buruh pabrik rokok
Pabrikan

Betapa Menyenangkan Hidup Aman dan Terjamin Menjadi Buruh Pabrik Rokok di Kudus dan Malang

Buruh pabrik rokok merupakan salah satu profesi dari sekian profesi di Industri Hasil Tembakau (IHT). Ada banyak buruh pabrik rokok yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlahnya bukan lagi ratusan melainkan ratus ribu. 

Contoh saja: Kudus, Jawa Tengah. Di kota yang terkenal dengan julukan Kota Kretek, Kudus memiliki 81 perusahaan rokok. Dari total 81 perusahaan tersebut, setidaknya ada 77.236 buruh pabrik rokok. 

Dari PT. Djarum saja telah mempekerjakan orang sebanyak 41.600 lebih. PT. Sukun terdapat 3.300 orang sedangkan PT. Nojorono memiliki buruh rokok sebanyak 3.200 orang. Itu belum termasuk perusahaan kelas menengah yang jumlahnya ratusan hingga ribuan juga.

Jadi, bisa kamu bayangkan tenaga kerja yang berada di perusahaan rokok sangatlah banyak. Itu baru di Kudus. Belum di tempat yang lain seperti di Malang, Kediri, atau Surabaya. 

Dari Kudus, Buruh Pabrik Rokok Bisa Kuliahkan Anak-anaknya

Ngatini, seorang perempuan berusia 46 tahun. Ia menjadi buruh pabrik rokok sejak 1993. Ia sudah melanglang buana ke berbagai pabrik rokok di Kudus. Mulai dari pabrik rokok yang ada di Kradenan hingga Djarum Pladen.

Pekerjaan sehari-harinya sebagai buruh contong. Dari pekerjaannya itu, Ngatini mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga pendidikan kuliah. 

Anak pertamanya telah selesai kuliah menjadi sarjana. Anak keduanya sedang menempuh kuliah semester tiga. Sedangkan si bungsu baru berusia 2,5 tahun.

Dilansir dari detik.com, Ngatini mengaku bahwa pendapatannya tidak hanya mencukupi kebutuhan sehari-hari melainkan mampu menyekolahkan anak-anaknya. 

Dari cerita Ngatini menunjukkan bahwa bekerja sebagai buruh pabrik rokok, hidupnya terjamin. 

Beli Rumah karena Bekerja di Pabrik Rokok

Dari Kudus menyebrang ke Malang. Sebagai kota ber-plat N, Malang termasuk kota yang memiliki banyak pabrik rokok. Jika di Kudus hanya puluhan, Malang bisa mencapai ratusan pabrik rokok. 

Dari sekian ratusan pabrik rokok terdapat para pekerja yang menggantungkan hidupnya di sana. Salah satunya ialah Eko Susanto. Pria yang. kini, genap 16 tahun bekerja di sebuah pabrik rokok yang terletak di Kepanjen, Kabupaten Malang.

Eko merintis bekerja di pabrik tersebut dari lini bawah, yaitu buruh di unit mesin linting. Selain karena jarak dari rumah ke pabrik cukup dekat, pendapatan menjadi alasan kenapa ia tetap bekerja di sana.

Dari bekerja di sana, Eko mampu menyekolahkan anaknya. Selain itu, Eko mampu membeli rumah dari gajinya. Ia mengaku bahwa tunjangan, jaminan tenaga kerja, serta jaminan kesehatan dari pabrik ikut membantu keluarga Eko. 

Tidak heran apabila Eko Susanto bisa bertahan selama itu menjadi buruh pabrik rokok di Kepanjen. 

Bekerja di pabrik rokok bukanlah suatu kekeliruan. Apalagi banyak pabrik rokok yang mampu memberikan upah sebesar UMR atau UMK. Ini belum lagi ditambah dengan uang lembur, tunjangan, hingga tunjangan kesehatan. 

Oleh karena itu, akan menjadi aneh apabila dalam perkembangan terkini, pemerintah mengesahkan RPP Kesehatan. RPP yang secara tidak langsung akan menciderai kebutuhan hidup buruh pabrik kretek di seluruh Indonesia.