\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tanpa terkecuali juga terlihat dalam tradisi ritus masyarakat Jawa. Rokok berfungsi sebagai keperluan sesajen atau sesaji. Ini nampak dalam ritual Slametan<\/em> masyarakat Jawa secara umum. Andrew Beatty menjelaskan bahwa slametan<\/em> ialah sebuah ritual makan yang terdiri atas persembahan, benda-benda simbolis (sesajen<\/em>), ceramah dan doa bersama. Bentuk upacara ini adalah permohonan berkah generasi saat ini kepada para leluhurnya dengan cara membuat sesajen yang isinya antara lain bunga tujuh rupa, rokok, kopi, bubur lima warna, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang hendak dicapai ritual tersebut. Tradisi menyuguhkan sajian rokok kretek dan tembakau berikut makanan dan minuman biasa dilakukan dalam tradisi jagong bayen<\/em> atau kenduri<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Gambaran hubungan yang sangat erat antara sirih dan tembakau bagi kehidupan masyarakat Jawa ditulis Jhon Joseph Stockdale pada awal abad ke-19. \u201cMereka nyaris tak berhenti menyirih dan juga tembakau produksi setempat (Jawa) yang mereka juga isap melalui pipa dari buluh.\u201d Tentang pemakaian sirih dan tembakau di kalangan perempuan, Stockdale<\/em> mengambarkan: \u201cMereka mengunyah sirih, mereka juga menguyah tembakau Jawa yang membuat ludah mereka berwarna merah; dan ketika mereka melakukannya dalam waktu lama, tanda hitam terlihat di pinggir bibir mereka, gigi mereka menjadi hitam, dan mulut mereka terlihat tak sedap dipandang. <\/p>\n\n\n\n

Tanpa terkecuali juga terlihat dalam tradisi ritus masyarakat Jawa. Rokok berfungsi sebagai keperluan sesajen atau sesaji. Ini nampak dalam ritual Slametan<\/em> masyarakat Jawa secara umum. Andrew Beatty menjelaskan bahwa slametan<\/em> ialah sebuah ritual makan yang terdiri atas persembahan, benda-benda simbolis (sesajen<\/em>), ceramah dan doa bersama. Bentuk upacara ini adalah permohonan berkah generasi saat ini kepada para leluhurnya dengan cara membuat sesajen yang isinya antara lain bunga tujuh rupa, rokok, kopi, bubur lima warna, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang hendak dicapai ritual tersebut. Tradisi menyuguhkan sajian rokok kretek dan tembakau berikut makanan dan minuman biasa dilakukan dalam tradisi jagong bayen<\/em> atau kenduri<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sejalan dengan masuknya tembakau di Indonesia, anggaplah asumsinya pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, mengunyah tembakau menjadi praktik umum terkait dengan tradisi mengunyah sirih. Penambahan tembakau pada tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> membuktikan penerimaan masyarakat Nusantara terhadap tembakau. Munculnya tembakau mendorong terciptanya alternatif dalam struktur ritual dan simbolis. Ini setidaknya nampak dalam penggunaan istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa, yang secara common sense<\/em> lazim digunakan secara sinonim dan boleh jadi sama sekali tidak memiliki perbedaan semantik.<\/p>\n\n\n\n

Gambaran hubungan yang sangat erat antara sirih dan tembakau bagi kehidupan masyarakat Jawa ditulis Jhon Joseph Stockdale pada awal abad ke-19. \u201cMereka nyaris tak berhenti menyirih dan juga tembakau produksi setempat (Jawa) yang mereka juga isap melalui pipa dari buluh.\u201d Tentang pemakaian sirih dan tembakau di kalangan perempuan, Stockdale<\/em> mengambarkan: \u201cMereka mengunyah sirih, mereka juga menguyah tembakau Jawa yang membuat ludah mereka berwarna merah; dan ketika mereka melakukannya dalam waktu lama, tanda hitam terlihat di pinggir bibir mereka, gigi mereka menjadi hitam, dan mulut mereka terlihat tak sedap dipandang. <\/p>\n\n\n\n

Tanpa terkecuali juga terlihat dalam tradisi ritus masyarakat Jawa. Rokok berfungsi sebagai keperluan sesajen atau sesaji. Ini nampak dalam ritual Slametan<\/em> masyarakat Jawa secara umum. Andrew Beatty menjelaskan bahwa slametan<\/em> ialah sebuah ritual makan yang terdiri atas persembahan, benda-benda simbolis (sesajen<\/em>), ceramah dan doa bersama. Bentuk upacara ini adalah permohonan berkah generasi saat ini kepada para leluhurnya dengan cara membuat sesajen yang isinya antara lain bunga tujuh rupa, rokok, kopi, bubur lima warna, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang hendak dicapai ritual tersebut. Tradisi menyuguhkan sajian rokok kretek dan tembakau berikut makanan dan minuman biasa dilakukan dalam tradisi jagong bayen<\/em> atau kenduri<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pada masyarakat Dayak, misalnya, sirih sering digunakan untuk mengusir roh penyebab kematian dan penyakit. Ludah sirih yang berwarna merah (bahasa Jawa: dubang<\/em>, idu abang<\/em>) diyakini sangat mujarab menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam masyarakat ini sirih dan nasi adalah sesajen yang lazim digunakan untuk menjalin hubungan dengan para leluhur. Demikian juga masyarakat Jawa, dalam setiap ritual penting mereka kapur sirih sengaja disediakan untuk persembahan bagi arwah para leluhur. Sesajen sirih terdapat dalam berbagai praktik ritual keagamaan di Nusantara, baik itu Hindu dan Budha maupun agama-agama lokal. Selain itu, bagi masyarakat Jawa interaksi sosial juga akan lebih dipermudah melalui aktivitas menyirih bersama atau menyajikan sirih. <\/p>\n\n\n\n

