup di bumi yang konon diberkahi Tuhan ini.

Selepas itu, tentu saja saya merasakan agak ada yang berbeda di tahun ini. Ya, mimik wajah orang-orang di kampung saya, terutama Bapak saya senidir, terlihat lebih sumringah dan bahagia. Bukan hanya karena ada calon besan yang akan bertandang, melainkan juga panen tembakau tahun ini yang katanya bisa memberangkatkan kami sekeluarga ke Tanah Suci.

“Ini baru panen 3 daun bawah, sudah dapat uang 70 juta,” ujar Bapak saya sumringah.

Mendengar itu, hati saya pun ikut bersukacita. Bagaimana tidak, sekira empat tahun petani tembakau di kampung saya habis-habisan dihantam kenyataan pahit. Mulai dari musim yang tidak menentu, pandemi, dan juga kenaikan tarif cukai rokok yang memengaruhi harga tembakau hancur lebur seperti debu.

Bapak saya tahun ini menanam tembakau 1 hektar. Artinya jika kondisi panas terus seperti ini, maka hasil panen dan harganya pasti akan bagus. Apalagi daun tengah ke atas.

Saya tidak hanya melihat pancaran kebahagiaan itu di wajah Bapak saja. Paman-paman dan tetangga-tetangga saya pun demikian. Semua bersukacita dan energik menyambut hari-hari yang sepertinya akan membawa kebahagiaan untuk mereka.

Maka hanya satu kata yang saya batin, “alhamduliLlah”.

 2023 adalah tahun full senyum petani tembakau Indonesia

hasil panen tembakau 2023 bagus sekali

Rembang adalah kabupaten di mana warga dusun saya merayakan sukacita hasil panen tembakau. Kabupaten kecil ini sebenarnya bukanlah sentra pertanian tembakau. Sebab Rembang ya terkenal akan lautan dan garamnya.

Jika masyarakat Rembang saja, yang baru beberapa tahun menanam tembakau, merayakan suka cita, maka daerah-daerah lain yang memang urat nadi kehidupannya dari tembakau, tentu lebih sumringah dan full senyum.

Benar saja, saya mencoba berselancar di Google dengan keyword “Panen Tembakau”. Laman hasil pencarian menyuguhkan kabar membahagiakan, setidaknya bagi saya sendiri.

Hasil panen tembakau di Lumajang meningkat, petani tembakau Temanggung ketiban berkah, petani Jombang bergembira, petani Madura bersuka cita, dan lain sebagainya. Begitulah gambaran berita perihal panen tahun ini. Semua petani bersuka cita dan masyarakat menjadi lebih hidup dari daun, yang sering disebut pembunuh massal itu. 

Seharusnya pada saat-saat seperti inilah, pejabat-pejabat bangsa, khsusnya Sang Dewa Kenaikan Cukai Ratu Sri Mulyani turun ke ladang. Melihat dan berinteraksi langsung dengan para petani. Lihat betapa bahagianya mereka. Bukan dari bansos, melainkan melihat jerih payah mereka terbayar tinggi. 

Selamat merayakan suka cita, para petani. Lupakan sejenak kegagalan tahun-tahun lalu. Keringatmu untuk menanam dan hasilmu sebagian untuk bangsa, senantiasa layak untuk dihargai.