\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n
\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Kembali ke produk PP 109 didalamnya terdapat 65 pasal, tujuan utamanya untuk pengendalian peredaran tembakau dan hasil olahannya. Salah satunya, pasal 25 adalah pelarangan menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, tidak boleh menjual terhadap anak-anak dan ibu hamil, sedangkan pasal 26 mengatur tentang pengendalian iklan tembakau.<\/p>\n\n\n\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 adalah Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dikalangan masyarakat umum, khususnya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect dari pertembakauan, banyak yang belum mengerti, bahwa peraturan pemerintah yang terkenal dengan PP 109 adalah produk anti rokok yang ditandatangani Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Amir Syamsudin, pada tanggal 24 Desember 2012 menjelang Hari Natal, tepatnya saat hari libur kerja.

PP 109 inilah yang sering menjadi dasar rezim kesehatan guna memerangi tembakau dan hasil olahannya berupa rokok. Keberadaan PP 109 jelas sangat merugikan, utamanya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect domino dari tembakau, seperti jasa percetakan dan jasa periklanan. Secara politis, anti rokok berhasil menggiring Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak mempedulikan tanaman tembakau dan hasil olahannya berupa rokok kretek sebagai produk asli Indonesia yang pernah jaya, menjadi satu-satunya industri yang mampu bertahan semasa penjajahan hingga sekarang. Tidak hanya itu, pungutan dari hasil olahan tembakau, sumbangannya sangat besar bagi keuangan Negara dalam pembangunan sampai saat ini.<\/p>\n\n\n\n


Kembali ke produk PP 109 didalamnya terdapat 65 pasal, tujuan utamanya untuk pengendalian peredaran tembakau dan hasil olahannya. Salah satunya, pasal 25 adalah pelarangan menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, tidak boleh menjual terhadap anak-anak dan ibu hamil, sedangkan pasal 26 mengatur tentang pengendalian iklan tembakau.<\/p>\n\n\n\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sikap pukul rata, generalisasi, memang kerap dialami oleh para perokok hingga dunia industri rokok. Mereka para anti-rokok selalu gegabah dan bersikap menggeneralisasi atas apa yang dilakukan oleh oknum. Seakan-akan perilaku oknum adalah perilaku seluruh perokok atau seluruh pelaku industri rokok. Kemudian mereka mengampanyekan aturan yang bukan hanya merugikan para perokok dan industri rokok, lebih jauh, merugikan negara. Maka, sebagai penikmat kretek, saya mengajak marilah kita menjadi perokok santun. Dan menghimbau pelaku industri rokok dan periklanan berhati-hati dalam bertindak. Karena tabiat anti-rokok itu memang usil.<\/p>\n","post_title":"Generalisasi dan Stereotip Terhadap Perokok dan Industri Hasil Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"generalisasi-dan-stereotip-terhadap-perokok-dan-industri-hasil-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-21 14:03:11","post_modified_gmt":"2019-06-21 07:03:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5804","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5798,"post_author":"877","post_date":"2019-06-19 09:28:40","post_date_gmt":"2019-06-19 02:28:40","post_content":"\n

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 adalah Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dikalangan masyarakat umum, khususnya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect dari pertembakauan, banyak yang belum mengerti, bahwa peraturan pemerintah yang terkenal dengan PP 109 adalah produk anti rokok yang ditandatangani Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Amir Syamsudin, pada tanggal 24 Desember 2012 menjelang Hari Natal, tepatnya saat hari libur kerja.

PP 109 inilah yang sering menjadi dasar rezim kesehatan guna memerangi tembakau dan hasil olahannya berupa rokok. Keberadaan PP 109 jelas sangat merugikan, utamanya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect domino dari tembakau, seperti jasa percetakan dan jasa periklanan. Secara politis, anti rokok berhasil menggiring Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak mempedulikan tanaman tembakau dan hasil olahannya berupa rokok kretek sebagai produk asli Indonesia yang pernah jaya, menjadi satu-satunya industri yang mampu bertahan semasa penjajahan hingga sekarang. Tidak hanya itu, pungutan dari hasil olahan tembakau, sumbangannya sangat besar bagi keuangan Negara dalam pembangunan sampai saat ini.<\/p>\n\n\n\n


Kembali ke produk PP 109 didalamnya terdapat 65 pasal, tujuan utamanya untuk pengendalian peredaran tembakau dan hasil olahannya. Salah satunya, pasal 25 adalah pelarangan menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, tidak boleh menjual terhadap anak-anak dan ibu hamil, sedangkan pasal 26 mengatur tentang pengendalian iklan tembakau.<\/p>\n\n\n\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Atas hal ini, beruntung masih ada lembaga negara yang bernalar agak jernih. Kementerian perindustrian lantas memprotes apa yang dilakukan kementerian kesehatan dan kemkominfo. Menurut perwakilan kementerian perindustrian, sikap semena-mena yang dilakukan kemenkes dan kemkominfo bisa merusak iklim industri di negeri ini dan mengganggu pemasukan negara.<\/p>\n\n\n\n

Sikap pukul rata, generalisasi, memang kerap dialami oleh para perokok hingga dunia industri rokok. Mereka para anti-rokok selalu gegabah dan bersikap menggeneralisasi atas apa yang dilakukan oleh oknum. Seakan-akan perilaku oknum adalah perilaku seluruh perokok atau seluruh pelaku industri rokok. Kemudian mereka mengampanyekan aturan yang bukan hanya merugikan para perokok dan industri rokok, lebih jauh, merugikan negara. Maka, sebagai penikmat kretek, saya mengajak marilah kita menjadi perokok santun. Dan menghimbau pelaku industri rokok dan periklanan berhati-hati dalam bertindak. Karena tabiat anti-rokok itu memang usil.<\/p>\n","post_title":"Generalisasi dan Stereotip Terhadap Perokok dan Industri Hasil Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"generalisasi-dan-stereotip-terhadap-perokok-dan-industri-hasil-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-21 14:03:11","post_modified_gmt":"2019-06-21 07:03:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5804","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5798,"post_author":"877","post_date":"2019-06-19 09:28:40","post_date_gmt":"2019-06-19 02:28:40","post_content":"\n

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 adalah Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dikalangan masyarakat umum, khususnya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect dari pertembakauan, banyak yang belum mengerti, bahwa peraturan pemerintah yang terkenal dengan PP 109 adalah produk anti rokok yang ditandatangani Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Amir Syamsudin, pada tanggal 24 Desember 2012 menjelang Hari Natal, tepatnya saat hari libur kerja.

PP 109 inilah yang sering menjadi dasar rezim kesehatan guna memerangi tembakau dan hasil olahannya berupa rokok. Keberadaan PP 109 jelas sangat merugikan, utamanya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect domino dari tembakau, seperti jasa percetakan dan jasa periklanan. Secara politis, anti rokok berhasil menggiring Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak mempedulikan tanaman tembakau dan hasil olahannya berupa rokok kretek sebagai produk asli Indonesia yang pernah jaya, menjadi satu-satunya industri yang mampu bertahan semasa penjajahan hingga sekarang. Tidak hanya itu, pungutan dari hasil olahan tembakau, sumbangannya sangat besar bagi keuangan Negara dalam pembangunan sampai saat ini.<\/p>\n\n\n\n


Kembali ke produk PP 109 didalamnya terdapat 65 pasal, tujuan utamanya untuk pengendalian peredaran tembakau dan hasil olahannya. Salah satunya, pasal 25 adalah pelarangan menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, tidak boleh menjual terhadap anak-anak dan ibu hamil, sedangkan pasal 26 mengatur tentang pengendalian iklan tembakau.<\/p>\n\n\n\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Memang benar, dan bisa jadi ada iklan rokok yang melanggar aturan seperti PP 109 tahun 2012 dan Undang-Undang Kesehatan terkait peraturan iklan rokok, tapi tidak juga menggeneralisasi dengan memblokir seluruh situsweb yang menampilkan iklan rokok namun tidak melanggar aturan. Tindakan semacam ini (hingga hari ini setidaknya sudah 114 situsweb yang diblokir tanpa penjelasan apakah benar melanggar aturan atau tidak) tentu saja merugikan banyak pihak, termasuk merugikan negara dan dunia industri di negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Atas hal ini, beruntung masih ada lembaga negara yang bernalar agak jernih. Kementerian perindustrian lantas memprotes apa yang dilakukan kementerian kesehatan dan kemkominfo. Menurut perwakilan kementerian perindustrian, sikap semena-mena yang dilakukan kemenkes dan kemkominfo bisa merusak iklim industri di negeri ini dan mengganggu pemasukan negara.<\/p>\n\n\n\n

Sikap pukul rata, generalisasi, memang kerap dialami oleh para perokok hingga dunia industri rokok. Mereka para anti-rokok selalu gegabah dan bersikap menggeneralisasi atas apa yang dilakukan oleh oknum. Seakan-akan perilaku oknum adalah perilaku seluruh perokok atau seluruh pelaku industri rokok. Kemudian mereka mengampanyekan aturan yang bukan hanya merugikan para perokok dan industri rokok, lebih jauh, merugikan negara. Maka, sebagai penikmat kretek, saya mengajak marilah kita menjadi perokok santun. Dan menghimbau pelaku industri rokok dan periklanan berhati-hati dalam bertindak. Karena tabiat anti-rokok itu memang usil.<\/p>\n","post_title":"Generalisasi dan Stereotip Terhadap Perokok dan Industri Hasil Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"generalisasi-dan-stereotip-terhadap-perokok-dan-industri-hasil-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-21 14:03:11","post_modified_gmt":"2019-06-21 07:03:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5804","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5798,"post_author":"877","post_date":"2019-06-19 09:28:40","post_date_gmt":"2019-06-19 02:28:40","post_content":"\n

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 adalah Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dikalangan masyarakat umum, khususnya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect dari pertembakauan, banyak yang belum mengerti, bahwa peraturan pemerintah yang terkenal dengan PP 109 adalah produk anti rokok yang ditandatangani Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Amir Syamsudin, pada tanggal 24 Desember 2012 menjelang Hari Natal, tepatnya saat hari libur kerja.

PP 109 inilah yang sering menjadi dasar rezim kesehatan guna memerangi tembakau dan hasil olahannya berupa rokok. Keberadaan PP 109 jelas sangat merugikan, utamanya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect domino dari tembakau, seperti jasa percetakan dan jasa periklanan. Secara politis, anti rokok berhasil menggiring Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak mempedulikan tanaman tembakau dan hasil olahannya berupa rokok kretek sebagai produk asli Indonesia yang pernah jaya, menjadi satu-satunya industri yang mampu bertahan semasa penjajahan hingga sekarang. Tidak hanya itu, pungutan dari hasil olahan tembakau, sumbangannya sangat besar bagi keuangan Negara dalam pembangunan sampai saat ini.<\/p>\n\n\n\n


Kembali ke produk PP 109 didalamnya terdapat 65 pasal, tujuan utamanya untuk pengendalian peredaran tembakau dan hasil olahannya. Salah satunya, pasal 25 adalah pelarangan menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, tidak boleh menjual terhadap anak-anak dan ibu hamil, sedangkan pasal 26 mengatur tentang pengendalian iklan tembakau.<\/p>\n\n\n\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baru-baru ini, kementerian kesehatan bersama kementerian komunikasi dan informatika secara mendadak mengeluarkan kebijakan memblokir situsweb di internet yang menayangkan iklan rokok. Seperti anti-rokok pada umumnya, laku menggeneralisasi juga nyatanya dilakukan oleh mereka para pemegang kebijakan.<\/p>\n\n\n\n

Memang benar, dan bisa jadi ada iklan rokok yang melanggar aturan seperti PP 109 tahun 2012 dan Undang-Undang Kesehatan terkait peraturan iklan rokok, tapi tidak juga menggeneralisasi dengan memblokir seluruh situsweb yang menampilkan iklan rokok namun tidak melanggar aturan. Tindakan semacam ini (hingga hari ini setidaknya sudah 114 situsweb yang diblokir tanpa penjelasan apakah benar melanggar aturan atau tidak) tentu saja merugikan banyak pihak, termasuk merugikan negara dan dunia industri di negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Atas hal ini, beruntung masih ada lembaga negara yang bernalar agak jernih. Kementerian perindustrian lantas memprotes apa yang dilakukan kementerian kesehatan dan kemkominfo. Menurut perwakilan kementerian perindustrian, sikap semena-mena yang dilakukan kemenkes dan kemkominfo bisa merusak iklim industri di negeri ini dan mengganggu pemasukan negara.<\/p>\n\n\n\n

Sikap pukul rata, generalisasi, memang kerap dialami oleh para perokok hingga dunia industri rokok. Mereka para anti-rokok selalu gegabah dan bersikap menggeneralisasi atas apa yang dilakukan oleh oknum. Seakan-akan perilaku oknum adalah perilaku seluruh perokok atau seluruh pelaku industri rokok. Kemudian mereka mengampanyekan aturan yang bukan hanya merugikan para perokok dan industri rokok, lebih jauh, merugikan negara. Maka, sebagai penikmat kretek, saya mengajak marilah kita menjadi perokok santun. Dan menghimbau pelaku industri rokok dan periklanan berhati-hati dalam bertindak. Karena tabiat anti-rokok itu memang usil.<\/p>\n","post_title":"Generalisasi dan Stereotip Terhadap Perokok dan Industri Hasil Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"generalisasi-dan-stereotip-terhadap-perokok-dan-industri-hasil-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-21 14:03:11","post_modified_gmt":"2019-06-21 07:03:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5804","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5798,"post_author":"877","post_date":"2019-06-19 09:28:40","post_date_gmt":"2019-06-19 02:28:40","post_content":"\n

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 adalah Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dikalangan masyarakat umum, khususnya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect dari pertembakauan, banyak yang belum mengerti, bahwa peraturan pemerintah yang terkenal dengan PP 109 adalah produk anti rokok yang ditandatangani Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Amir Syamsudin, pada tanggal 24 Desember 2012 menjelang Hari Natal, tepatnya saat hari libur kerja.

