Kini, pemuda-pemudi tidak perlu malu untuk melakukan tingwe. Pilihannya banyak dan salah satunya adalah Tembakau Lamsi.
Saat ini, tingwe (melinting dewe) menjadi aktivitas yang lumrah dilakukan oleh para perokok. Padahal ketika berkaca pada era dulu, di mana harga rokok masih bisa dijangkau, melinting kerap diidentikan dengan orang-orang tua.
Berbeda kasus pada saat ini, di mana anak-anak muda tidak sedikit yang melakukan tingwe. Mereka sudah tidak malu untuk membawa lintingan ke dalam tongkrongan. Pun bisa dikatakan bahwa melinting adalah solusi tetap berasap di tengah kenaikan cukai rokok.
Ada banyak jenis tembakau yang digunakan untuk tingwe, dari mulai tembakau Madura, Jawa Timur, Lombok, Temanggung, Boyolali, dan lain sebagainya.
Berbicara mengenai tembakau Temanggung, daerah ini memang penghasil tembakau dengan kualitas yang mumpuni. Tak ayal kota ini dijuluki “Negeri Tembakau”. Pun tembakau-tembakau dari Temanggung acap digunakan untuk bahan baku rokok-rokok golongan 1. Adapun jenisnya antara lain, Lamuk, Lamsi, Paksi, Toalo, Tionggang, Swanbing, dan Kidulan.
Dari beragam jenis tembakau itu, secara umum memiliki rasa yang cukup berat. Apalagi bagi para perokok pemula. Berbeda ketika membicarakan tembakau Madura atau Jawa Timur yang rasanya cenderung ringan. Tapi yang namanya tembakau untuk di rokok memang dikembalikan kepada para penikmatnya.
Kalau tembakau Temanggung itu tadi memiliki ciri khas yang berat. Sehingga untuk menyelerasakan rasanya perlu campuran cengkeh. Ibarat masakan, cengkeh adalah bumbu masaknya. Saya rekomendasikan agar tembakau Temanggung lebih nikmat ketika dihisap saat cuaca dingin. Wuiii rasanya bener-bener nagih, Sob!!. Saya sudah membuktikannya bertahun-tahun.
Tembakau Lamsi, tembakau manis dari utara Gunung Sumbing
Nah dari berbagai jenis tembakau yang ada di Temanggung itu, tembakau Lamsi menjadi salah satu tembakau yang cukup digemari oleh anak muda hingga orang tua, setidaknya yang ada di Temanggung. Tembakau jenis ini di budidayakan di wilayah lereng Sumbing bagian utara, seperti desa Wonotirto, Cepit, dan seterusnya. Tembakau ini memiliki warna kuning kecoklat-coklatan.
Yang membedakan tembakau Lamsi dengan tembakau di area lereng Sindoro ada pada bagian rajangan atau irisannya. Jika tembakau di lereng Sindoro memiliki rata-rata rajangan yang halus, maka tembakau lereng Sumbing nyaris semua memiliki rajangan yang agak kasar dan tebal. Lalu dari segi rasa tembakau Lamsi memiliki rasa manis.
Seperti yang disinggung di awal, berhubung tembakau Temanggung cukup berat saat dihisap, untuk meraciknya sendiri agar lebih nikmat, maka diajurkan untuk diimbangi dengan cengkeh. Kalau mau agak ringan maka diperbanyak cengkehnya, tapi kalau mau rasa yang ingin “menendang”, sedikit saja cengkehnya.
Untuk cengkehnya sendiri sebenarnya perlu juga pilihan khusus. Ada banyak sekali pilihan cengkeh, seperti cengkeh menjangan, manado, sansibar, dore, dll. Saya sarankan untuk menggunakan cengkeh manado agar hasil rasanya bisa pas. Tapi boleh juga mengunakan menjangan Kembang ketika kalau mau beraoma wangi.
Harga dari tembakau Lamsi sebenarnya beragam, tergantung darimana asalnya. Tapi untuk rata-rata dijual dibrandol dengan harga 35rb-45rb di toko-toko tembakau daerah Temanggung. Mungkin kalau beda wilayah juga sedikit berbeda harga pula. Seperti di Jogja harganya 40rb-60rb. Bisa dicoba kawan-kawan.
Sepertinya tidak saat ini tidak kesulitan untuk menemukan tembakau Lamsi, khususnya di Pulau Jawa. Mengingat kios-kios tembakau sudah berkembang cukup pesat di belahan nusanstara.