logo boleh merokok putih 2

Bungkus Rokok dan Kenangan Masa Kecil

Dalam bahasa lokal daerah saya, permainan tersebut diberi nama adu adah rokok.

[dropcap]B[/dropcap]icara tentang rokok, biasanya orang akan terbawa dalam satu perdebatan perihal dampaknya bagi kesehatan atau rokok yang telah memberikan kehidupan bagi jutaan orang. Namun jika kita mau menelisik lebih jauh, perihal rokok bukanlah semata soal satu batang yang selalu diributkan orang atau dinikmati orang.

Kali ini, tak ada salahnya jika kita coba sedikit mengupas tentang bungkus rokok. Dewasa ini, bungkus rokok pun menjadi perdebatan yang cukup serius di kalangan pro dan kontra rokok, khususnya perihal gambar dalam bungkus rokok.

Seperti kita ketahui, dalam setiap bungkus rokok ada gambar yang menempel. Gambar tersebut adalah peringatan kesehatan yang memang didorong oleh kelompok antirokok, agar orang takut untuk mengkonsumsi rokok. Mulai dari gambar mulut yang rusak, paru-paru yang rusak, sampai dengan seorang lelaki berkumis yang menggendong anak sembari merokok. Peringatan kesehatan bergambar yang di kemudian hari oleh kelompok antirokok sendiri diakui tidak efektif untuk menghentikan orang merokok.

Beberapa waktu silam, gambar pria berkumis ini cukup ramai di media sosial. Netizen – sebutan bagi orang-orang yang aktif di media sosial – mempertanyakan siapa sebenarnya pria berkumis itu. Satu pertanyaan yang belum terjawab hingga saat ini. Bahkan salah satu iklan rokok ikut serta membuat parodi dari wajah pria tersebut.

Berkisah seorang pria yang menemukan lampu ajaib, lalu digosoknya agar jin baik hati keluar. Diberikanlah satu permintaan kepada pria tersebut yang kemudian dijawab dengan sebuah permintaan ingin menjadi orang yang terkenal dan eksis. Seketika si jin tersebut memotret lelaki tersebut dan ditempelkannya wajah lelaki itu dalam bungkus rokok. Lantas terwujudlah permintaan lelaki itu yang ingin terkenal dan dan eksis.

Disinyalir, sosok misterius di balik bungkus rokok itu adalah orang Thailand. Lantaran gambar peringatan kesehatan yang ada dalam bungkus rokok di Indonesia itu sendiri diambil dari gambar peringatan kesehatan di Thailand. Mereka yang mengusulkan peringatan kesehatan bergambar sepertinya tak memiliki kreatifitas untuk membuat gambar sendiri, sehingga harus mengambil gambar itu dari negara lain.

Bungkus rokok juga memiliki kesan yang mungkin cukup mendalam bagi mereka yang lahir pada kurun waktu tahun 80-an dan 90-an ketika masih kanak-kanak. Tunggu dulu, jangan dulu seudzon tentang anak-anak yang merokok seperti digembar-gemborkan kelompok antirokok. Bungkus rokok pernah menjadi mainan yang menggemberikan bagi anak-anak kecil pada masa itu.

Permainan dengan menggunakan bungkus rokok yang dipipihkan, lalu ditumpuk dan dilempar dengan batu lempeng secara bergantian dalam jarak tertentu. Siapa bisa menjatuhkan tumpukan bungkus rokok, dia berhak memiliki bungkus rokok itu. Nilai dari setiap merek rokok juga berbeda-beda. Merek yang tidak umum dan langka di pasaran – biasanya merek rokok industri rumahan – justru memiliki nilai yang tinggi daripada merek besar yang mudah didapatkan. Dalam bahasa lokal daerah saya, permainan tersebut diberi nama adu adah rokok.

Permainan itu kerap dimainkan ketika usai menjalani aktifitas di sekolah. Maka tak heran jika sepulang sekolah mata selalu mengawasi jalanan berharap menemukan bungkus rokok. Bahkan tak jarang anak-anak sampai pergi ke tempat tertentu yang ramai. Mereka menduga bahwa bungkus-bungkus rokok yang mereka buru itu bakal ditemui ketika mereka mendatangi tempat-tempat wisata, seperti pinggir pantai dan tempat ramai yang lain.

Tak diketahui siapa yang memulai dan menciptakan permainan tradisional itu. Namun yang pasti, permainan tersebut membuat anak-anak aktif dan interaktif dengan lingkungan luar bersama teman-teman sebayanya, dan tidak terbelenggu di ruangan dengan permainan digital.

Kemarin saya berada di sebuah pusat perbelanjaan, di sana saya mendapati ratusan bungkus rokok yang ditata menyerupai kota. Bungkus-bungkus rokok yang ditata rapi itu dilengkapi dengan miniatur mobil warna-warni, serta rerumputan yang menambah kesan artistik. Miniatur kota dari bungkus rokok itulah yang membawa imajinasi saya pada permainan adu adah rokok.

Bagi seorang dewasa yang merokok, dulu kerap kali menyimpan bungkus rokok di ventilasi yang ada di atas pintu atau jendela rumah, alih-alih membuangnya di tempat sampah. Disusunnya dengan rapi hingga menutupi ventilasi. Entah apa maksud dan tujuan mengumpulkan bungkus rokok itu, namun kebiasaan itu bukan hanya terjadi terhadap satu dua orang saja.

Ya, permianan seperti adu adah rokok mungkin tak lagi kita jumpai pada anak-anak masa kini yang cenderung memilih permainan digital sesuai zamannya. Namun mengenang permainan itu, mengenang pula masa-masa ceria bahagia ketika kita masih kecil yang bebas dan tak terkontaminasi oleh isu-isu politik di balik rokok.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Muhammad Choirur Rokhim

Muhammad Choirur Rokhim

Pecinta kretek asal Trenggalek, Jawa Timur.