PP 109 inilah yang sering menjadi dasar rezim kesehatan guna memerangi tembakau dan hasil olahannya berupa rokok. Keberadaan PP 109 jelas sangat merugikan, utamanya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect domino dari tembakau, seperti jasa percetakan dan jasa periklanan. Secara politis, anti rokok berhasil menggiring Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak mempedulikan tanaman tembakau dan hasil olahannya berupa rokok kretek sebagai produk asli Indonesia yang pernah jaya, menjadi satu-satunya industri yang mampu bertahan semasa penjajahan hingga sekarang. Tidak hanya itu, pungutan dari hasil olahan tembakau, sumbangannya sangat besar bagi keuangan Negara dalam pembangunan sampai saat ini.<\/p>\n\n\n\n


Kembali ke produk PP 109 didalamnya terdapat 65 pasal, tujuan utamanya untuk pengendalian peredaran tembakau dan hasil olahannya. Salah satunya, pasal 25 adalah pelarangan menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, tidak boleh menjual terhadap anak-anak dan ibu hamil, sedangkan pasal 26 mengatur tentang pengendalian iklan tembakau.<\/p>\n\n\n\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Laku tegas kepada mereka yang melanggar aturan tentu harus dilakukan. Agar aturan bisa ditegakkan dan tidak merugikan orang lain. Perilaku-perilaku melanggar aturan semacam itu yang membikin citra buruk perokok digeneralisasi. Seakan semua perokok begitu, melanggar aturan dan bertindak semau-maunya. Celah inilah yang selanjutnya digunakan oleh mereka yang anti-rokok untuk menyerang seluruh perokok dengan menggeneralisasi perilaku oknum menjadi pelaku seluruh perokok. Maka laku menjadi perokok santun, dan mau menegur perokok yang melanggar aturan pelan-pelan mesti rela kita lakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini, kementerian kesehatan bersama kementerian komunikasi dan informatika secara mendadak mengeluarkan kebijakan memblokir situsweb di internet yang menayangkan iklan rokok. Seperti anti-rokok pada umumnya, laku menggeneralisasi juga nyatanya dilakukan oleh mereka para pemegang kebijakan.<\/p>\n\n\n\n

Memang benar, dan bisa jadi ada iklan rokok yang melanggar aturan seperti PP 109 tahun 2012 dan Undang-Undang Kesehatan terkait peraturan iklan rokok, tapi tidak juga menggeneralisasi dengan memblokir seluruh situsweb yang menampilkan iklan rokok namun tidak melanggar aturan. Tindakan semacam ini (hingga hari ini setidaknya sudah 114 situsweb yang diblokir tanpa penjelasan apakah benar melanggar aturan atau tidak) tentu saja merugikan banyak pihak, termasuk merugikan negara dan dunia industri di negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Atas hal ini, beruntung masih ada lembaga negara yang bernalar agak jernih. Kementerian perindustrian lantas memprotes apa yang dilakukan kementerian kesehatan dan kemkominfo. Menurut perwakilan kementerian perindustrian, sikap semena-mena yang dilakukan kemenkes dan kemkominfo bisa merusak iklim industri di negeri ini dan mengganggu pemasukan negara.<\/p>\n\n\n\n

Sikap pukul rata, generalisasi, memang kerap dialami oleh para perokok hingga dunia industri rokok. Mereka para anti-rokok selalu gegabah dan bersikap menggeneralisasi atas apa yang dilakukan oleh oknum. Seakan-akan perilaku oknum adalah perilaku seluruh perokok atau seluruh pelaku industri rokok. Kemudian mereka mengampanyekan aturan yang bukan hanya merugikan para perokok dan industri rokok, lebih jauh, merugikan negara. Maka, sebagai penikmat kretek, saya mengajak marilah kita menjadi perokok santun. Dan menghimbau pelaku industri rokok dan periklanan berhati-hati dalam bertindak. Karena tabiat anti-rokok itu memang usil.<\/p>\n","post_title":"Generalisasi dan Stereotip Terhadap Perokok dan Industri Hasil Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"generalisasi-dan-stereotip-terhadap-perokok-dan-industri-hasil-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-21 14:03:11","post_modified_gmt":"2019-06-21 07:03:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5804","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5798,"post_author":"877","post_date":"2019-06-19 09:28:40","post_date_gmt":"2019-06-19 02:28:40","post_content":"\n

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 adalah Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dikalangan masyarakat umum, khususnya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect dari pertembakauan, banyak yang belum mengerti, bahwa peraturan pemerintah yang terkenal dengan PP 109 adalah produk anti rokok yang ditandatangani Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Amir Syamsudin, pada tanggal 24 Desember 2012 menjelang Hari Natal, tepatnya saat hari libur kerja.

PP 109 inilah yang sering menjadi dasar rezim kesehatan guna memerangi tembakau dan hasil olahannya berupa rokok. Keberadaan PP 109 jelas sangat merugikan, utamanya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect domino dari tembakau, seperti jasa percetakan dan jasa periklanan. Secara politis, anti rokok berhasil menggiring Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak mempedulikan tanaman tembakau dan hasil olahannya berupa rokok kretek sebagai produk asli Indonesia yang pernah jaya, menjadi satu-satunya industri yang mampu bertahan semasa penjajahan hingga sekarang. Tidak hanya itu, pungutan dari hasil olahan tembakau, sumbangannya sangat besar bagi keuangan Negara dalam pembangunan sampai saat ini.<\/p>\n\n\n\n


Kembali ke produk PP 109 didalamnya terdapat 65 pasal, tujuan utamanya untuk pengendalian peredaran tembakau dan hasil olahannya. Salah satunya, pasal 25 adalah pelarangan menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, tidak boleh menjual terhadap anak-anak dan ibu hamil, sedangkan pasal 26 mengatur tentang pengendalian iklan tembakau.<\/p>\n\n\n\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\"Tadi sebetulnya kernet nggak ada niat menegur Bapak. Lalu saya minta supaya dia negur Bapak, karena banyak penumpang yang terganggu dengan asap rokok Bapak. Lagian apa enaknya sih ngerokom dalam kendaraan begitu, Pak.\" Ujar saya, kemudian saya melanjutkan, \"saya jalan dulu ya, Pak, sudah ditunggu teman-teman petani tembakau di kantor. Mari, Pak.\"<\/p>\n\n\n\n

Laku tegas kepada mereka yang melanggar aturan tentu harus dilakukan. Agar aturan bisa ditegakkan dan tidak merugikan orang lain. Perilaku-perilaku melanggar aturan semacam itu yang membikin citra buruk perokok digeneralisasi. Seakan semua perokok begitu, melanggar aturan dan bertindak semau-maunya. Celah inilah yang selanjutnya digunakan oleh mereka yang anti-rokok untuk menyerang seluruh perokok dengan menggeneralisasi perilaku oknum menjadi pelaku seluruh perokok. Maka laku menjadi perokok santun, dan mau menegur perokok yang melanggar aturan pelan-pelan mesti rela kita lakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini, kementerian kesehatan bersama kementerian komunikasi dan informatika secara mendadak mengeluarkan kebijakan memblokir situsweb di internet yang menayangkan iklan rokok. Seperti anti-rokok pada umumnya, laku menggeneralisasi juga nyatanya dilakukan oleh mereka para pemegang kebijakan.<\/p>\n\n\n\n

Memang benar, dan bisa jadi ada iklan rokok yang melanggar aturan seperti PP 109 tahun 2012 dan Undang-Undang Kesehatan terkait peraturan iklan rokok, tapi tidak juga menggeneralisasi dengan memblokir seluruh situsweb yang menampilkan iklan rokok namun tidak melanggar aturan. Tindakan semacam ini (hingga hari ini setidaknya sudah 114 situsweb yang diblokir tanpa penjelasan apakah benar melanggar aturan atau tidak) tentu saja merugikan banyak pihak, termasuk merugikan negara dan dunia industri di negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Atas hal ini, beruntung masih ada lembaga negara yang bernalar agak jernih. Kementerian perindustrian lantas memprotes apa yang dilakukan kementerian kesehatan dan kemkominfo. Menurut perwakilan kementerian perindustrian, sikap semena-mena yang dilakukan kemenkes dan kemkominfo bisa merusak iklim industri di negeri ini dan mengganggu pemasukan negara.<\/p>\n\n\n\n

Sikap pukul rata, generalisasi, memang kerap dialami oleh para perokok hingga dunia industri rokok. Mereka para anti-rokok selalu gegabah dan bersikap menggeneralisasi atas apa yang dilakukan oleh oknum. Seakan-akan perilaku oknum adalah perilaku seluruh perokok atau seluruh pelaku industri rokok. Kemudian mereka mengampanyekan aturan yang bukan hanya merugikan para perokok dan industri rokok, lebih jauh, merugikan negara. Maka, sebagai penikmat kretek, saya mengajak marilah kita menjadi perokok santun. Dan menghimbau pelaku industri rokok dan periklanan berhati-hati dalam bertindak. Karena tabiat anti-rokok itu memang usil.<\/p>\n","post_title":"Generalisasi dan Stereotip Terhadap Perokok dan Industri Hasil Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"generalisasi-dan-stereotip-terhadap-perokok-dan-industri-hasil-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-21 14:03:11","post_modified_gmt":"2019-06-21 07:03:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5804","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5798,"post_author":"877","post_date":"2019-06-19 09:28:40","post_date_gmt":"2019-06-19 02:28:40","post_content":"\n

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 adalah Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dikalangan masyarakat umum, khususnya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect dari pertembakauan, banyak yang belum mengerti, bahwa peraturan pemerintah yang terkenal dengan PP 109 adalah produk anti rokok yang ditandatangani Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Amir Syamsudin, pada tanggal 24 Desember 2012 menjelang Hari Natal, tepatnya saat hari libur kerja.

PP 109 inilah yang sering menjadi dasar rezim kesehatan guna memerangi tembakau dan hasil olahannya berupa rokok. Keberadaan PP 109 jelas sangat merugikan, utamanya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect domino dari tembakau, seperti jasa percetakan dan jasa periklanan. Secara politis, anti rokok berhasil menggiring Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak mempedulikan tanaman tembakau dan hasil olahannya berupa rokok kretek sebagai produk asli Indonesia yang pernah jaya, menjadi satu-satunya industri yang mampu bertahan semasa penjajahan hingga sekarang. Tidak hanya itu, pungutan dari hasil olahan tembakau, sumbangannya sangat besar bagi keuangan Negara dalam pembangunan sampai saat ini.<\/p>\n\n\n\n


Kembali ke produk PP 109 didalamnya terdapat 65 pasal, tujuan utamanya untuk pengendalian peredaran tembakau dan hasil olahannya. Salah satunya, pasal 25 adalah pelarangan menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, tidak boleh menjual terhadap anak-anak dan ibu hamil, sedangkan pasal 26 mengatur tentang pengendalian iklan tembakau.<\/p>\n\n\n\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\"Iya, Mas.\" Jawabnya singkat lalu melanjutkan, \"kernetnya nggaya banget, Mas. Pakai ngomel segala aku ngerokok di bis. Kayak dia nggak pernah ngerokok aja.\" Ternyata pria itu masih kesal dengan apa yang Ia alami dalam bis. Tak hanya itu, Ia juga coba mencari dukungan dari saya.<\/p>\n\n\n\n

\"Tadi sebetulnya kernet nggak ada niat menegur Bapak. Lalu saya minta supaya dia negur Bapak, karena banyak penumpang yang terganggu dengan asap rokok Bapak. Lagian apa enaknya sih ngerokom dalam kendaraan begitu, Pak.\" Ujar saya, kemudian saya melanjutkan, \"saya jalan dulu ya, Pak, sudah ditunggu teman-teman petani tembakau di kantor. Mari, Pak.\"<\/p>\n\n\n\n

Laku tegas kepada mereka yang melanggar aturan tentu harus dilakukan. Agar aturan bisa ditegakkan dan tidak merugikan orang lain. Perilaku-perilaku melanggar aturan semacam itu yang membikin citra buruk perokok digeneralisasi. Seakan semua perokok begitu, melanggar aturan dan bertindak semau-maunya. Celah inilah yang selanjutnya digunakan oleh mereka yang anti-rokok untuk menyerang seluruh perokok dengan menggeneralisasi perilaku oknum menjadi pelaku seluruh perokok. Maka laku menjadi perokok santun, dan mau menegur perokok yang melanggar aturan pelan-pelan mesti rela kita lakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini, kementerian kesehatan bersama kementerian komunikasi dan informatika secara mendadak mengeluarkan kebijakan memblokir situsweb di internet yang menayangkan iklan rokok. Seperti anti-rokok pada umumnya, laku menggeneralisasi juga nyatanya dilakukan oleh mereka para pemegang kebijakan.<\/p>\n\n\n\n

Memang benar, dan bisa jadi ada iklan rokok yang melanggar aturan seperti PP 109 tahun 2012 dan Undang-Undang Kesehatan terkait peraturan iklan rokok, tapi tidak juga menggeneralisasi dengan memblokir seluruh situsweb yang menampilkan iklan rokok namun tidak melanggar aturan. Tindakan semacam ini (hingga hari ini setidaknya sudah 114 situsweb yang diblokir tanpa penjelasan apakah benar melanggar aturan atau tidak) tentu saja merugikan banyak pihak, termasuk merugikan negara dan dunia industri di negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Atas hal ini, beruntung masih ada lembaga negara yang bernalar agak jernih. Kementerian perindustrian lantas memprotes apa yang dilakukan kementerian kesehatan dan kemkominfo. Menurut perwakilan kementerian perindustrian, sikap semena-mena yang dilakukan kemenkes dan kemkominfo bisa merusak iklim industri di negeri ini dan mengganggu pemasukan negara.<\/p>\n\n\n\n

Sikap pukul rata, generalisasi, memang kerap dialami oleh para perokok hingga dunia industri rokok. Mereka para anti-rokok selalu gegabah dan bersikap menggeneralisasi atas apa yang dilakukan oleh oknum. Seakan-akan perilaku oknum adalah perilaku seluruh perokok atau seluruh pelaku industri rokok. Kemudian mereka mengampanyekan aturan yang bukan hanya merugikan para perokok dan industri rokok, lebih jauh, merugikan negara. Maka, sebagai penikmat kretek, saya mengajak marilah kita menjadi perokok santun. Dan menghimbau pelaku industri rokok dan periklanan berhati-hati dalam bertindak. Karena tabiat anti-rokok itu memang usil.<\/p>\n","post_title":"Generalisasi dan Stereotip Terhadap Perokok dan Industri Hasil Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"generalisasi-dan-stereotip-terhadap-perokok-dan-industri-hasil-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-21 14:03:11","post_modified_gmt":"2019-06-21 07:03:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5804","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5798,"post_author":"877","post_date":"2019-06-19 09:28:40","post_date_gmt":"2019-06-19 02:28:40","post_content":"\n

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 adalah Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dikalangan masyarakat umum, khususnya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect dari pertembakauan, banyak yang belum mengerti, bahwa peraturan pemerintah yang terkenal dengan PP 109 adalah produk anti rokok yang ditandatangani Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Amir Syamsudin, pada tanggal 24 Desember 2012 menjelang Hari Natal, tepatnya saat hari libur kerja.

