logo boleh merokok putih 2

Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas

balur-terapi-penghalau-radikal-bebas

Jadi, prinsip balur adalah dalam kerangka detoksifikasi tubuh. Tak salah jika nama resmi rumah balur yang dikembangkan Doktor Gretha dan Profesor Sutiman adalah Lembaga Penelitian dan Pengembangan Peluruhan Radikal Bebas.

griya balur-01
Sumber foto: www.news.com.au

Seandainya kesehatan manusia bisa ditilik dari perspektif fisika sub-atomik, barangkali saja penyebab hampir semua penyakit adalah radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah populasi yang berlebih. Bagaimana logikanya? Mari kita pahami.

Di dalam sistem tubuh manusia terdapat organ, jaringan, protein, sel dan lainnya yang bisa dilihat dengan pengamatan selular. Dan di balik semua itu terdapat atom karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen dan lainnya yang bisa diamati dalam skala atomik. Pada level ini ada skala pengamatan yang lebih kecil lagi, biasa dinamakan sub-atomik. Sementara, di balik atom-atom yang menyusun sistem tubuh ini terdapat interplay yang tidak terputus antara proton, neutron dan elektron. Keseimbangan pada tingkat sub-atomik di antara proton, neutron dan elektron adalah kata kunci kesehatan, dan ketidakseimbangan berarti juga sebaliknya. Mulai paham, bukan!?

Lalu, apa yang disebut radikal bebas? Radikal bebas adalah senyawa kimia aktif dalam fase gas dan bermuatan listrik yang bergerak supercepat. Konon, kecepatan geraknya sepermiliar perdetik. Disebut radikal bebas karena adanya elektron yang tidak berpasangan dengan inti atomnya, sehingga sifatnya menjadi reaktif dan radikal. emmm…tak berpasangan alias jomblo, terus jadi reaktif…. ya… ya…

Seandainya jumlah radikal bebas itu terkendali dan terbatas, ia bermanfaat menjalankan proses kehidupan. Tapi, jika dalam kondisi berlebih, radikal bebas dapat mengganggu dan menyebabkan berbagai penyakit. Jika kelebihan radikal bebas menyerang DNA, maka yang bersangkutan akan terkenai autis. Jika yang diserang adalah protein pengendali jaringan pertumbuhan (P53), dan akibatnya pengendali jaringan itu tak berfungsi, muncullah penyakit kanker. Sementara, jika yang terkena radikal bebas adalah virus, maka virus itu menjadi lebih ganas karena telah mengalami mutasi genetik. Jelas, kan?

Kelebihan radikal bebas itu bisa terjadi karena proses penuaan, asupan nutrisi yang tak imbang misalnya banyak karbohidrat atau lemak serta kurang sayur dan buah, polutan karbon industri yang mencemari udara, air atau lingkungan secara umum, atau bisa juga karena sebab khusus lain seperti dampak kemoterapi. Tak kecuali stres yang berlarut-larut juga dapat memicu melonjaknya populasi radikal bebas.

Di antara senyawa radikal bebas itu, Merkuri (Hg) tergolong yang paling berbahaya. Hg mudah memproduksi elektron dengan karakter yang sangat reaktif. Kelebihan Hg radikal bebas akan menyebabkan kanker, autis, shizoprenia, dan berbagai penyakit kelainan genetik lainnya. Celakanya sejalan dengan mekarnya peradaban industri sejak revolusi mesin uap, polusi dalam bentuk sebaran Hg di dunia nampaknya semakin banyak dan bertambah-tambah. Meski hingga kini belum tertemu secara pasti penyebab sesungguhnya dari penyakit kanker, namum menurut peneliti Jepang, Yoshiaki Omura, semua sel kanker mengandung Hg. Catat ya, semua sel kanker, tentunya pada semua penderita sakit kanker, tertemu mengandung mercury alias Hg.

griya balur
Sumber foto: http://www.news.com.au

Dengan latarbelakang pemahaman itulah, rumah balur di bawah asuhan Doktor Gretha Zahar bekerja dengan prinsip menetralisir radikal bebas dari tubuh manusia. Logika terapi balur bekerja pada basis dinamika tubuh pada ukuran nano atau tingkat sub-atomik. Jadi yang dipersoalkan dan ditilik periksa bukan lagi pada tingkat sel, lebih-lebih pada skala organ seperti paru-paru atau jantung, melainkan unsur yang lebih mikro daripada sel seperti proton, neutron, elektron. Logika yang menarik, bukan?

