tembakau jember
OPINI

Jember dan Tembakau: Dekat, Lekat, dan Saling Memberkati Satu Sama Lain

Jember dan tembakau adalah dua kata yang terpisahkan. Lekat dan rapat karena saling menghidupi. 

Pasar ekspor tembakau sedang bergairah. PT Perkebunan Nasional (PTPN) Regional 4 sedang membidik pasar Eropa dan Amerika Latin. Hal ini menjadi kabar yang menggembirakan di tengah badai kenaikan cukai hasil tembakau yang semakin eksesif. 

Selain itu, potensi pendapatan yang akan diperoleh PTPN Regional 4 tidak main-main. Nilainya mencapai angka Rp50-60 miliar. Jika menilik angka tersebut, mempertegas keberadaan tembakau di Jember sebagai tembakau berkualitas wahid. 

Strategi PTPN Regional 4 dalam Memperkuat Kualitas Tembakau

Dalam mempersiapkan kualitas tembakau yang baik, ada beberapa strategi dari PTPN Regional 4 di antaranya penyediaan bahan dan kebutuhan sarana produksi. Jika sebelumnya ketersediaannya pada kurun waktu tertentu, kini hendak dilakukan percepatan.

Selain itu, penyediaan kebutuhan dan sarana di gudang pengering. Hal ini juga sama persis di bagian produksi. Mereka juga akan melakukan percepatan. Tidak hanya itu saja, melainkan juga mereka monitoring hasil pengolahan tembakau. Hal ini menjadi penting agar kualitas olahan sesuai dengan permintaan pasar. Jika berbeda, kekhawatirannya adalah penolakan dari konsumen.

Dengan penerapan berbagai strategi di atas, PTPN Regional 4 optimis bahwa kualitas tembakau akan sesuai dengan harapan pasar baik di Amerika Latin maupun Eropa. Jika pasar menerima tembakau Jember dengan baik, tidak heran apabila Jember sedang melakukan rebranding. Jember Kota Tembakau. 

Relasi Tembakau dan Jember

Jember dan tembakau adalah dua kata yang tidak terpisahkan. Bermula dari George Birnie yang mendirikan Landbouw Maatschappij Oud Djember pada 21 Oktober 1859, kini tembakau telah menjadi bagian dalam diri masyarakat Jember. 

Hal itu dapat dibuktikan ketika tidak banyak orang yang menetap di Jember pada abad ke 18. Namun, setelah tembakau hadir, puluhan ribu orang singgah dan menetap di Jember. Pada tahun 1859, penduduk Jember hanya sekitar 5.000 jiwa. Tetapi, pada 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa jumlah penduduk di Jember sebanyak 2.584.233 jiwa.

Lonjakan jiwa sebanyak itu karena tembakau. Hari ini, tembakau telah terbukti memberikan dampak penghidupan bagi masyarakat dan kota ini. Setidaknya, akan ada lebih dari 25.000 pekerja baru saat pra dan pasca panen tembakau. Hasil panennya pun mencengangkan. Bahkan, seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa sebagian tembakau Jember untuk ekspor. 

Tidak heran Jember merupakan kota kedua, setelah Malang, yang mendapatkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) terbanyak di Jawa Timur. 

Tembakau, Tanaman yang “Disakiti”

Baru-baru ini, salah seorang pengamat ekonomi, dalam sebuah siniar, mengatakan bahwa petani tembakau perlu melakukan diversifikasi. Sebab, tembakau merupakan tanaman tidak baik, entah itu dikembangkan atau diproduksi. Tembakau memiliki dampak mengerikan bagi kesehatan manusia. 

Hal ini semestinya perlu mendapat tanggapan lebih jauh. Apa jadinya ketika tembakau hilang dari Jember? Akan seperti apa pesona dan rupa masyarakat ini yang sudah lekat dengan tembakau? Barangkali hal-hal seperti itulah yang tak pernah terpikirkan oleh pengamat ekonomi itu. 

Sebenarnya, tidak hanya Jember, ada pula kota-kota di sebelahnya seperti Situbondo atau Madura yang warisannya hilang dari sejarah. Ya, karena sebuah omongan dari pengamat ekonomi itu. 

Ingat, tembakau, dan lagi cengkeh, adalah warisan Nusantara yang kemudian hari bernama kretek. Hal inilah yang semestinya perlu mendapatkan perhatian lebih. Apalagi terbukti, dengan kretek lah, penerimaan negara dari cukai hasil tembakau selalu terbantu. Jika bukan karena kretek, entah jadi apa penerimaan negara via cukai di Indonesia.