PP 109 inilah yang sering menjadi dasar rezim kesehatan guna memerangi tembakau dan hasil olahannya berupa rokok. Keberadaan PP 109 jelas sangat merugikan, utamanya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect domino dari tembakau, seperti jasa percetakan dan jasa periklanan. Secara politis, anti rokok berhasil menggiring Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak mempedulikan tanaman tembakau dan hasil olahannya berupa rokok kretek sebagai produk asli Indonesia yang pernah jaya, menjadi satu-satunya industri yang mampu bertahan semasa penjajahan hingga sekarang. Tidak hanya itu, pungutan dari hasil olahan tembakau, sumbangannya sangat besar bagi keuangan Negara dalam pembangunan sampai saat ini.<\/p>\n\n\n\n


Kembali ke produk PP 109 didalamnya terdapat 65 pasal, tujuan utamanya untuk pengendalian peredaran tembakau dan hasil olahannya. Salah satunya, pasal 25 adalah pelarangan menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, tidak boleh menjual terhadap anak-anak dan ibu hamil, sedangkan pasal 26 mengatur tentang pengendalian iklan tembakau.<\/p>\n\n\n\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\"Nunggu jemputan, Pak?\" Tanya saya memecah kesunyian.<\/p>\n\n\n\n

\"Iya, Mas.\" Jawabnya singkat lalu melanjutkan, \"kernetnya nggaya banget, Mas. Pakai ngomel segala aku ngerokok di bis. Kayak dia nggak pernah ngerokok aja.\" Ternyata pria itu masih kesal dengan apa yang Ia alami dalam bis. Tak hanya itu, Ia juga coba mencari dukungan dari saya.<\/p>\n\n\n\n

\"Tadi sebetulnya kernet nggak ada niat menegur Bapak. Lalu saya minta supaya dia negur Bapak, karena banyak penumpang yang terganggu dengan asap rokok Bapak. Lagian apa enaknya sih ngerokom dalam kendaraan begitu, Pak.\" Ujar saya, kemudian saya melanjutkan, \"saya jalan dulu ya, Pak, sudah ditunggu teman-teman petani tembakau di kantor. Mari, Pak.\"<\/p>\n\n\n\n

Laku tegas kepada mereka yang melanggar aturan tentu harus dilakukan. Agar aturan bisa ditegakkan dan tidak merugikan orang lain. Perilaku-perilaku melanggar aturan semacam itu yang membikin citra buruk perokok digeneralisasi. Seakan semua perokok begitu, melanggar aturan dan bertindak semau-maunya. Celah inilah yang selanjutnya digunakan oleh mereka yang anti-rokok untuk menyerang seluruh perokok dengan menggeneralisasi perilaku oknum menjadi pelaku seluruh perokok. Maka laku menjadi perokok santun, dan mau menegur perokok yang melanggar aturan pelan-pelan mesti rela kita lakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini, kementerian kesehatan bersama kementerian komunikasi dan informatika secara mendadak mengeluarkan kebijakan memblokir situsweb di internet yang menayangkan iklan rokok. Seperti anti-rokok pada umumnya, laku menggeneralisasi juga nyatanya dilakukan oleh mereka para pemegang kebijakan.<\/p>\n\n\n\n

Memang benar, dan bisa jadi ada iklan rokok yang melanggar aturan seperti PP 109 tahun 2012 dan Undang-Undang Kesehatan terkait peraturan iklan rokok, tapi tidak juga menggeneralisasi dengan memblokir seluruh situsweb yang menampilkan iklan rokok namun tidak melanggar aturan. Tindakan semacam ini (hingga hari ini setidaknya sudah 114 situsweb yang diblokir tanpa penjelasan apakah benar melanggar aturan atau tidak) tentu saja merugikan banyak pihak, termasuk merugikan negara dan dunia industri di negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Atas hal ini, beruntung masih ada lembaga negara yang bernalar agak jernih. Kementerian perindustrian lantas memprotes apa yang dilakukan kementerian kesehatan dan kemkominfo. Menurut perwakilan kementerian perindustrian, sikap semena-mena yang dilakukan kemenkes dan kemkominfo bisa merusak iklim industri di negeri ini dan mengganggu pemasukan negara.<\/p>\n\n\n\n

Sikap pukul rata, generalisasi, memang kerap dialami oleh para perokok hingga dunia industri rokok. Mereka para anti-rokok selalu gegabah dan bersikap menggeneralisasi atas apa yang dilakukan oleh oknum. Seakan-akan perilaku oknum adalah perilaku seluruh perokok atau seluruh pelaku industri rokok. Kemudian mereka mengampanyekan aturan yang bukan hanya merugikan para perokok dan industri rokok, lebih jauh, merugikan negara. Maka, sebagai penikmat kretek, saya mengajak marilah kita menjadi perokok santun. Dan menghimbau pelaku industri rokok dan periklanan berhati-hati dalam bertindak. Karena tabiat anti-rokok itu memang usil.<\/p>\n","post_title":"Generalisasi dan Stereotip Terhadap Perokok dan Industri Hasil Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"generalisasi-dan-stereotip-terhadap-perokok-dan-industri-hasil-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-21 14:03:11","post_modified_gmt":"2019-06-21 07:03:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5804","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5798,"post_author":"877","post_date":"2019-06-19 09:28:40","post_date_gmt":"2019-06-19 02:28:40","post_content":"\n

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 adalah Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dikalangan masyarakat umum, khususnya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect dari pertembakauan, banyak yang belum mengerti, bahwa peraturan pemerintah yang terkenal dengan PP 109 adalah produk anti rokok yang ditandatangani Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Amir Syamsudin, pada tanggal 24 Desember 2012 menjelang Hari Natal, tepatnya saat hari libur kerja.

PP 109 inilah yang sering menjadi dasar rezim kesehatan guna memerangi tembakau dan hasil olahannya berupa rokok. Keberadaan PP 109 jelas sangat merugikan, utamanya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect domino dari tembakau, seperti jasa percetakan dan jasa periklanan. Secara politis, anti rokok berhasil menggiring Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak mempedulikan tanaman tembakau dan hasil olahannya berupa rokok kretek sebagai produk asli Indonesia yang pernah jaya, menjadi satu-satunya industri yang mampu bertahan semasa penjajahan hingga sekarang. Tidak hanya itu, pungutan dari hasil olahan tembakau, sumbangannya sangat besar bagi keuangan Negara dalam pembangunan sampai saat ini.<\/p>\n\n\n\n


Kembali ke produk PP 109 didalamnya terdapat 65 pasal, tujuan utamanya untuk pengendalian peredaran tembakau dan hasil olahannya. Salah satunya, pasal 25 adalah pelarangan menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, tidak boleh menjual terhadap anak-anak dan ibu hamil, sedangkan pasal 26 mengatur tentang pengendalian iklan tembakau.<\/p>\n\n\n\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Laki-laki yang merokok dalam bis, juga menyalakan rokok, lalu mendekati saya yang sedang duduk merokok dekat sebuah monumen yang di Temanggung dikenal dengan Tugu Jam. <\/p>\n\n\n\n

\"Nunggu jemputan, Pak?\" Tanya saya memecah kesunyian.<\/p>\n\n\n\n

\"Iya, Mas.\" Jawabnya singkat lalu melanjutkan, \"kernetnya nggaya banget, Mas. Pakai ngomel segala aku ngerokok di bis. Kayak dia nggak pernah ngerokok aja.\" Ternyata pria itu masih kesal dengan apa yang Ia alami dalam bis. Tak hanya itu, Ia juga coba mencari dukungan dari saya.<\/p>\n\n\n\n

\"Tadi sebetulnya kernet nggak ada niat menegur Bapak. Lalu saya minta supaya dia negur Bapak, karena banyak penumpang yang terganggu dengan asap rokok Bapak. Lagian apa enaknya sih ngerokom dalam kendaraan begitu, Pak.\" Ujar saya, kemudian saya melanjutkan, \"saya jalan dulu ya, Pak, sudah ditunggu teman-teman petani tembakau di kantor. Mari, Pak.\"<\/p>\n\n\n\n

Laku tegas kepada mereka yang melanggar aturan tentu harus dilakukan. Agar aturan bisa ditegakkan dan tidak merugikan orang lain. Perilaku-perilaku melanggar aturan semacam itu yang membikin citra buruk perokok digeneralisasi. Seakan semua perokok begitu, melanggar aturan dan bertindak semau-maunya. Celah inilah yang selanjutnya digunakan oleh mereka yang anti-rokok untuk menyerang seluruh perokok dengan menggeneralisasi perilaku oknum menjadi pelaku seluruh perokok. Maka laku menjadi perokok santun, dan mau menegur perokok yang melanggar aturan pelan-pelan mesti rela kita lakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini, kementerian kesehatan bersama kementerian komunikasi dan informatika secara mendadak mengeluarkan kebijakan memblokir situsweb di internet yang menayangkan iklan rokok. Seperti anti-rokok pada umumnya, laku menggeneralisasi juga nyatanya dilakukan oleh mereka para pemegang kebijakan.<\/p>\n\n\n\n

Memang benar, dan bisa jadi ada iklan rokok yang melanggar aturan seperti PP 109 tahun 2012 dan Undang-Undang Kesehatan terkait peraturan iklan rokok, tapi tidak juga menggeneralisasi dengan memblokir seluruh situsweb yang menampilkan iklan rokok namun tidak melanggar aturan. Tindakan semacam ini (hingga hari ini setidaknya sudah 114 situsweb yang diblokir tanpa penjelasan apakah benar melanggar aturan atau tidak) tentu saja merugikan banyak pihak, termasuk merugikan negara dan dunia industri di negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Atas hal ini, beruntung masih ada lembaga negara yang bernalar agak jernih. Kementerian perindustrian lantas memprotes apa yang dilakukan kementerian kesehatan dan kemkominfo. Menurut perwakilan kementerian perindustrian, sikap semena-mena yang dilakukan kemenkes dan kemkominfo bisa merusak iklim industri di negeri ini dan mengganggu pemasukan negara.<\/p>\n\n\n\n

Sikap pukul rata, generalisasi, memang kerap dialami oleh para perokok hingga dunia industri rokok. Mereka para anti-rokok selalu gegabah dan bersikap menggeneralisasi atas apa yang dilakukan oleh oknum. Seakan-akan perilaku oknum adalah perilaku seluruh perokok atau seluruh pelaku industri rokok. Kemudian mereka mengampanyekan aturan yang bukan hanya merugikan para perokok dan industri rokok, lebih jauh, merugikan negara. Maka, sebagai penikmat kretek, saya mengajak marilah kita menjadi perokok santun. Dan menghimbau pelaku industri rokok dan periklanan berhati-hati dalam bertindak. Karena tabiat anti-rokok itu memang usil.<\/p>\n","post_title":"Generalisasi dan Stereotip Terhadap Perokok dan Industri Hasil Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"generalisasi-dan-stereotip-terhadap-perokok-dan-industri-hasil-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-21 14:03:11","post_modified_gmt":"2019-06-21 07:03:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5804","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5798,"post_author":"877","post_date":"2019-06-19 09:28:40","post_date_gmt":"2019-06-19 02:28:40","post_content":"\n

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 adalah Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dikalangan masyarakat umum, khususnya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect dari pertembakauan, banyak yang belum mengerti, bahwa peraturan pemerintah yang terkenal dengan PP 109 adalah produk anti rokok yang ditandatangani Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Amir Syamsudin, pada tanggal 24 Desember 2012 menjelang Hari Natal, tepatnya saat hari libur kerja.

PP 109 inilah yang sering menjadi dasar rezim kesehatan guna memerangi tembakau dan hasil olahannya berupa rokok. Keberadaan PP 109 jelas sangat merugikan, utamanya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect domino dari tembakau, seperti jasa percetakan dan jasa periklanan. Secara politis, anti rokok berhasil menggiring Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak mempedulikan tanaman tembakau dan hasil olahannya berupa rokok kretek sebagai produk asli Indonesia yang pernah jaya, menjadi satu-satunya industri yang mampu bertahan semasa penjajahan hingga sekarang. Tidak hanya itu, pungutan dari hasil olahan tembakau, sumbangannya sangat besar bagi keuangan Negara dalam pembangunan sampai saat ini.<\/p>\n\n\n\n


Kembali ke produk PP 109 didalamnya terdapat 65 pasal, tujuan utamanya untuk pengendalian peredaran tembakau dan hasil olahannya. Salah satunya, pasal 25 adalah pelarangan menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, tidak boleh menjual terhadap anak-anak dan ibu hamil, sedangkan pasal 26 mengatur tentang pengendalian iklan tembakau.<\/p>\n\n\n\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tak lama usai kejadian itu, saya lantas turun dari bis bersama beberapa penumpang lainnya, termasuk laki-laki yang menarik perhatian dalam bis. Tak lama usai turun dari bis, saya lantas menyalakan rokok kretek favorit saya. Duduk menikmati sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Laki-laki yang merokok dalam bis, juga menyalakan rokok, lalu mendekati saya yang sedang duduk merokok dekat sebuah monumen yang di Temanggung dikenal dengan Tugu Jam. <\/p>\n\n\n\n

\"Nunggu jemputan, Pak?\" Tanya saya memecah kesunyian.<\/p>\n\n\n\n

\"Iya, Mas.\" Jawabnya singkat lalu melanjutkan, \"kernetnya nggaya banget, Mas. Pakai ngomel segala aku ngerokok di bis. Kayak dia nggak pernah ngerokok aja.\" Ternyata pria itu masih kesal dengan apa yang Ia alami dalam bis. Tak hanya itu, Ia juga coba mencari dukungan dari saya.<\/p>\n\n\n\n

\"Tadi sebetulnya kernet nggak ada niat menegur Bapak. Lalu saya minta supaya dia negur Bapak, karena banyak penumpang yang terganggu dengan asap rokok Bapak. Lagian apa enaknya sih ngerokom dalam kendaraan begitu, Pak.\" Ujar saya, kemudian saya melanjutkan, \"saya jalan dulu ya, Pak, sudah ditunggu teman-teman petani tembakau di kantor. Mari, Pak.\"<\/p>\n\n\n\n

Laku tegas kepada mereka yang melanggar aturan tentu harus dilakukan. Agar aturan bisa ditegakkan dan tidak merugikan orang lain. Perilaku-perilaku melanggar aturan semacam itu yang membikin citra buruk perokok digeneralisasi. Seakan semua perokok begitu, melanggar aturan dan bertindak semau-maunya. Celah inilah yang selanjutnya digunakan oleh mereka yang anti-rokok untuk menyerang seluruh perokok dengan menggeneralisasi perilaku oknum menjadi pelaku seluruh perokok. Maka laku menjadi perokok santun, dan mau menegur perokok yang melanggar aturan pelan-pelan mesti rela kita lakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini, kementerian kesehatan bersama kementerian komunikasi dan informatika secara mendadak mengeluarkan kebijakan memblokir situsweb di internet yang menayangkan iklan rokok. Seperti anti-rokok pada umumnya, laku menggeneralisasi juga nyatanya dilakukan oleh mereka para pemegang kebijakan.<\/p>\n\n\n\n

Memang benar, dan bisa jadi ada iklan rokok yang melanggar aturan seperti PP 109 tahun 2012 dan Undang-Undang Kesehatan terkait peraturan iklan rokok, tapi tidak juga menggeneralisasi dengan memblokir seluruh situsweb yang menampilkan iklan rokok namun tidak melanggar aturan. Tindakan semacam ini (hingga hari ini setidaknya sudah 114 situsweb yang diblokir tanpa penjelasan apakah benar melanggar aturan atau tidak) tentu saja merugikan banyak pihak, termasuk merugikan negara dan dunia industri di negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Atas hal ini, beruntung masih ada lembaga negara yang bernalar agak jernih. Kementerian perindustrian lantas memprotes apa yang dilakukan kementerian kesehatan dan kemkominfo. Menurut perwakilan kementerian perindustrian, sikap semena-mena yang dilakukan kemenkes dan kemkominfo bisa merusak iklim industri di negeri ini dan mengganggu pemasukan negara.<\/p>\n\n\n\n

Sikap pukul rata, generalisasi, memang kerap dialami oleh para perokok hingga dunia industri rokok. Mereka para anti-rokok selalu gegabah dan bersikap menggeneralisasi atas apa yang dilakukan oleh oknum. Seakan-akan perilaku oknum adalah perilaku seluruh perokok atau seluruh pelaku industri rokok. Kemudian mereka mengampanyekan aturan yang bukan hanya merugikan para perokok dan industri rokok, lebih jauh, merugikan negara. Maka, sebagai penikmat kretek, saya mengajak marilah kita menjadi perokok santun. Dan menghimbau pelaku industri rokok dan periklanan berhati-hati dalam bertindak. Karena tabiat anti-rokok itu memang usil.<\/p>\n","post_title":"Generalisasi dan Stereotip Terhadap Perokok dan Industri Hasil Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"generalisasi-dan-stereotip-terhadap-perokok-dan-industri-hasil-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-21 14:03:11","post_modified_gmt":"2019-06-21 07:03:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5804","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5798,"post_author":"877","post_date":"2019-06-19 09:28:40","post_date_gmt":"2019-06-19 02:28:40","post_content":"\n

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 adalah Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dikalangan masyarakat umum, khususnya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect dari pertembakauan, banyak yang belum mengerti, bahwa peraturan pemerintah yang terkenal dengan PP 109 adalah produk anti rokok yang ditandatangani Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Amir Syamsudin, pada tanggal 24 Desember 2012 menjelang Hari Natal, tepatnya saat hari libur kerja.

