produk tembakau alternatif
OPINI

Produk Tembakau Alternatif: WHO dalam Kesesatan Berpikir

Eksil petinggi WHO menyebut produk tembakau alternatif dapat menjadi solusi untuk menekan angka perokok. Ialah Robert Beaghole dan Ruth Bonito, mereka mengulas potensi tembakau alternatif dalam menurunkan prevalensi merokok dalam laporan yang diterbitkan jurnal kesehatan global, The Lancet.

Tampaknya petinggi WHO ini ingin menginjeksi pemahaman bahwa tembakau alternatif seperti vape dan rokok elektrik lainnya adalah bukan bagian dari rokok. Sehingga maksud menurunnya prevalensi merokok itu adalah perpindahan dari rokok konvensional ke produk alternatif tembakau yang dianggap bukan rokok.

Bagi orang waras, statemen petinggi WHO ini amat konyol. Mereka berupaya untuk menunjukkan kepada publik bahwa untuk menurunkan prevalensi merokok, maka solusinya adalah beralih ke produk alternatif tembakau. Yang berarti orang-orang harus berpindah mengonsumsi rokok elektrik.

Produk alternatif tembakau adalah alat politik dagang

Wanda Hamilton dalam buku Nicotine War: Perang Nikotin dan Para Pedagang Obat telah memprediksi kemunculan produk tembakau alternatif ini. Buku ini mengungkap fakta-fakta ilmiah tentang kedalaman perang antara nikotin alamiah dan tembakau yang terwakilkan oleh industri tembakau konvensional. 

Wanda Hamilton menyampaikan pemahaman isu kesehatan yang selama ini senantiasa menyudutkan rokok adalah bagian dari akal bulus industri kesehatan untuk memenangkan pasar nikotin yang menjanjikan. Bukti nyatanya bisa terlihat hingga sekarang, bagaimana para pedagang obat mempromosikan produk tembakau alternatif seperti koyo nikotin, permen nikotin, bahkan sekelas petinggi WHO, sebuah lembaga yang memayungi kesehatan, turut serta untuk berkampanye produk tembakau alternatif.

Statemen eksil WHO di atas adalah propaganda semata dan sebuah kesesatan berpikir yang nyata, yang dipertontonkan tanpa rasa malu. Cara-cara antirokok dalam melakukan propaganda sejatinya hanyalah ingin menjadi penguasa tunggal terhadap nikotin. 

Lalu, apkah produk alternatif tembakau lebih sehat?

Antirokok kerap berkampanye jika produk alternatif tembakau jauh lebih sehat ketimbang rokok konvensional. Uap yang dihasilkan dari panas diklaim tidak mengandung tar sebagaimana pembakaran pada rokok konvensional. Namun apakah benar produk satu ini tidak berbahaya?

Para peneliti Harvard mengungkapkan bahwa pengguna vape beresiko mengidap penyakit bronchiolitis obliterans atau lebih akrab disebut sebagai ‘popcorn lung’. Kandungan kimia di dalam vape secara sistematis menghancurkan saluran udara paru-paru terkecil.

Ada juga hasil temuan terbaru dari para ahli kesehatan di Jepang yang menemukan bahwa kandungan formalin dan asetaldehida dalam uap yang dihasilkan beberapa cairan rokok elektronik lebih berbahaya dibandingkan rokok biasa.

Penelitian yang ditugaskan oleh Kementerian Kesehatan Jepang ini menemukan karsinogen dalam uap yang dihembuskan usai menghisap rokok yang disebut vape ini. Misalnya kandungan formaldehyde, sebuah zat yang biasa ditemukan dalam bahan bangunan dan pembalseman cairan, tingkat karsinogen lebih tinggi dibandingkan dalam asap rokok biasa. Lalu, asetaldehida juga ditemukan pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan rokok tembakau.

“Bahkan, dalam salah satu merek rokok elektronik ditemukan 10 kali tingkat karsinogen dibandingkan satu batang rokok biasa,” tutur seorang peneliti dari National Institute of Public Health, Jepang dr. Naoki Kunugita seperti dilansir laman Daily Mail

Itu baru dari hasil riset kesehatan, belum jika melihat faktor risiko berbahaya lainnya, seperti meledaknya alat vapor atau kandungan logam berbahaya yang ada di alat vapor.

Alat vapor dapat meledak. Ledakan dapat terjadi karena pemanasan berlebih dari baterai lithium ion yang digunakan untuk menggerakkan vape. Ledakan ini berbahaya dan dapat membunuh.

Kejadian meledaknya vape ini pernah terjadi menimpa vapers bernama Kenneth Barbero dari Albany. Kenneth menjadi korban ledakan vape dan mengalami luka parah. Dalam sebuah wawancara, Kenneth menjelaskan bahwa ledakan itu merobek lidahnya, tangannya yang mengalami luka bakar dan beberapa giginya hilang.

Ledakan seperti itu tidak akan pernah terjadi dan tidak akan pernah menghantui kretekus. Sebab mengonsumsi kretek tidak memerlukan daya listrik apapun. Mengonsumsi kretek sama dengan mengonsumsi tembakau secara alami, dan jangan lupakan komponen cengkeh dan rempah lainnya yang juga terkandung di dalam kretek.

Maka jika melihat fenomena bahayanya mengonsumsi produk alternatif tembakau macam vape dari kacamata riset kesehatan dan pengalaman korban, sungguh miris rasanya jika kampanye ‘lebih sehat’ masih dihembus-hembuskan kepada masyarakat.

Di Indonesia, produk tembakau alternatif hanya menyerap 20% tembakau lokal!

Tembakau bagi masyarakat Indonesia adalah daun emas yang bernilai ekonomi tinggi. Dilansir dari data Kementerian Keuangan tahun 2022, serapan tembakau lokal meningkat dalam kurun waktu lima tahun terakhir walaupun produksi rokok menurun. Pada tahun 2022, serapan tembakau lokal mencapai 265,5 ribu ton. Naik sedikit daripada tahun 2021 yang hanya mencapai 237,1 ribu ton. 

Sedangkan kebutuhan pabrik rokok konvensional terkait serapan tembakau mencapai 322 ribu ton per tahun. Sedangkan untuk tembakau lokal mencapai 212 ribu ton per tahun. Artinya, kebutuhan pabrik rokok konvensional akan serapan tembakau lokal sebanyak 65%. 

Dari data di atas, serapan tembakau lokal untuk kebutuhan lainnya, yang mana di dalamnya untuk kebutuhan tembakau alternatif, hanya sebesar 53 ribu ton atau sekitar 20%. Artinya, serapan tembakau lokal tidak diperuntukkan begitu besar dan banyak bagi rokok elektrik atau tembakau alternatif lainnya.