Jadi, prinsip balur adalah dalam kerangka detoksifikasi tubuh. Tak salah jika nama resmi rumah balur yang dikembangkan Doktor Gretha dan Profesor Sutiman adalah Lembaga Penelitian dan Pengembangan Peluruhan Radikal Bebas.

Ada empat tahap dalam proses detoksifikasi itu. Tahap pertama adalah pra-balur. Tiga tahap selanjutnya adalah pembaluran, dengan cairan balur yang berbeda. Pada setiap tahapan tersebut relawan—istilah untuk menyebut pasien—dibungkus dengan alumunium foil selama kurang lebih 10 menit.

Sebelum dibalur, relawan diharuskan menggosok gigi dan mulutnya dengan ramuan putih berasa asam yang merupakan asam amino. Lalu, merokok divine kretek bagi yang bisa melakukannya. Selain itu, relawan juga melakukan pencucian mata dengan cairan penilalanin, dan pada saat bersamaan terapis memasukkan asap divine kretek melalui lubang telinga dan hidung si relawan. Lantas, juga minum cairan asam amino lain. Fungsi asam amino adalah agar merangsang terkumpulnya radikal bebas.

Pada balur tahap pertama, relawan tidur tengkurap atau berbaring di atas tempat tidur berlapis lempeng tembaga untuk dibaluri cairan acetosal dan penilalanin, serta diguyur dengan air hangat. Pembaluran dilakukan sembari memberi tekanan dan menggosoknya dengan arah gerakan berlawanan dengan arah jarum jam. Bersamaan itu juga ada proses pengemposan dengan asap divine kretek ke banyak titik permukaan kulit relawan. Pada fase ini ada proses yang dinamai enema, yaitu memasukkan asam amino melalui lubang anus. Setelah itu selesai, barulah tubuh relawan di bungkus dengan alumunium foil selama 10 menit. Alumunium foil jadi media mempercepat keluarnya radikal bebas yang bermuatan listrik, yang disambungkan ke lempeng tembaga sebagai grounding-nya.

Sementara pada tahap kedua dan ketiga, metode pembaluran berlangsung relatif sama. Apa yang membedakan fase pertama, kedua dan ketiga adalah cairan balurnya. Pada tahap kedua cairannya berupa benzoquinon, cassava, dan perasan daun kelor. Sedangkan pada tahap ketiga adalah kopi balur. Perbedaan lain yaitu pada tahap kedua, tubuh relawan akan ditepuk-tepuk cukup keras oleh terapis laiknya proses pemijatan. Fungsinya selain untuk memecah konsentrasi radikal bebas yang sudah ada di bawah permukaan kulit juga dimaksudkan mengeluarkannya.

Sumber foto: nbcnews.com
Sumber foto: nbcnews.com

Dengan rekayasa teknologi pada tingkat nano, asap divine kretek justru berfungsi sebagai obat dan pengobatan alternatif. Dalam ukuran nano atau tingkat sub-atomik, nikotin memiliki kemampuan untuk menyerap, memperkecil, meluruhkan dan mengubah sifat radikal bebas Hg yang berbentuk gas itu. Sedangkan senyawa tar memiliki peran sebagai semikonduktor yang baik, yang mempercepat pengeluaran senyawa radikal bebas dari tubuh.

Menurut Gretha Zahar, banyak pemahaman yang berbeda terkait tembakau atau rokok, dan dia sudah membuktikannya ampuh secara empiris sebagai piranti peluruh radikal bebas. Seperti diketahui, dalam pandangan umum yang berbasis analisis secara fragmentasi dan terisolasi, kandungan tembakau berupa nikotin, tar, CO dan sekitar 3.997 zat kimia lainnya ialah sumber segala penyakit. Akan tetapi, menurut Gretha radikal bebas lah yang sesungguhnya berbahaya dan sumber segala penyakit. Ia tidak hanya ada di rokok, melainkan di mana-mana.

Jadi, masih semudah itukah Anda secara sewenang-wenang menuduh produk olahan daun tembakau sebagai penyebab gejala degenerasi tubuh!? Silahkan, berpikir cerdas…

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Waskito Giri

Waskito Giri

Penulis, pemilih Jokowi, dan meyakini Nusantara sebagai asal-usul peradaban dunia. Kolektor keris.