PP 109 inilah yang sering menjadi dasar rezim kesehatan guna memerangi tembakau dan hasil olahannya berupa rokok. Keberadaan PP 109 jelas sangat merugikan, utamanya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect domino dari tembakau, seperti jasa percetakan dan jasa periklanan. Secara politis, anti rokok berhasil menggiring Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak mempedulikan tanaman tembakau dan hasil olahannya berupa rokok kretek sebagai produk asli Indonesia yang pernah jaya, menjadi satu-satunya industri yang mampu bertahan semasa penjajahan hingga sekarang. Tidak hanya itu, pungutan dari hasil olahan tembakau, sumbangannya sangat besar bagi keuangan Negara dalam pembangunan sampai saat ini.<\/p>\n\n\n\n


Kembali ke produk PP 109 didalamnya terdapat 65 pasal, tujuan utamanya untuk pengendalian peredaran tembakau dan hasil olahannya. Salah satunya, pasal 25 adalah pelarangan menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, tidak boleh menjual terhadap anak-anak dan ibu hamil, sedangkan pasal 26 mengatur tentang pengendalian iklan tembakau.<\/p>\n\n\n\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Perdebatan berakhir usai kernet berujar, \"aku yo ngudut, Pak. Sopirku yo ngudut. Tur tau diri. Nek rame ngene iki yo ojo sek, Pak. Mesakke penumpang liyane.\" Laki-laki paruh baya itu lantas mematikan rokoknya. <\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai kejadian itu, saya lantas turun dari bis bersama beberapa penumpang lainnya, termasuk laki-laki yang menarik perhatian dalam bis. Tak lama usai turun dari bis, saya lantas menyalakan rokok kretek favorit saya. Duduk menikmati sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Laki-laki yang merokok dalam bis, juga menyalakan rokok, lalu mendekati saya yang sedang duduk merokok dekat sebuah monumen yang di Temanggung dikenal dengan Tugu Jam. <\/p>\n\n\n\n

\"Nunggu jemputan, Pak?\" Tanya saya memecah kesunyian.<\/p>\n\n\n\n

\"Iya, Mas.\" Jawabnya singkat lalu melanjutkan, \"kernetnya nggaya banget, Mas. Pakai ngomel segala aku ngerokok di bis. Kayak dia nggak pernah ngerokok aja.\" Ternyata pria itu masih kesal dengan apa yang Ia alami dalam bis. Tak hanya itu, Ia juga coba mencari dukungan dari saya.<\/p>\n\n\n\n

\"Tadi sebetulnya kernet nggak ada niat menegur Bapak. Lalu saya minta supaya dia negur Bapak, karena banyak penumpang yang terganggu dengan asap rokok Bapak. Lagian apa enaknya sih ngerokom dalam kendaraan begitu, Pak.\" Ujar saya, kemudian saya melanjutkan, \"saya jalan dulu ya, Pak, sudah ditunggu teman-teman petani tembakau di kantor. Mari, Pak.\"<\/p>\n\n\n\n

Laku tegas kepada mereka yang melanggar aturan tentu harus dilakukan. Agar aturan bisa ditegakkan dan tidak merugikan orang lain. Perilaku-perilaku melanggar aturan semacam itu yang membikin citra buruk perokok digeneralisasi. Seakan semua perokok begitu, melanggar aturan dan bertindak semau-maunya. Celah inilah yang selanjutnya digunakan oleh mereka yang anti-rokok untuk menyerang seluruh perokok dengan menggeneralisasi perilaku oknum menjadi pelaku seluruh perokok. Maka laku menjadi perokok santun, dan mau menegur perokok yang melanggar aturan pelan-pelan mesti rela kita lakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini, kementerian kesehatan bersama kementerian komunikasi dan informatika secara mendadak mengeluarkan kebijakan memblokir situsweb di internet yang menayangkan iklan rokok. Seperti anti-rokok pada umumnya, laku menggeneralisasi juga nyatanya dilakukan oleh mereka para pemegang kebijakan.<\/p>\n\n\n\n

Memang benar, dan bisa jadi ada iklan rokok yang melanggar aturan seperti PP 109 tahun 2012 dan Undang-Undang Kesehatan terkait peraturan iklan rokok, tapi tidak juga menggeneralisasi dengan memblokir seluruh situsweb yang menampilkan iklan rokok namun tidak melanggar aturan. Tindakan semacam ini (hingga hari ini setidaknya sudah 114 situsweb yang diblokir tanpa penjelasan apakah benar melanggar aturan atau tidak) tentu saja merugikan banyak pihak, termasuk merugikan negara dan dunia industri di negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Atas hal ini, beruntung masih ada lembaga negara yang bernalar agak jernih. Kementerian perindustrian lantas memprotes apa yang dilakukan kementerian kesehatan dan kemkominfo. Menurut perwakilan kementerian perindustrian, sikap semena-mena yang dilakukan kemenkes dan kemkominfo bisa merusak iklim industri di negeri ini dan mengganggu pemasukan negara.<\/p>\n\n\n\n

Sikap pukul rata, generalisasi, memang kerap dialami oleh para perokok hingga dunia industri rokok. Mereka para anti-rokok selalu gegabah dan bersikap menggeneralisasi atas apa yang dilakukan oleh oknum. Seakan-akan perilaku oknum adalah perilaku seluruh perokok atau seluruh pelaku industri rokok. Kemudian mereka mengampanyekan aturan yang bukan hanya merugikan para perokok dan industri rokok, lebih jauh, merugikan negara. Maka, sebagai penikmat kretek, saya mengajak marilah kita menjadi perokok santun. Dan menghimbau pelaku industri rokok dan periklanan berhati-hati dalam bertindak. Karena tabiat anti-rokok itu memang usil.<\/p>\n","post_title":"Generalisasi dan Stereotip Terhadap Perokok dan Industri Hasil Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"generalisasi-dan-stereotip-terhadap-perokok-dan-industri-hasil-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-21 14:03:11","post_modified_gmt":"2019-06-21 07:03:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5804","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5798,"post_author":"877","post_date":"2019-06-19 09:28:40","post_date_gmt":"2019-06-19 02:28:40","post_content":"\n

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 adalah Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dikalangan masyarakat umum, khususnya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect dari pertembakauan, banyak yang belum mengerti, bahwa peraturan pemerintah yang terkenal dengan PP 109 adalah produk anti rokok yang ditandatangani Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Amir Syamsudin, pada tanggal 24 Desember 2012 menjelang Hari Natal, tepatnya saat hari libur kerja.

PP 109 inilah yang sering menjadi dasar rezim kesehatan guna memerangi tembakau dan hasil olahannya berupa rokok. Keberadaan PP 109 jelas sangat merugikan, utamanya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect domino dari tembakau, seperti jasa percetakan dan jasa periklanan. Secara politis, anti rokok berhasil menggiring Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak mempedulikan tanaman tembakau dan hasil olahannya berupa rokok kretek sebagai produk asli Indonesia yang pernah jaya, menjadi satu-satunya industri yang mampu bertahan semasa penjajahan hingga sekarang. Tidak hanya itu, pungutan dari hasil olahan tembakau, sumbangannya sangat besar bagi keuangan Negara dalam pembangunan sampai saat ini.<\/p>\n\n\n\n


Kembali ke produk PP 109 didalamnya terdapat 65 pasal, tujuan utamanya untuk pengendalian peredaran tembakau dan hasil olahannya. Salah satunya, pasal 25 adalah pelarangan menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, tidak boleh menjual terhadap anak-anak dan ibu hamil, sedangkan pasal 26 mengatur tentang pengendalian iklan tembakau.<\/p>\n\n\n\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Kernet itu memenuhi permintaan saya. Ia menegur penumpang yang merokok mematikan rokoknya. Pada mulanya penumpang itu melawan. Ngeyel. Menimbulkan perdebatan yang mengundang minat hampir seluruh penumpang.<\/p>\n\n\n\n

Perdebatan berakhir usai kernet berujar, \"aku yo ngudut, Pak. Sopirku yo ngudut. Tur tau diri. Nek rame ngene iki yo ojo sek, Pak. Mesakke penumpang liyane.\" Laki-laki paruh baya itu lantas mematikan rokoknya. <\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai kejadian itu, saya lantas turun dari bis bersama beberapa penumpang lainnya, termasuk laki-laki yang menarik perhatian dalam bis. Tak lama usai turun dari bis, saya lantas menyalakan rokok kretek favorit saya. Duduk menikmati sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Laki-laki yang merokok dalam bis, juga menyalakan rokok, lalu mendekati saya yang sedang duduk merokok dekat sebuah monumen yang di Temanggung dikenal dengan Tugu Jam. <\/p>\n\n\n\n

\"Nunggu jemputan, Pak?\" Tanya saya memecah kesunyian.<\/p>\n\n\n\n

\"Iya, Mas.\" Jawabnya singkat lalu melanjutkan, \"kernetnya nggaya banget, Mas. Pakai ngomel segala aku ngerokok di bis. Kayak dia nggak pernah ngerokok aja.\" Ternyata pria itu masih kesal dengan apa yang Ia alami dalam bis. Tak hanya itu, Ia juga coba mencari dukungan dari saya.<\/p>\n\n\n\n

\"Tadi sebetulnya kernet nggak ada niat menegur Bapak. Lalu saya minta supaya dia negur Bapak, karena banyak penumpang yang terganggu dengan asap rokok Bapak. Lagian apa enaknya sih ngerokom dalam kendaraan begitu, Pak.\" Ujar saya, kemudian saya melanjutkan, \"saya jalan dulu ya, Pak, sudah ditunggu teman-teman petani tembakau di kantor. Mari, Pak.\"<\/p>\n\n\n\n

Laku tegas kepada mereka yang melanggar aturan tentu harus dilakukan. Agar aturan bisa ditegakkan dan tidak merugikan orang lain. Perilaku-perilaku melanggar aturan semacam itu yang membikin citra buruk perokok digeneralisasi. Seakan semua perokok begitu, melanggar aturan dan bertindak semau-maunya. Celah inilah yang selanjutnya digunakan oleh mereka yang anti-rokok untuk menyerang seluruh perokok dengan menggeneralisasi perilaku oknum menjadi pelaku seluruh perokok. Maka laku menjadi perokok santun, dan mau menegur perokok yang melanggar aturan pelan-pelan mesti rela kita lakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini, kementerian kesehatan bersama kementerian komunikasi dan informatika secara mendadak mengeluarkan kebijakan memblokir situsweb di internet yang menayangkan iklan rokok. Seperti anti-rokok pada umumnya, laku menggeneralisasi juga nyatanya dilakukan oleh mereka para pemegang kebijakan.<\/p>\n\n\n\n

Memang benar, dan bisa jadi ada iklan rokok yang melanggar aturan seperti PP 109 tahun 2012 dan Undang-Undang Kesehatan terkait peraturan iklan rokok, tapi tidak juga menggeneralisasi dengan memblokir seluruh situsweb yang menampilkan iklan rokok namun tidak melanggar aturan. Tindakan semacam ini (hingga hari ini setidaknya sudah 114 situsweb yang diblokir tanpa penjelasan apakah benar melanggar aturan atau tidak) tentu saja merugikan banyak pihak, termasuk merugikan negara dan dunia industri di negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Atas hal ini, beruntung masih ada lembaga negara yang bernalar agak jernih. Kementerian perindustrian lantas memprotes apa yang dilakukan kementerian kesehatan dan kemkominfo. Menurut perwakilan kementerian perindustrian, sikap semena-mena yang dilakukan kemenkes dan kemkominfo bisa merusak iklim industri di negeri ini dan mengganggu pemasukan negara.<\/p>\n\n\n\n

Sikap pukul rata, generalisasi, memang kerap dialami oleh para perokok hingga dunia industri rokok. Mereka para anti-rokok selalu gegabah dan bersikap menggeneralisasi atas apa yang dilakukan oleh oknum. Seakan-akan perilaku oknum adalah perilaku seluruh perokok atau seluruh pelaku industri rokok. Kemudian mereka mengampanyekan aturan yang bukan hanya merugikan para perokok dan industri rokok, lebih jauh, merugikan negara. Maka, sebagai penikmat kretek, saya mengajak marilah kita menjadi perokok santun. Dan menghimbau pelaku industri rokok dan periklanan berhati-hati dalam bertindak. Karena tabiat anti-rokok itu memang usil.<\/p>\n","post_title":"Generalisasi dan Stereotip Terhadap Perokok dan Industri Hasil Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"generalisasi-dan-stereotip-terhadap-perokok-dan-industri-hasil-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-21 14:03:11","post_modified_gmt":"2019-06-21 07:03:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5804","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5798,"post_author":"877","post_date":"2019-06-19 09:28:40","post_date_gmt":"2019-06-19 02:28:40","post_content":"\n

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 adalah Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dikalangan masyarakat umum, khususnya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect dari pertembakauan, banyak yang belum mengerti, bahwa peraturan pemerintah yang terkenal dengan PP 109 adalah produk anti rokok yang ditandatangani Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Amir Syamsudin, pada tanggal 24 Desember 2012 menjelang Hari Natal, tepatnya saat hari libur kerja.

