OPINI

Bandara Dhoho Kediri: Lahir dari Kepulan Asap Gudang Garam, bukti Kita Bisa Berdikari Tanpa Kehadiran Negara

Salah satu privilege menjadi Kepala Departemen Esai dan Terminal Mojok adalah bisa menikmati sebuah artikel sebelum ia tayang. Dan, salah satu tema yang sejak 2023 membuat saya penasaran dan selalu mendapatkan atensi besar dari pembaca adalah tema Bandara Dhoho Kediri. Ini adalah bandara baru yang mendapatkan julukan “Bandara Gudang Garam”.

Berdirinya sebuah landmark selalu menjadi prestasi wilayah tersebut. Monumen, museum baru, patung yang menunjukkan gairah seni tinggi, Ruang Terbuka Hijau, area merokok yang manusiawi, hingga sebuah bandara. Bandara! Kamu bisa membayangkan betapa sulitnya membangun sebuah landmark yang begitu masif dan pasti menelan biaya besar bernama Bandara Dhoho Kediri.

Oleh sebab itu, sejak pertengahan 2023, saya menantikan Bandara Dhoho Kediri ini resmi beroperasi. Kediri adalah salah satu kota besar di Jawa Timur. Namun, ia pasti akan tenggelam jika kamu menyandingkannya dengan Surabaya dan Malang. Nah, lahirnya bandara baru ini, menurut saya, bisa mengelevasi nama Kediri ke tingkat yang belum pernah mereka jangkau sebelumnya.

Bahkan Surabaya, ibu kota Jawa Timur, tidak memiliki bandara di daerah mereka sendiri. Jika kamu belum tahu, Bandara Juanda itu berada di Sidoarjo. Sementara itu, Bandara Dhoho Kediri tidak hanya menjadi “pusaka” di Kota Tahu. Beberapa daerah seperti Kabupaten Blitar, Kabupaten Tulungagung, dan Kabupaten Trenggalek akan ikut menikmatinya.

Selain itu, Bandara Dhoho Kediri menjadi bandara pertama di Indonesia yang lahir tanpa suntikan dana APBN! Bandara tersebut lahir berkat “kepulan asap” dari PT Gudang Garam yang menggelontorkan dana hingga Rp10,8 triliun. 

Kamu nggak salah membaca. Sebuah landmark megah ini berdiri berkat topangan dari kepulan asap Gudang Garam. Jadi, buat kamu yang sedang dan masih menikmati Gudang Garam sebagai rokok utama patut berbangga hati. Kamu sudah ikut berpartisipasi membangun kebanggaan orang Kediri.

Bandara Dhoho Kediri membuka potensi wisata baru di Jawa Timur

Di atas saya menyebutkan bahwa akan ada banyak daerah yang ikut menikmati Bandara Dhoho Kediri. Salah satu “kenikmatan” dari “kepulan asap” Gudang Garam adalah potensi wisata baru di Jawa Timur. Pertengahan 2023 yang lalu, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, pernah menegaskan hal ini.

Pak Budi menerangkan bahwa Bandara Dhoho Kediri punya fungsi memperkuat konektivitas di Jawa Timur bagian selatan. Selain itu, bandara tersebut akan mendorong kemunculan titik pariwisata baru hingga melayani penerbangan haji dan umroh.

“Kita harapkan kehadiran bandara ini dapat memberikan suatu kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat di sekitar Kediri,” ucap Menhub melansir keterangan resminya.

Aris Subagyo, akademisi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya, mengungkap sebuah poin yang menarik. Kata Aris, sebuah bandara itu memegang peran penting untuk memperkuat potensi ekonomi sektor pariwisata, pertanian, perdagangan, dan jasa. Moda transportasi udara juga membuat investor lebih mudah mengakses wilayah Kediri dan sekitarnya.

Untuk Kediri sendiri, mereka memiliki beberapa destinasi wisata dengan potensi luar biasa. Misalnya, wisata Gunung Kelud, Selingkar Wilis, Air Terjun Dolo, dan lain-lain.

Selain itu, masih kata Aris, kabupaten atau kota yang memiliki bandara, khususnya di Jawa Timur yang dekat dengan bandara, mempunyai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang lebih tinggi dari rata-rata daerah lain. PDRB merupakan salah satu indikator kondisi ekonomi di suatu daerah.

Segala potensi ini lahir, salah satunya, berkat Gudang Garam. Hal ini menjadi bukti paling kuat bahwa satu batang rokok mempunyai potensi besar bagi Nusantara. Kamu boleh membenci rokok. Namun, kamu akan terlihat sangat picik jika menampik potensi dan manfaat yang rokok bawa. Dan, segala keburukannya, tidak boleh menjadi alasan pemusnahan, tapi memantik diskusi produktif supaya kaum perokok dan tidak merokok bisa sama-sama enak.

Gudang Garam menjadi game changer bagi Kediri

Keberadaan sebuah bandara tidak hanya akan menguntungkan mereka yang hendak bepergian. Bandara Dhoho Kediri, misalnya, yang lahir berkat suntikan dana dari Gudang Garam, menjadi semacam game changer bagi Kediri itu sendiri. 

Jadi, pemerintah Kediri sadar bahwa keberadaan bandara harus disokong dengan perbaikan di banyak titik. Misalnya, pembenahan sudah mulai terasa di Simpang Lima Gumul. Dulu, bangunan mangkrak mendominasi kawasan ini. Karena tidak terawat, kawasan ini malah menjadi “kawasan mesum” bagi anak muda tidak bertanggung jawab.

Lalu, pemerintah setempat juga memoles Alun-Alun Kediri. Dulu, daerah ini terasa seperti setting film horor ketimbang pusat kegiatan masyarakat. Seiring beroperasinya bandara, seharusnya warga semakin sering melihat (dan merasakan) perbaikan di berbagai landmark dan fasilitas yang ada.

Oleh sebab itu, bandara yang tidak “membutuhkan” negara untuk berdiri ini akan memberikan manfaat luar biasa bagi warga lokal. Oleh sebab itu, menurut saya, Bandara Dhoho akan menjadi game changer bagi Kediri. Yah, semoga, Bandara Gudang Garam ini bisa memakmurkan warga, bukan malah mempersulit ke depannya.

Pada akhirnya, potensi “asap rokok” yang mewujud menjadi Bandara Dhoho Kediri sering tidak dilirik. Gudang Garam, yang sudah sejak lama merasakan nikmatnya tinggal di Kediri, memberi kembali untuk Kediri dalam bentuk terbaiknya, yaitu fasilitas untuk warga. 

Oleh sebab itu, jika negara enggan hadir, sebenarnya kita bisa berkonsolidasi untuk maju dan berkembang. Karena terkadang, negara hadir hanya untuk menjadi bandit bagi rakyat kecil.