PP 109 inilah yang sering menjadi dasar rezim kesehatan guna memerangi tembakau dan hasil olahannya berupa rokok. Keberadaan PP 109 jelas sangat merugikan, utamanya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect domino dari tembakau, seperti jasa percetakan dan jasa periklanan. Secara politis, anti rokok berhasil menggiring Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak mempedulikan tanaman tembakau dan hasil olahannya berupa rokok kretek sebagai produk asli Indonesia yang pernah jaya, menjadi satu-satunya industri yang mampu bertahan semasa penjajahan hingga sekarang. Tidak hanya itu, pungutan dari hasil olahan tembakau, sumbangannya sangat besar bagi keuangan Negara dalam pembangunan sampai saat ini.<\/p>\n\n\n\n


Kembali ke produk PP 109 didalamnya terdapat 65 pasal, tujuan utamanya untuk pengendalian peredaran tembakau dan hasil olahannya. Salah satunya, pasal 25 adalah pelarangan menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, tidak boleh menjual terhadap anak-anak dan ibu hamil, sedangkan pasal 26 mengatur tentang pengendalian iklan tembakau.<\/p>\n\n\n\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Ketika kernet bis menarik ongkos bis sampai di bagian belakang, tempat saya berdiri tak jauh dari pintu, saya lantas berpesan kepada kernet bis, \"Mas, minta tolong itu bapak yang merokok dikasih tahu untuk matiin rokoknya. Nanti saja kalau sudah turun baru lanjut merokoknya. Kasihan penumpang lain terganggu.\"<\/p>\n\n\n\n

Kernet itu memenuhi permintaan saya. Ia menegur penumpang yang merokok mematikan rokoknya. Pada mulanya penumpang itu melawan. Ngeyel. Menimbulkan perdebatan yang mengundang minat hampir seluruh penumpang.<\/p>\n\n\n\n

Perdebatan berakhir usai kernet berujar, \"aku yo ngudut, Pak. Sopirku yo ngudut. Tur tau diri. Nek rame ngene iki yo ojo sek, Pak. Mesakke penumpang liyane.\" Laki-laki paruh baya itu lantas mematikan rokoknya. <\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai kejadian itu, saya lantas turun dari bis bersama beberapa penumpang lainnya, termasuk laki-laki yang menarik perhatian dalam bis. Tak lama usai turun dari bis, saya lantas menyalakan rokok kretek favorit saya. Duduk menikmati sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Laki-laki yang merokok dalam bis, juga menyalakan rokok, lalu mendekati saya yang sedang duduk merokok dekat sebuah monumen yang di Temanggung dikenal dengan Tugu Jam. <\/p>\n\n\n\n

\"Nunggu jemputan, Pak?\" Tanya saya memecah kesunyian.<\/p>\n\n\n\n

\"Iya, Mas.\" Jawabnya singkat lalu melanjutkan, \"kernetnya nggaya banget, Mas. Pakai ngomel segala aku ngerokok di bis. Kayak dia nggak pernah ngerokok aja.\" Ternyata pria itu masih kesal dengan apa yang Ia alami dalam bis. Tak hanya itu, Ia juga coba mencari dukungan dari saya.<\/p>\n\n\n\n

\"Tadi sebetulnya kernet nggak ada niat menegur Bapak. Lalu saya minta supaya dia negur Bapak, karena banyak penumpang yang terganggu dengan asap rokok Bapak. Lagian apa enaknya sih ngerokom dalam kendaraan begitu, Pak.\" Ujar saya, kemudian saya melanjutkan, \"saya jalan dulu ya, Pak, sudah ditunggu teman-teman petani tembakau di kantor. Mari, Pak.\"<\/p>\n\n\n\n

Laku tegas kepada mereka yang melanggar aturan tentu harus dilakukan. Agar aturan bisa ditegakkan dan tidak merugikan orang lain. Perilaku-perilaku melanggar aturan semacam itu yang membikin citra buruk perokok digeneralisasi. Seakan semua perokok begitu, melanggar aturan dan bertindak semau-maunya. Celah inilah yang selanjutnya digunakan oleh mereka yang anti-rokok untuk menyerang seluruh perokok dengan menggeneralisasi perilaku oknum menjadi pelaku seluruh perokok. Maka laku menjadi perokok santun, dan mau menegur perokok yang melanggar aturan pelan-pelan mesti rela kita lakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini, kementerian kesehatan bersama kementerian komunikasi dan informatika secara mendadak mengeluarkan kebijakan memblokir situsweb di internet yang menayangkan iklan rokok. Seperti anti-rokok pada umumnya, laku menggeneralisasi juga nyatanya dilakukan oleh mereka para pemegang kebijakan.<\/p>\n\n\n\n

Memang benar, dan bisa jadi ada iklan rokok yang melanggar aturan seperti PP 109 tahun 2012 dan Undang-Undang Kesehatan terkait peraturan iklan rokok, tapi tidak juga menggeneralisasi dengan memblokir seluruh situsweb yang menampilkan iklan rokok namun tidak melanggar aturan. Tindakan semacam ini (hingga hari ini setidaknya sudah 114 situsweb yang diblokir tanpa penjelasan apakah benar melanggar aturan atau tidak) tentu saja merugikan banyak pihak, termasuk merugikan negara dan dunia industri di negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Atas hal ini, beruntung masih ada lembaga negara yang bernalar agak jernih. Kementerian perindustrian lantas memprotes apa yang dilakukan kementerian kesehatan dan kemkominfo. Menurut perwakilan kementerian perindustrian, sikap semena-mena yang dilakukan kemenkes dan kemkominfo bisa merusak iklim industri di negeri ini dan mengganggu pemasukan negara.<\/p>\n\n\n\n

Sikap pukul rata, generalisasi, memang kerap dialami oleh para perokok hingga dunia industri rokok. Mereka para anti-rokok selalu gegabah dan bersikap menggeneralisasi atas apa yang dilakukan oleh oknum. Seakan-akan perilaku oknum adalah perilaku seluruh perokok atau seluruh pelaku industri rokok. Kemudian mereka mengampanyekan aturan yang bukan hanya merugikan para perokok dan industri rokok, lebih jauh, merugikan negara. Maka, sebagai penikmat kretek, saya mengajak marilah kita menjadi perokok santun. Dan menghimbau pelaku industri rokok dan periklanan berhati-hati dalam bertindak. Karena tabiat anti-rokok itu memang usil.<\/p>\n","post_title":"Generalisasi dan Stereotip Terhadap Perokok dan Industri Hasil Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"generalisasi-dan-stereotip-terhadap-perokok-dan-industri-hasil-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-21 14:03:11","post_modified_gmt":"2019-06-21 07:03:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5804","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5798,"post_author":"877","post_date":"2019-06-19 09:28:40","post_date_gmt":"2019-06-19 02:28:40","post_content":"\n

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 adalah Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dikalangan masyarakat umum, khususnya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect dari pertembakauan, banyak yang belum mengerti, bahwa peraturan pemerintah yang terkenal dengan PP 109 adalah produk anti rokok yang ditandatangani Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Amir Syamsudin, pada tanggal 24 Desember 2012 menjelang Hari Natal, tepatnya saat hari libur kerja.

PP 109 inilah yang sering menjadi dasar rezim kesehatan guna memerangi tembakau dan hasil olahannya berupa rokok. Keberadaan PP 109 jelas sangat merugikan, utamanya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect domino dari tembakau, seperti jasa percetakan dan jasa periklanan. Secara politis, anti rokok berhasil menggiring Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak mempedulikan tanaman tembakau dan hasil olahannya berupa rokok kretek sebagai produk asli Indonesia yang pernah jaya, menjadi satu-satunya industri yang mampu bertahan semasa penjajahan hingga sekarang. Tidak hanya itu, pungutan dari hasil olahan tembakau, sumbangannya sangat besar bagi keuangan Negara dalam pembangunan sampai saat ini.<\/p>\n\n\n\n


Kembali ke produk PP 109 didalamnya terdapat 65 pasal, tujuan utamanya untuk pengendalian peredaran tembakau dan hasil olahannya. Salah satunya, pasal 25 adalah pelarangan menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, tidak boleh menjual terhadap anak-anak dan ibu hamil, sedangkan pasal 26 mengatur tentang pengendalian iklan tembakau.<\/p>\n\n\n\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Seperti senin lalu. Bis dalam keadaan penuh sesak. Setidaknya ada empat orang anak usia di bawah 10 tahun jadi penumpang dalam bis. Seorang laki-laki paruh baya yang duduk di bagian depan asyik membakar rokoknya ketika bis meninggalkan Secang menuju Temanggung. Asap rokok yang keluar dari rokok yang ia isap cukup mengganggu penumpang lain, terutama penumpang yang duduk tak jauh dari tempatnya duduk.<\/p>\n\n\n\n

Ketika kernet bis menarik ongkos bis sampai di bagian belakang, tempat saya berdiri tak jauh dari pintu, saya lantas berpesan kepada kernet bis, \"Mas, minta tolong itu bapak yang merokok dikasih tahu untuk matiin rokoknya. Nanti saja kalau sudah turun baru lanjut merokoknya. Kasihan penumpang lain terganggu.\"<\/p>\n\n\n\n

Kernet itu memenuhi permintaan saya. Ia menegur penumpang yang merokok mematikan rokoknya. Pada mulanya penumpang itu melawan. Ngeyel. Menimbulkan perdebatan yang mengundang minat hampir seluruh penumpang.<\/p>\n\n\n\n

Perdebatan berakhir usai kernet berujar, \"aku yo ngudut, Pak. Sopirku yo ngudut. Tur tau diri. Nek rame ngene iki yo ojo sek, Pak. Mesakke penumpang liyane.\" Laki-laki paruh baya itu lantas mematikan rokoknya. <\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai kejadian itu, saya lantas turun dari bis bersama beberapa penumpang lainnya, termasuk laki-laki yang menarik perhatian dalam bis. Tak lama usai turun dari bis, saya lantas menyalakan rokok kretek favorit saya. Duduk menikmati sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Laki-laki yang merokok dalam bis, juga menyalakan rokok, lalu mendekati saya yang sedang duduk merokok dekat sebuah monumen yang di Temanggung dikenal dengan Tugu Jam. <\/p>\n\n\n\n

\"Nunggu jemputan, Pak?\" Tanya saya memecah kesunyian.<\/p>\n\n\n\n

\"Iya, Mas.\" Jawabnya singkat lalu melanjutkan, \"kernetnya nggaya banget, Mas. Pakai ngomel segala aku ngerokok di bis. Kayak dia nggak pernah ngerokok aja.\" Ternyata pria itu masih kesal dengan apa yang Ia alami dalam bis. Tak hanya itu, Ia juga coba mencari dukungan dari saya.<\/p>\n\n\n\n

\"Tadi sebetulnya kernet nggak ada niat menegur Bapak. Lalu saya minta supaya dia negur Bapak, karena banyak penumpang yang terganggu dengan asap rokok Bapak. Lagian apa enaknya sih ngerokom dalam kendaraan begitu, Pak.\" Ujar saya, kemudian saya melanjutkan, \"saya jalan dulu ya, Pak, sudah ditunggu teman-teman petani tembakau di kantor. Mari, Pak.\"<\/p>\n\n\n\n

Laku tegas kepada mereka yang melanggar aturan tentu harus dilakukan. Agar aturan bisa ditegakkan dan tidak merugikan orang lain. Perilaku-perilaku melanggar aturan semacam itu yang membikin citra buruk perokok digeneralisasi. Seakan semua perokok begitu, melanggar aturan dan bertindak semau-maunya. Celah inilah yang selanjutnya digunakan oleh mereka yang anti-rokok untuk menyerang seluruh perokok dengan menggeneralisasi perilaku oknum menjadi pelaku seluruh perokok. Maka laku menjadi perokok santun, dan mau menegur perokok yang melanggar aturan pelan-pelan mesti rela kita lakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini, kementerian kesehatan bersama kementerian komunikasi dan informatika secara mendadak mengeluarkan kebijakan memblokir situsweb di internet yang menayangkan iklan rokok. Seperti anti-rokok pada umumnya, laku menggeneralisasi juga nyatanya dilakukan oleh mereka para pemegang kebijakan.<\/p>\n\n\n\n

Memang benar, dan bisa jadi ada iklan rokok yang melanggar aturan seperti PP 109 tahun 2012 dan Undang-Undang Kesehatan terkait peraturan iklan rokok, tapi tidak juga menggeneralisasi dengan memblokir seluruh situsweb yang menampilkan iklan rokok namun tidak melanggar aturan. Tindakan semacam ini (hingga hari ini setidaknya sudah 114 situsweb yang diblokir tanpa penjelasan apakah benar melanggar aturan atau tidak) tentu saja merugikan banyak pihak, termasuk merugikan negara dan dunia industri di negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Atas hal ini, beruntung masih ada lembaga negara yang bernalar agak jernih. Kementerian perindustrian lantas memprotes apa yang dilakukan kementerian kesehatan dan kemkominfo. Menurut perwakilan kementerian perindustrian, sikap semena-mena yang dilakukan kemenkes dan kemkominfo bisa merusak iklim industri di negeri ini dan mengganggu pemasukan negara.<\/p>\n\n\n\n

Sikap pukul rata, generalisasi, memang kerap dialami oleh para perokok hingga dunia industri rokok. Mereka para anti-rokok selalu gegabah dan bersikap menggeneralisasi atas apa yang dilakukan oleh oknum. Seakan-akan perilaku oknum adalah perilaku seluruh perokok atau seluruh pelaku industri rokok. Kemudian mereka mengampanyekan aturan yang bukan hanya merugikan para perokok dan industri rokok, lebih jauh, merugikan negara. Maka, sebagai penikmat kretek, saya mengajak marilah kita menjadi perokok santun. Dan menghimbau pelaku industri rokok dan periklanan berhati-hati dalam bertindak. Karena tabiat anti-rokok itu memang usil.<\/p>\n","post_title":"Generalisasi dan Stereotip Terhadap Perokok dan Industri Hasil Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"generalisasi-dan-stereotip-terhadap-perokok-dan-industri-hasil-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-21 14:03:11","post_modified_gmt":"2019-06-21 07:03:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5804","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5798,"post_author":"877","post_date":"2019-06-19 09:28:40","post_date_gmt":"2019-06-19 02:28:40","post_content":"\n

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 adalah Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dikalangan masyarakat umum, khususnya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect dari pertembakauan, banyak yang belum mengerti, bahwa peraturan pemerintah yang terkenal dengan PP 109 adalah produk anti rokok yang ditandatangani Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Amir Syamsudin, pada tanggal 24 Desember 2012 menjelang Hari Natal, tepatnya saat hari libur kerja.

PP 109 inilah yang sering menjadi dasar rezim kesehatan guna memerangi tembakau dan hasil olahannya berupa rokok. Keberadaan PP 109 jelas sangat merugikan, utamanya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect domino dari tembakau, seperti jasa percetakan dan jasa periklanan. Secara politis, anti rokok berhasil menggiring Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak mempedulikan tanaman tembakau dan hasil olahannya berupa rokok kretek sebagai produk asli Indonesia yang pernah jaya, menjadi satu-satunya industri yang mampu bertahan semasa penjajahan hingga sekarang. Tidak hanya itu, pungutan dari hasil olahan tembakau, sumbangannya sangat besar bagi keuangan Negara dalam pembangunan sampai saat ini.<\/p>\n\n\n\n


Kembali ke produk PP 109 didalamnya terdapat 65 pasal, tujuan utamanya untuk pengendalian peredaran tembakau dan hasil olahannya. Salah satunya, pasal 25 adalah pelarangan menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, tidak boleh menjual terhadap anak-anak dan ibu hamil, sedangkan pasal 26 mengatur tentang pengendalian iklan tembakau.<\/p>\n\n\n\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sayangnya, saya cukup sering menemukan para perokok yang seenaknya merokok dalam bis tujuan Secang-Temanggung ini. Jika sedang dalam suasana hati dan perasaan yang baik, saya akan pelan-pelan menegur dan meminta mereka mematikan rokoknya. Lebih lagi jika saya melihat ada anak-anak dalam bis, atau melihat ekspresi wajah-wajah penumpang keberatan ada orang merokok dalam bis namun enggan atau tidak berani menegur. Namun jika bis dalam keadaan sepi, dan tak ada yang keberatan ada yang merokok dalam bis, saya diam saja. Karena bukan sekali dua ada perokok yang tiba-tiba senewen ketika diingatkan untuk tidak merokok dalam kendaraan meskipun kita menegurnya dengan pelan.<\/p>\n\n\n\n

Seperti senin lalu. Bis dalam keadaan penuh sesak. Setidaknya ada empat orang anak usia di bawah 10 tahun jadi penumpang dalam bis. Seorang laki-laki paruh baya yang duduk di bagian depan asyik membakar rokoknya ketika bis meninggalkan Secang menuju Temanggung. Asap rokok yang keluar dari rokok yang ia isap cukup mengganggu penumpang lain, terutama penumpang yang duduk tak jauh dari tempatnya duduk.<\/p>\n\n\n\n

Ketika kernet bis menarik ongkos bis sampai di bagian belakang, tempat saya berdiri tak jauh dari pintu, saya lantas berpesan kepada kernet bis, \"Mas, minta tolong itu bapak yang merokok dikasih tahu untuk matiin rokoknya. Nanti saja kalau sudah turun baru lanjut merokoknya. Kasihan penumpang lain terganggu.\"<\/p>\n\n\n\n

Kernet itu memenuhi permintaan saya. Ia menegur penumpang yang merokok mematikan rokoknya. Pada mulanya penumpang itu melawan. Ngeyel. Menimbulkan perdebatan yang mengundang minat hampir seluruh penumpang.<\/p>\n\n\n\n

Perdebatan berakhir usai kernet berujar, \"aku yo ngudut, Pak. Sopirku yo ngudut. Tur tau diri. Nek rame ngene iki yo ojo sek, Pak. Mesakke penumpang liyane.\" Laki-laki paruh baya itu lantas mematikan rokoknya. <\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai kejadian itu, saya lantas turun dari bis bersama beberapa penumpang lainnya, termasuk laki-laki yang menarik perhatian dalam bis. Tak lama usai turun dari bis, saya lantas menyalakan rokok kretek favorit saya. Duduk menikmati sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Laki-laki yang merokok dalam bis, juga menyalakan rokok, lalu mendekati saya yang sedang duduk merokok dekat sebuah monumen yang di Temanggung dikenal dengan Tugu Jam. <\/p>\n\n\n\n

\"Nunggu jemputan, Pak?\" Tanya saya memecah kesunyian.<\/p>\n\n\n\n

\"Iya, Mas.\" Jawabnya singkat lalu melanjutkan, \"kernetnya nggaya banget, Mas. Pakai ngomel segala aku ngerokok di bis. Kayak dia nggak pernah ngerokok aja.\" Ternyata pria itu masih kesal dengan apa yang Ia alami dalam bis. Tak hanya itu, Ia juga coba mencari dukungan dari saya.<\/p>\n\n\n\n

\"Tadi sebetulnya kernet nggak ada niat menegur Bapak. Lalu saya minta supaya dia negur Bapak, karena banyak penumpang yang terganggu dengan asap rokok Bapak. Lagian apa enaknya sih ngerokom dalam kendaraan begitu, Pak.\" Ujar saya, kemudian saya melanjutkan, \"saya jalan dulu ya, Pak, sudah ditunggu teman-teman petani tembakau di kantor. Mari, Pak.\"<\/p>\n\n\n\n

Laku tegas kepada mereka yang melanggar aturan tentu harus dilakukan. Agar aturan bisa ditegakkan dan tidak merugikan orang lain. Perilaku-perilaku melanggar aturan semacam itu yang membikin citra buruk perokok digeneralisasi. Seakan semua perokok begitu, melanggar aturan dan bertindak semau-maunya. Celah inilah yang selanjutnya digunakan oleh mereka yang anti-rokok untuk menyerang seluruh perokok dengan menggeneralisasi perilaku oknum menjadi pelaku seluruh perokok. Maka laku menjadi perokok santun, dan mau menegur perokok yang melanggar aturan pelan-pelan mesti rela kita lakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini, kementerian kesehatan bersama kementerian komunikasi dan informatika secara mendadak mengeluarkan kebijakan memblokir situsweb di internet yang menayangkan iklan rokok. Seperti anti-rokok pada umumnya, laku menggeneralisasi juga nyatanya dilakukan oleh mereka para pemegang kebijakan.<\/p>\n\n\n\n

Memang benar, dan bisa jadi ada iklan rokok yang melanggar aturan seperti PP 109 tahun 2012 dan Undang-Undang Kesehatan terkait peraturan iklan rokok, tapi tidak juga menggeneralisasi dengan memblokir seluruh situsweb yang menampilkan iklan rokok namun tidak melanggar aturan. Tindakan semacam ini (hingga hari ini setidaknya sudah 114 situsweb yang diblokir tanpa penjelasan apakah benar melanggar aturan atau tidak) tentu saja merugikan banyak pihak, termasuk merugikan negara dan dunia industri di negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Atas hal ini, beruntung masih ada lembaga negara yang bernalar agak jernih. Kementerian perindustrian lantas memprotes apa yang dilakukan kementerian kesehatan dan kemkominfo. Menurut perwakilan kementerian perindustrian, sikap semena-mena yang dilakukan kemenkes dan kemkominfo bisa merusak iklim industri di negeri ini dan mengganggu pemasukan negara.<\/p>\n\n\n\n

Sikap pukul rata, generalisasi, memang kerap dialami oleh para perokok hingga dunia industri rokok. Mereka para anti-rokok selalu gegabah dan bersikap menggeneralisasi atas apa yang dilakukan oleh oknum. Seakan-akan perilaku oknum adalah perilaku seluruh perokok atau seluruh pelaku industri rokok. Kemudian mereka mengampanyekan aturan yang bukan hanya merugikan para perokok dan industri rokok, lebih jauh, merugikan negara. Maka, sebagai penikmat kretek, saya mengajak marilah kita menjadi perokok santun. Dan menghimbau pelaku industri rokok dan periklanan berhati-hati dalam bertindak. Karena tabiat anti-rokok itu memang usil.<\/p>\n","post_title":"Generalisasi dan Stereotip Terhadap Perokok dan Industri Hasil Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"generalisasi-dan-stereotip-terhadap-perokok-dan-industri-hasil-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-21 14:03:11","post_modified_gmt":"2019-06-21 07:03:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5804","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5798,"post_author":"877","post_date":"2019-06-19 09:28:40","post_date_gmt":"2019-06-19 02:28:40","post_content":"\n

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 adalah Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dikalangan masyarakat umum, khususnya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect dari pertembakauan, banyak yang belum mengerti, bahwa peraturan pemerintah yang terkenal dengan PP 109 adalah produk anti rokok yang ditandatangani Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Amir Syamsudin, pada tanggal 24 Desember 2012 menjelang Hari Natal, tepatnya saat hari libur kerja.

PP 109 inilah yang sering menjadi dasar rezim kesehatan guna memerangi tembakau dan hasil olahannya berupa rokok. Keberadaan PP 109 jelas sangat merugikan, utamanya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect domino dari tembakau, seperti jasa percetakan dan jasa periklanan. Secara politis, anti rokok berhasil menggiring Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak mempedulikan tanaman tembakau dan hasil olahannya berupa rokok kretek sebagai produk asli Indonesia yang pernah jaya, menjadi satu-satunya industri yang mampu bertahan semasa penjajahan hingga sekarang. Tidak hanya itu, pungutan dari hasil olahan tembakau, sumbangannya sangat besar bagi keuangan Negara dalam pembangunan sampai saat ini.<\/p>\n\n\n\n


Kembali ke produk PP 109 didalamnya terdapat 65 pasal, tujuan utamanya untuk pengendalian peredaran tembakau dan hasil olahannya. Salah satunya, pasal 25 adalah pelarangan menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, tidak boleh menjual terhadap anak-anak dan ibu hamil, sedangkan pasal 26 mengatur tentang pengendalian iklan tembakau.<\/p>\n\n\n\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penjelasannya terdapat pasal 28 dengan ketentuannya; tidak diletakkan di sampul depan dan\/atau belakang media cetak atau halaman depan surat kabar, tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman, luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman, dan tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n


Sedangkan aturan iklan di media penyiaran dijelaskan pada pasal 29, yaitu iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pada pasal 30, menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Kemudian pada pasal 31 menjelaskan tentang aturan iklan produk tembakau di media luar ruang harus memenuhi ketentuan tidak diletakkan di kawasan tanpa rokok, tidak diletakkan di jalan utama atau protokol, harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang, selanjutnya tidak boleh melebihi ukuran 72 m2(tujuh puluh dua meter persegi).
Nah, sesuai aturan periklanan tembakau dan hasil olahannya yang dijelaskan pada pasal-pasal di atas, tidak ada satu kata pun yang mengamanatkan pemblokir terhadap iklan rokok. Yang ada adalah bagaimana cara mengiklankan praduk tembakau, di media cetak, aturan iklan di media penyiaran, aturan iklan di media teknologi informasi, terakhir aturan iklan di media luar ruang. <\/p>\n\n\n\n


Mengenai permintaan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek untuk memblokir iklan rokok di internet ke Menteri Komunikasi dan Informatika dengan dasar Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113, pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif termasuk konsumsi tembakau tidak sesui dengan aturan periklanan rokok dalam PP 109 tahun 2012. Artinya, iklan rokok dibatasi ya, tapi tidak diblokir. <\/p>\n\n\n\n


Celakanya lagi, permintaan Menteri Kesehatan tersebut di respon oleh Menteri Kominfo Rudiantara dengan memberikan arahan kepada Ditjen aplikasi informatika untuk melakukan crawling terhadap konten iklan rokok di internet. Ditemukan sejumlah 114 kanal (Facebook, Instagram dan Youtube) yang menurutnya melanggar UU 36\/2009 tentang kesehatan pasal 46 ayat (3) butir c tentang promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. Terlihat Menteri Kominfo diatur dan setir serta tunduk terhadap UU kesehatan. <\/p>\n\n\n\n


Pemblokiran yang dilakukan Menteri Kominfo terhadap kanal yang menyajikan konten tentang rokok atau iklan rokok berdasarkan UU 36\/2009 tentang kesehatan, ini sangat keliru dan bertentangan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pasal 26 sampai pasal 31. Jelas-jelas dipasal tersebut tidak ada amanat pemblokiran iklan rokok. Sekali lagi yang ada hanyalah peraturan dan pembatasan iklan rokok di media, termasuk media teknologi informasi atau disebut media internet. Detainya bisa dilihat pada pasal 30 PP 109\/2012 , telah mengatur iklan produk tembakau di teknologi informasi dengan harus memenuhi ketentuan situs merek dagang produk tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas.
Seharusnya yang harus dilakukan Menteri Kominfo adalah melakukan crawling terhadap pengguna kanal dibawah umur 18 tahun, bukan malah mau memblokir kanal yang berhubungan dengan rokok. Anak dibawah umur 18 tahun dilarang keras mengakses internet, kuncinya tidak boleh punya email (sebagai syarat utama login internet). Dan google pun sebenarnya telah melarang usia anak-anak mengakses internet.
Mengenai periklanan rokok di media internet Menteri Kominfo seharusnya merujuk aturan dalam PP 109\/2012, bukan melaksanakan perintah UU 36\/2009 tentang kesehatan. Menteri Kominfo, juga harus mengeluarkan aturan tersendiri sesuai amanat PP 109\/2012.
<\/p>\n","post_title":"Pemblokiran Iklan Rokok di Media Sosial Tidak Sesuai Amanat PP 109 Tahun 2012","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pemblokiran-iklan-rokok-di-media-sosial-tidak-sesuai-amanat-pp-109-tahun-2012","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-19 09:28:47","post_modified_gmt":"2019-06-19 02:28:47","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5771,"post_author":"919","post_date":"2019-06-02 16:29:23","post_date_gmt":"2019-06-02 09:29:23","post_content":"\n

Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!<\/p>\n\n\n\n

Sepotong lirik lagu yang dibawakan oleh Tasya Kamilah\ntersebut tepat menggambarkan perasaan para pekerja di Indonesia saat ini. Bulan\npuasa sudah menginjak hari ke-27 dan beberapa hari lagi saja Hari Raya Idul\nFitri sudah di depan mata. Tentu ada satu tradisi khas nusantara menjelang yang\ntak lekang oleh waktu yaitu mudik.<\/p>\n\n\n\n

Kota-kota besr memang selama ini menjadi kantong-kantong\npekerja yang datang merantau dari daerah. Sebut saja misalnya Jakarta dan\nsekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian\nPerhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok,\nTangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.<\/p>\n\n\n\n

Jumlah yang sangat besar bukan? Namun jika dipecah menjadi\nberbagai moda transportasi, bisa dpiastikan angkutan darat seperti kereta api,\nbus, kendaraan pribadi yang menjadi primadona. Akan tetapi tak sedikit pula\nyang memang rutin menggunakan kendaraan umum seperti pesawat udara dan kapal\nlaut say mudik.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kendala bagi para perokok yang melakukan perjalanan mudik adalah minimnya fasilitas ruangan merokok. Tentu fasilitas tersebut tidak ada di pesawat udara dan kereta api. Tapi untuk menjadi perokok santun tentu tidaklah sulit. Berikut kami memberi tips bagi kalian para perokok yang hendak melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada bulan Ramadhan kali ini.<\/p>\n\n\n\n

Beli Tiket di Tempat Resmi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tiket kendaraan menjadi salah satu barang yang paling diburu\nselama beberapa hari ini. Memang sejak jauh-jauh hari beberapa penyedia jasa\nkendaraan sudah menjual tiket dan langsung ludes terjual habis. Tentu bertarung\ndengan banyak orang untuk mendapatkan tiket jadi satu kewajiban.<\/p>\n\n\n\n

Walau demikian, kami sarankan untuk tetap membeli di\nagen-agen resmi dan terpercaya atau beberapa jasa penjual tiket secara online\nyang sudah terkemuka. Pasalnya, jikalau membeli di calo tentu banyak resiko\nyang bisa anda tanggung. Mulai dari harga yang terlalu mahal, armada kendaraan\nyang tak sesuai, bahkan hingga kasus penipuan, jadi waspadalah!<\/p>\n\n\n\n

Jangan Sampai Terlambat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tiket sudah di tangan, tentu datang lebih awal ke\nstasiun, terminal, atau bandara harus dilakukan. Mengingat jumlah lonjakan\npoenumpang tentu kondisi di sana akan lebih ramai dan penuh antrian. Ingat yang\nmudik bukan cuman kamu saja, sudah baca toh paragrapf di atas bahwa ada sekitar\n14,9 juta orang yang mudik.<\/p>\n\n\n\n

Bayangkan jika anda datang telat, betapa akan susahnya\nnanti. Apalagi tiket yang dibeli dengan harga yang cukup menguras kantong.\nBetapa sulitnya anda jika harus mencari tiket pengganti. Sudah kehilangan uang,\ntentu anda akan bekerja lebih ekstra keras untuk bisa kembali ke kampung\nhalaman.<\/p>\n\n\n\n

Tetap merokok di tempat yang sudah disediakan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa\nkendaraan umum tidak menyediakan ruangan merokok. Maka bagi kalian para perokok\ntentu bisa memanfaatkan ruangan merokok yang ada di stasiun, terminal,\npelabuhan, atau bandara. Ketersediaan ruangan merokok di empat tempat tersebut\nsudah diatur dalam undang-undang.<\/p>\n\n\n\n

Bahkan di beberapa tempat tersebut sudah disediakan tempat\nmerokok yang asyik. Salah satunya di bandara Sukarno-Hatta Cengkareng, Banten.\nBisa dibilang tempat merokok di sana adalah salah satu yang terbaik dan\nmemenuhi standar di Indonesia. Jadi mari gunakan tempat itu dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga tips tersebut patut diperhatikan oleh kalian para\nperokok yang hendak mudik dan yang paling utama adalah tetap jaga barang bawaan\nanda termasuk yang berharga, jangan lupa berdoa sebelum memulai perjalanan.\nStay safe and be carefully!<\/p>\n","post_title":"Tiga Hal yang Wajib diperhatikan Para Perokok Saat Mudik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-hal-yang-wajib-diperhatikan-para-perokok-saat-mudik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-02 16:29:29","post_modified_gmt":"2019-06-02 09:29:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5771","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5760,"post_author":"883","post_date":"2019-05-28 06:00:39","post_date_gmt":"2019-05-27 23:00:39","post_content":"\n

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.
<\/p>\n\n\n\n

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.
<\/p>\n\n\n\n

\"Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,\" tutur Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, \u201cDagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?\u201d Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, \u201capalagi kalau bukan rokok, Mas.\u201d
<\/p>\n\n\n\n

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.
<\/p>\n\n\n\n

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.
<\/p>\n\n\n\n

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.<\/p>\n\n\n\n

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?
<\/p>\n\n\n\n

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
<\/p>\n","post_title":"Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kerusuhan-22-mei-dan-makna-sebatang-rokok-bagi-abdul-rajab","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-28 01:23:46","post_modified_gmt":"2019-05-27 18:23:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5760","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5743,"post_author":"877","post_date":"2019-05-20 13:19:25","post_date_gmt":"2019-05-20 06:19:25","post_content":"\n

Sebagai warga yang cerdas, sejarah bagian dari guru dan pengalaman untuk melangkah kedepan. Generasi nenek kita, memproduksi sendiri minyak goreng dengan bahan baku buah kelapa yang banyak ditemukan di bumi Nusantara. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan proses pembuatan minyak goreng didapat turun temurun dari nenek moyang. Hingga banyak Industri minyak goreng skala rumahan maupun industri besar. Akan tetapi saat ini, minyak goreng dari bahan buah kelapa sulit didapat. Industri rumahan sudah jarang ditemukan, industri besar kalah saing dengan minyak goreng dengan bahan kelapa sawit. Kejadian ini, bukan tanpa sebab, ada konspirasi besar untuk menjatuhkan minyak goreng produk asli Indonesia, yang sebelumnya sudah mendunia. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Tips Bagi Kretekus Agar Tetap Sehat Meski Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tidak segan-segan untuk menjatuhkan minyak goreng asli buatan masyarakat Indonesia, dengan isu kesehatan.  Konon minyak goreng kelapa tidak menyehatkan, menjadi penyebab penyakit, tidak bersih dan lain sebagainya. Anehnya, isu tersebut keluar dari saudara kita sendiri, dan tidak jarang dari pihak yang mengatasnamakan polisi kesehatan. <\/p>\n\n\n\n

Nyatanya minyak goreng kelapa yang diisukan tidak menyehatkan, justru paling menyehatkan dibanding minyak goreng dari bahan lain. Dan bahkan minyak goreng dari bahan kelapa  sebagai media untuk pengobatan dan bagus untuk tubuh manusia. Cerita pengalaman dari istri teman bernama Laela,disaat tubuh bapaknya mulai kering dari luka bakar, ternyata kulit yang tumbuh di badan bapaknya kaku, hingga kesulitan bergerak. Hanya dengan kesabarannya mengoleskan minyak goreng dari bahan kelapa yang dibuatnya sendiri, kulit yang awalnya kaku perlahan melemas dan bapaknya perlahan bisa bergerak kembali. Saat ini kondisi bapaknya sudah normal kembali seperti sediakala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya minyak kelapa banyak khasiatnya, namun keberadaannya saat ini kalah pasar dengan minyak nabati. Karena masifnya isu bahwa minyak goreng juga menjadi penyebab penyakit jantung. Ternyata isu tersebut bohong belaka, justru minyak goreng nabatilah yang tidak sehat dan menimbulkan penyakit. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Ternyata, Tubuh Manusia Membutuhkan Zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok Kretek <\/a><\/p>\n\n\n\n

Sejarah tumbangnya banyak industri minyak kelapa skala rumahan maupun industri besar ini, sebagai pengalaman, jangan sampai terulang kembali terjadi pada sektor pertembakauan di Indonesia. Terlebih untuk rokok kretek asli temuan anak bangsa. Didalamnya terkandung zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
<\/p>\n\n\n\n

Pada dasarnya, kasus pada rokok kretek sekarang hampir mirip dengan kasus minyak goreng kelapa (kopra). Dengan dalil kesehatan, rokok kretek sebagai kambing hitam penyebab banyak penyakit. Hampir semua penyakit manusia dihubungkan dengan rokok kretek. Hampir semua pasien yang laki-laki saat berobat, pertama kali yang ditanyakan adalah anda merokok?. Jika di jawab ya, pasti dokter pertama kali akan mengkaitkan penyakitnya dengan sebagai perokok.
<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya itu, penggiat anti tembakau selalau mengkapanyekan bahayanya rokok kretek, hingga ngotot menekan pemerintah untuk membuat regulasi pengontrolan peredaran tembakau dan rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Bahaya rokok yang mereka tuduhkan tanpa dasar dan bukti kuat, mereka hanya berasumsi. Celakanya, rerata mereka yang mengkampanyekan bahaya rokok, hanyalah berpedoman dengan hasil riset yang dilakukan di Amerika. Sedangkan barang yang diriset bukanlah rokok kretek pruduk Indonesia, melainkan rokok putihan yaitu rokok tanpa cengkeh. Walaupun begitu, tetap rokok putih bahan utamanya tembakau yang mengandung nikotin. Sedangkan nikotin sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan anti tembakau tentang bahaya merokok, hanyalah sebagai landasan kepentingan bisnis korporasi-korporasi industri farmasi dunia. setidaknya ada dua agenda besar menjadi sasaran industri farmasi, yaitu; menguasai pangsa nikotin, dan menjual produk penggati rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Guna melancarkan dua agenda tersebut, industri farmasi melibatkan berbagai pihak, mulai dari para ahli farmasi, para dokter, para politisi, para penggiat anti tembakau, badan nasional bahkan badan internasional seperti WHO (world health organization). Serta tak luput menggalangang dukungan dari agama-agama yang ada di dunia. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga, banyak lembaga yang mendapat kucuran dana untuk kepentingan memerangi dan mengkampanyekan bahaya rokok. Di Indonesia ada 20 lembaga yang pernah mendapatkan kucuran dana tersebut, setidaknya mereka dalam satu agenda memerangi dan mengontrol peredaran rokok di Indonesia, terlebih rokok kretek. <\/p>\n\n\n\n

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya; Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Departepen Kesehatan), Indonesia Corruption Watch, Farum Parlemen Indonesia Untuk Kependudukan Dan Pembanguan, Institute Pembangunan Sosial Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan Tobacco Control Working Group, Forum Warga Kota Jakarta, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Lembaga Pembinaan Dan Perlindungan Konsumen Semarang, No Tobacco Community, Kajian Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Udayana, Yayasan Swisscontact Indonesia, Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Dinas Kesehatan, Yayasan Pusaka Indonesia, Dan Muhammadiyyah. (sumber dilansir : http:\/\/tobaccocontrolgrants.org\/Pages\/40\/What-we-fund<\/a>, atau baca buku Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia diterbitkan KNPK) \u00a0\u00a0
<\/p>\n\n\n\n

Begitu hebatnya tanaman emas hijau ini, hingga harus diperangi dengan menggunakan serdadu begitu banyak dari berbagai penjuru. Hal ini sangat beralasan, karena keberadaan nikotin secara alamiah terkandung dalam tembakau atau emas hijau. Dan nikotin sangat bermanfaat untuk pengobatan dan terapi.
<\/p>\n\n\n\n

Jadi kampanye anti tembakau dan rokok, hanyalah sebagai modal politik dagang untuk menguasai nikotin. Dengan mematikan industri rokok, maka pasar nikotin akan terkuasai dengan mudah. Karena selama ini tembakau dan cengkeh mayoritas dibeli untuk kepentingan bahan dasar rokok, dengan harga relatif bagus yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi petani, serta padat karya. Artinya banyak orang yang terlibat dalam pertembakauan dari hulu sampai hilir.  

<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Boleh Tumbang seperti Minyak Goreng Nusantara \ufeff","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-boleh-tumbang-seperti-minyak-goreng-nusantara-%ef%bb%bf","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-20 13:19:33","post_modified_gmt":"2019-05-20 06:19:33","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5743","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5710,"post_author":"883","post_date":"2019-05-11 12:30:27","post_date_gmt":"2019-05-11 05:30:27","post_content":"\n

Tanggal 31 Mei biasa diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Gerakan ini dipelopori oleh Majelis Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) sejak 1988. WHO  menyerukan kepada seluruh negara anggotanya untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Biasanya kelompok antirokok akan mengajak orang-orang untuk tidak merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah 2 tahun belakangan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia jatuh pada bulan suci ramadhan. Dengan kondisi mayoritas perokok di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa, tentu gelaran Hari Tanpa Tembakau Sedunia jadi aneh rasanya jika dikampanyekan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Keberhasilan Gerakan Anti-Tembakau: Tak Ada Tembakau Saat Musim Hujan di Indonesia<\/a><\/p>\n\n\n\n

Toh tidak usah disuruh-suruh perokok untuk berhenti merokok selama sehari, karena memang perokok akan berhenti merokok selama seharian penuh sepanjang bulan suci ramadhan. Bahkan para perokok menahan hasrat mengonsumsi rokok sebulan lamanya dengan penuh kesadaran, tanpa harus diprovokasi sana-sini dengan kampanye berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Provokasi berhenti merokok dengan segala macam kampanye buruk mengenai rokok di Hari Peringatan Tanpa Tembakau Sedunia adalah sebuah sesat pikir dari kelompok antirokok. Sebab, perokok sejatinya tahu dan punya kebebasan dalam memilih apa yang dikonsumsinya.
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Justru para peneliti di British Medical Journal mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok dan ajakan berhenti merokok berulang-ulang tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Fenomena Hukum Rokok bagi Ulama\u2019 Kudus<\/a><\/p>\n\n\n\n

Lalu lihatlah ketika bulan ramadhan, apakah perokok harus diprovokasi dahulu agar bisa berpuasa? Lagi-lagi dengan penuh kesadaran para perokok dapat berhenti merokok selama 13 jam setiap hari tanpa paksaan, tanpa kampanye negatif dan ajakan-ajakan berhenti merokok lainnya yang sangat menyebalkan.
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak diselenggarakan, sebab dengan adanya bulan ramadhan, hal ini dapat menganulir peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dikarenakan hari peringatan tersebut sudah gaagal dan tidak memiliki substansi dalam penyelenggaraannya.
<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Gagal dalam artian goals atau tujuan yang dicapai dari peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak menuai hasil. Perokok tidak patuh dan acuh tak acuh terhadap hari peringatan tersebut, justru lebih memilih menjalankan puasa dengan khidmat. Prinsip yang dibangun oleh perokok adalah menikmati rokok ada waktunya, soal berhenti adalah soal pilihan.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu tidak memiliki substansi yang dimaksud adalah peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tidak memiliki visi yang jelas dan landasan dasar yang kuat. Selama ini visi dan landasan dasar yang diserukan ketika peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia hanyalah memberikan stigma-stigma negatif dan membangun kebencian kepada rokok dan perokok. Bandingkan dengan puasa yang memiliki substansi kuat di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini<\/a><\/p>\n\n\n\n

Berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan kualitas rohani dan jasmani bagi orang-orang yang berpuasa. Ini sangat jelas. Sudah sangat banyak riset-riset ilmiah yang menunjukan bahwa puasa memiliki segudang manfaat bagi manusia. Atas dasar itulah para perokok patuh terhadap seruan menunaikan ibadah puasa. Menahan diri untuk tidak merokok semantara waktu selama hampir 13 jam lamanya.
<\/p>\n\n\n\n

Maka masihkah relevan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Daripada memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, lebih baik kita semua menunaikan ibadah puasa dengan khidmat yang jelas-jelas mendapatkan pahala berlipat ganda.
<\/p>\n","post_title":"Menolak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menolak-peringatan-hari-tanpa-tembakau-sedunia-dengan-berpuasa-di-bulan-ramadhan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-11 12:30:30","post_modified_gmt":"2019-05-11 05:30:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5710","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5707,"post_author":"878","post_date":"2019-05-10 05:41:01","post_date_gmt":"2019-05-09 22:41:01","post_content":"\n

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.<\/p>\n\n\n\n

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"
Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.<\/p>\n\n\n\n

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.<\/p>\n\n\n\n

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda <\/a><\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.<\/p>\n\n\n\n

\"Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.\" Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung <\/p>\n\n\n\n

\"Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.\" Lanjut Sylvi.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.<\/p>\n","post_title":"Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sudah-semestinya-mencontoh-menteri-kesehatan-norwegia-dalam-menyikapi-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-10 05:41:07","post_modified_gmt":"2019-05-09 22:41:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5707","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5696,"post_author":"883","post_date":"2019-05-07 05:02:52","post_date_gmt":"2019-05-06 22:02:52","post_content":"\n

Pernahkah terdapat kasus seorang perokok kejang-kejang akibat tidak merokok selama jam puasa? Tidak pernah ada bukan? Lalu kenapa perokok dan rokok dilabeli adiktif?
<\/p>\n\n\n\n

Rokok ditetapkan sebagai produk yang mengandung zat adiktif. Adiktif berasal dari kata addict, yang artinya ketergantungan. Dalam KBBI, adiktif adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Penetapan rokok sebagai produk adiktif  ini berimbas kepada perokok yang distigmakan sebagai pecandu.
<\/p>\n\n\n\n

Entah sejak kapan rokok dikategorikan sebagai produk adiktif, tetapi jika kita mau membuka ulang berbagai literatur, penetapan adiktif kepada rokok mulai masif digencarkan di era 90an. Atau lebih tepatnya ketika industri kesehatan sedang gencar mendeklarasikan perang terhadap industri rokok. \u00a0<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melawan Label Adiktif Terhadap Perokok dengan Berpuasa <\/a><\/p>\n\n\n\n

Tentunya stigma pecandu ini sangatlah berbahaya. Pasalnya, antirokok mendapatkan angin segar untuk menyerang rokok dan perokok. Antirokok seolah memenangkan pertarungan opini publik, mereka menyatakan bahwa rokok adalah musuh publik dan bertentangan dengan dunia kesehatan.
<\/p>\n\n\n\n

Padahal, jika menyoal zat adiktif adiktif, rokok tidaklah menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini diperkuat oleh argumen para peneliti di British Medical Journal yang mengatakan, penggunaan kata adiktif kepada rokok tidaklah tepat. Sebab para peneliti tersebut mengemukakan perokok sangat mudah untuk berhenti dari aktivitas merokoknya. Justru kata adiktif itulah yang membuat perokok menjadi sulit untuk berhenti merokok.
<\/p>\n\n\n\n

Pembuktian yang paling nyata bahwa rokok tidaklah menyabkan kecanduan dapat dilihat dari kesanggupan perokok untuk berpuasa selama 13 jam lamanya selama 30 hari di bulan Ramadan.
<\/p>\n\n\n\n

Ketika Ramadan, perokok membuktikan bahwa 13 jam tanpa rokok ternyata tidak memberikan efek apapun. Maka, masihkah relevan jika rokok dikategorikan sebagai adiktif?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Melarang Iklan Rokok Selama Bulan Puasa Adalah Pelanggaran Regulasi <\/a><\/p>\n\n\n\n

Kalau memang rokok adalah adiktif, perokok sudah pasti tidak akan kuat menahan hasrat untuk menghisap emas hijau tersebut. Sebab zat adiktif merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi tertentu pada tubuh serta menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan. Jika penggunaannya dihentikan, maka dapat memberi efek lelah atau sakit luar biasa pada orang yang terbiasa mengonsumsinya.
<\/p>\n\n\n\n

Lalu, pernahkah kita melihat ada perokok yang kejang-kejang atau mendapat efek-efek tertentu layaknya pecandu narkoba ketika berpuasa selama 13 jam lamanya?<\/strong>
<\/p>\n\n\n\n

Tidak. Perokok tetap bisa beraktivitas normal seperti hari-hari biasanya, meskipun sedang berpuasa. Banyak juga perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok pascaberpuasa 30 hari penuh di bulan Ramadan. Dan berhenti merokok tidak sesulit yang dibayangkan. Tinggal bulatkan niat, maka selesai perkara.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Sebagai Penanda Sakit dan Sembuh<\/a> <\/p>\n\n\n\n

Perokok tidak harus melakukan terapi atau rehabilitasi ketika memutuskan berhenti merokok. Lihat saja apakah klinik berhenti merokok yang diinisiasi oleh antirokok itu ramai dikunjungi perokok? Sepi, Bos!!!
<\/p>\n\n\n\n

Sudah seharusnya kata adiktif yang dilabelkan kepada rokok itu harus ditinjau ulang berdasarkan fakta dan kajian yang komprehensif. Peninjauan tersebut bersifat terbuka, publik harus menyaksikannya, dan semua pihak harus dilibatkan (dalam hal ini perokok dan stakeholder Industri Hasil Tembakau). Tujuannya agar tak ada kepentingan yang disembunyikan dari penetapan adiktif kepada rokok.
<\/p>\n\n\n\n

Yang terakhir, untuk para perokok yang sedang berpuasa, mari kita tunjukan perlawanan menolak labeling perokok adalah pecandu. Caranya? Berpuasalah dengan khidmat selama 30 hari lamanya. Sesungguhnya itulah cara terbaik kita dalam melawan untuk saat ini.
<\/p>\n","post_title":"Puasa Adalah Pembuktian Bahwa Rokok Tidaklah Adiktif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"puasa-adalah-pembuktian-bahwa-rokok-tidaklah-adiktif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-07 05:02:59","post_modified_gmt":"2019-05-06 22:02:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5696","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":52},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pada bis kedua, bis berukuran lebih kecil dari sebelumnya, yang tidak ber-AC, kedua pintu dan hampir seluruh jendela selalu terbuka, tak ada pengumuman larangan merokok. Namun, memang sudah selayaknya, bagi para perokok yang sadar diri, perokok santun, tak perlu embel-embel pengumuman larangan merokok untuk sadar diri tidak merokok dalam kendaraan, lebih lagi kendaraan umum.<\/p>\n\n\n\n

Sayangnya, saya cukup sering menemukan para perokok yang seenaknya merokok dalam bis tujuan Secang-Temanggung ini. Jika sedang dalam suasana hati dan perasaan yang baik, saya akan pelan-pelan menegur dan meminta mereka mematikan rokoknya. Lebih lagi jika saya melihat ada anak-anak dalam bis, atau melihat ekspresi wajah-wajah penumpang keberatan ada orang merokok dalam bis namun enggan atau tidak berani menegur. Namun jika bis dalam keadaan sepi, dan tak ada yang keberatan ada yang merokok dalam bis, saya diam saja. Karena bukan sekali dua ada perokok yang tiba-tiba senewen ketika diingatkan untuk tidak merokok dalam kendaraan meskipun kita menegurnya dengan pelan.<\/p>\n\n\n\n

Seperti senin lalu. Bis dalam keadaan penuh sesak. Setidaknya ada empat orang anak usia di bawah 10 tahun jadi penumpang dalam bis. Seorang laki-laki paruh baya yang duduk di bagian depan asyik membakar rokoknya ketika bis meninggalkan Secang menuju Temanggung. Asap rokok yang keluar dari rokok yang ia isap cukup mengganggu penumpang lain, terutama penumpang yang duduk tak jauh dari tempatnya duduk.<\/p>\n\n\n\n

Ketika kernet bis menarik ongkos bis sampai di bagian belakang, tempat saya berdiri tak jauh dari pintu, saya lantas berpesan kepada kernet bis, \"Mas, minta tolong itu bapak yang merokok dikasih tahu untuk matiin rokoknya. Nanti saja kalau sudah turun baru lanjut merokoknya. Kasihan penumpang lain terganggu.\"<\/p>\n\n\n\n

Kernet itu memenuhi permintaan saya. Ia menegur penumpang yang merokok mematikan rokoknya. Pada mulanya penumpang itu melawan. Ngeyel. Menimbulkan perdebatan yang mengundang minat hampir seluruh penumpang.<\/p>\n\n\n\n

Perdebatan berakhir usai kernet berujar, \"aku yo ngudut, Pak. Sopirku yo ngudut. Tur tau diri. Nek rame ngene iki yo ojo sek, Pak. Mesakke penumpang liyane.\" Laki-laki paruh baya itu lantas mematikan rokoknya. <\/p>\n\n\n\n

Tak lama usai kejadian itu, saya lantas turun dari bis bersama beberapa penumpang lainnya, termasuk laki-laki yang menarik perhatian dalam bis. Tak lama usai turun dari bis, saya lantas menyalakan rokok kretek favorit saya. Duduk menikmati sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Laki-laki yang merokok dalam bis, juga menyalakan rokok, lalu mendekati saya yang sedang duduk merokok dekat sebuah monumen yang di Temanggung dikenal dengan Tugu Jam. <\/p>\n\n\n\n

\"Nunggu jemputan, Pak?\" Tanya saya memecah kesunyian.<\/p>\n\n\n\n

\"Iya, Mas.\" Jawabnya singkat lalu melanjutkan, \"kernetnya nggaya banget, Mas. Pakai ngomel segala aku ngerokok di bis. Kayak dia nggak pernah ngerokok aja.\" Ternyata pria itu masih kesal dengan apa yang Ia alami dalam bis. Tak hanya itu, Ia juga coba mencari dukungan dari saya.<\/p>\n\n\n\n

\"Tadi sebetulnya kernet nggak ada niat menegur Bapak. Lalu saya minta supaya dia negur Bapak, karena banyak penumpang yang terganggu dengan asap rokok Bapak. Lagian apa enaknya sih ngerokom dalam kendaraan begitu, Pak.\" Ujar saya, kemudian saya melanjutkan, \"saya jalan dulu ya, Pak, sudah ditunggu teman-teman petani tembakau di kantor. Mari, Pak.\"<\/p>\n\n\n\n

Laku tegas kepada mereka yang melanggar aturan tentu harus dilakukan. Agar aturan bisa ditegakkan dan tidak merugikan orang lain. Perilaku-perilaku melanggar aturan semacam itu yang membikin citra buruk perokok digeneralisasi. Seakan semua perokok begitu, melanggar aturan dan bertindak semau-maunya. Celah inilah yang selanjutnya digunakan oleh mereka yang anti-rokok untuk menyerang seluruh perokok dengan menggeneralisasi perilaku oknum menjadi pelaku seluruh perokok. Maka laku menjadi perokok santun, dan mau menegur perokok yang melanggar aturan pelan-pelan mesti rela kita lakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini, kementerian kesehatan bersama kementerian komunikasi dan informatika secara mendadak mengeluarkan kebijakan memblokir situsweb di internet yang menayangkan iklan rokok. Seperti anti-rokok pada umumnya, laku menggeneralisasi juga nyatanya dilakukan oleh mereka para pemegang kebijakan.<\/p>\n\n\n\n

Memang benar, dan bisa jadi ada iklan rokok yang melanggar aturan seperti PP 109 tahun 2012 dan Undang-Undang Kesehatan terkait peraturan iklan rokok, tapi tidak juga menggeneralisasi dengan memblokir seluruh situsweb yang menampilkan iklan rokok namun tidak melanggar aturan. Tindakan semacam ini (hingga hari ini setidaknya sudah 114 situsweb yang diblokir tanpa penjelasan apakah benar melanggar aturan atau tidak) tentu saja merugikan banyak pihak, termasuk merugikan negara dan dunia industri di negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Atas hal ini, beruntung masih ada lembaga negara yang bernalar agak jernih. Kementerian perindustrian lantas memprotes apa yang dilakukan kementerian kesehatan dan kemkominfo. Menurut perwakilan kementerian perindustrian, sikap semena-mena yang dilakukan kemenkes dan kemkominfo bisa merusak iklim industri di negeri ini dan mengganggu pemasukan negara.<\/p>\n\n\n\n

Sikap pukul rata, generalisasi, memang kerap dialami oleh para perokok hingga dunia industri rokok. Mereka para anti-rokok selalu gegabah dan bersikap menggeneralisasi atas apa yang dilakukan oleh oknum. Seakan-akan perilaku oknum adalah perilaku seluruh perokok atau seluruh pelaku industri rokok. Kemudian mereka mengampanyekan aturan yang bukan hanya merugikan para perokok dan industri rokok, lebih jauh, merugikan negara. Maka, sebagai penikmat kretek, saya mengajak marilah kita menjadi perokok santun. Dan menghimbau pelaku industri rokok dan periklanan berhati-hati dalam bertindak. Karena tabiat anti-rokok itu memang usil.<\/p>\n","post_title":"Generalisasi dan Stereotip Terhadap Perokok dan Industri Hasil Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"generalisasi-dan-stereotip-terhadap-perokok-dan-industri-hasil-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-21 14:03:11","post_modified_gmt":"2019-06-21 07:03:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5804","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5798,"post_author":"877","post_date":"2019-06-19 09:28:40","post_date_gmt":"2019-06-19 02:28:40","post_content":"\n

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 adalah Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dikalangan masyarakat umum, khususnya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect dari pertembakauan, banyak yang belum mengerti, bahwa peraturan pemerintah yang terkenal dengan PP 109 adalah produk anti rokok yang ditandatangani Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Amir Syamsudin, pada tanggal 24 Desember 2012 menjelang Hari Natal, tepatnya saat hari libur kerja.

PP 109 inilah yang sering menjadi dasar rezim kesehatan guna memerangi tembakau dan hasil olahannya berupa rokok. Keberadaan PP 109 jelas sangat merugikan, utamanya para petani tembakau, petani cengkeh dan usaha lain effect domino dari tembakau, seperti jasa percetakan dan jasa periklanan. Secara politis, anti rokok berhasil menggiring Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak mempedulikan tanaman tembakau dan hasil olahannya berupa rokok kretek sebagai produk asli Indonesia yang pernah jaya, menjadi satu-satunya industri yang mampu bertahan semasa penjajahan hingga sekarang. Tidak hanya itu, pungutan dari hasil olahan tembakau, sumbangannya sangat besar bagi keuangan Negara dalam pembangunan sampai saat ini.<\/p>\n\n\n\n


Kembali ke produk PP 109 didalamnya terdapat 65 pasal, tujuan utamanya untuk pengendalian peredaran tembakau dan hasil olahannya. Salah satunya, pasal 25 adalah pelarangan menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, tidak boleh menjual terhadap anak-anak dan ibu hamil, sedangkan pasal 26 mengatur tentang pengendalian iklan tembakau.<\/p>\n\n\n\n


Pelarangan menjual produk tembakau terhadap anak-anak dan ibu hamil, pada dasarnya dikalangan masyarakat perokok tentunya sangat mendukung. Dikarenakan anak-anak kurang dari umur 18 tahun adalah usia wajib belajar (sekolah) dan tentunya belum bekerja. Begitu juga, setuju jika ibu hamil tidak merokok. Karena orang yang hamil sangat sensitif terhadap sesuatu yang tidak natural, seperti bau dan lain sebagainya. <\/p>\n\n\n\n


Yang dimaksud pengendalian iklan tembakau dalam pasal 26 ayat 2, adalah meliputi iklan media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan\/atau media luar ruang. Aturan iklan di media cetak penj