Sejalan dengan masuknya tembakau di Indonesia, anggaplah asumsinya pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, mengunyah tembakau menjadi praktik umum terkait dengan tradisi mengunyah sirih. Penambahan tembakau pada tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> membuktikan penerimaan masyarakat Nusantara terhadap tembakau. Munculnya tembakau mendorong terciptanya alternatif dalam struktur ritual dan simbolis. Ini setidaknya nampak dalam penggunaan istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa, yang secara common sense<\/em> lazim digunakan secara sinonim dan boleh jadi sama sekali tidak memiliki perbedaan semantik.<\/p>\n\n\n\n

Gambaran hubungan yang sangat erat antara sirih dan tembakau bagi kehidupan masyarakat Jawa ditulis Jhon Joseph Stockdale pada awal abad ke-19. \u201cMereka nyaris tak berhenti menyirih dan juga tembakau produksi setempat (Jawa) yang mereka juga isap melalui pipa dari buluh.\u201d Tentang pemakaian sirih dan tembakau di kalangan perempuan, Stockdale<\/em> mengambarkan: \u201cMereka mengunyah sirih, mereka juga menguyah tembakau Jawa yang membuat ludah mereka berwarna merah; dan ketika mereka melakukannya dalam waktu lama, tanda hitam terlihat di pinggir bibir mereka, gigi mereka menjadi hitam, dan mulut mereka terlihat tak sedap dipandang. <\/p>\n\n\n\n

Tanpa terkecuali juga terlihat dalam tradisi ritus masyarakat Jawa. Rokok berfungsi sebagai keperluan sesajen atau sesaji. Ini nampak dalam ritual Slametan<\/em> masyarakat Jawa secara umum. Andrew Beatty menjelaskan bahwa slametan<\/em> ialah sebuah ritual makan yang terdiri atas persembahan, benda-benda simbolis (sesajen<\/em>), ceramah dan doa bersama. Bentuk upacara ini adalah permohonan berkah generasi saat ini kepada para leluhurnya dengan cara membuat sesajen yang isinya antara lain bunga tujuh rupa, rokok, kopi, bubur lima warna, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang hendak dicapai ritual tersebut. Tradisi menyuguhkan sajian rokok kretek dan tembakau berikut makanan dan minuman biasa dilakukan dalam tradisi jagong bayen<\/em> atau kenduri<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Dalam berbagai budaya masyarakat di Nusantara, tradisi mengonsumsi sirih merupakan praktik keseharian, namun dalam konteks tertentu sekaligus juga memiliki fungsi ritual. Di sini sirih didudukkan dalam struktur ritual simbolis yang memadukan lingkungan material dengan dunia spiritual sebagai sarana masyarakat memaknai dunia sekitarnya. Patut diduga kemungkin besar pada awalnya tradisi sirih lekat digunakan sebagai ritual persembahan bagi pemujaan animistik.<\/p>\n\n\n\n

Pada masyarakat Dayak, misalnya, sirih sering digunakan untuk mengusir roh penyebab kematian dan penyakit. Ludah sirih yang berwarna merah (bahasa Jawa: dubang<\/em>, idu abang<\/em>) diyakini sangat mujarab menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam masyarakat ini sirih dan nasi adalah sesajen yang lazim digunakan untuk menjalin hubungan dengan para leluhur. Demikian juga masyarakat Jawa, dalam setiap ritual penting mereka kapur sirih sengaja disediakan untuk persembahan bagi arwah para leluhur. Sesajen sirih terdapat dalam berbagai praktik ritual keagamaan di Nusantara, baik itu Hindu dan Budha maupun agama-agama lokal. Selain itu, bagi masyarakat Jawa interaksi sosial juga akan lebih dipermudah melalui aktivitas menyirih bersama atau menyajikan sirih. <\/p>\n\n\n\n

Sejalan dengan masuknya tembakau di Indonesia, anggaplah asumsinya pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, mengunyah tembakau menjadi praktik umum terkait dengan tradisi mengunyah sirih. Penambahan tembakau pada tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> membuktikan penerimaan masyarakat Nusantara terhadap tembakau. Munculnya tembakau mendorong terciptanya alternatif dalam struktur ritual dan simbolis. Ini setidaknya nampak dalam penggunaan istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa, yang secara common sense<\/em> lazim digunakan secara sinonim dan boleh jadi sama sekali tidak memiliki perbedaan semantik.<\/p>\n\n\n\n

Gambaran hubungan yang sangat erat antara sirih dan tembakau bagi kehidupan masyarakat Jawa ditulis Jhon Joseph Stockdale pada awal abad ke-19. \u201cMereka nyaris tak berhenti menyirih dan juga tembakau produksi setempat (Jawa) yang mereka juga isap melalui pipa dari buluh.\u201d Tentang pemakaian sirih dan tembakau di kalangan perempuan, Stockdale<\/em> mengambarkan: \u201cMereka mengunyah sirih, mereka juga menguyah tembakau Jawa yang membuat ludah mereka berwarna merah; dan ketika mereka melakukannya dalam waktu lama, tanda hitam terlihat di pinggir bibir mereka, gigi mereka menjadi hitam, dan mulut mereka terlihat tak sedap dipandang. <\/p>\n\n\n\n

Tanpa terkecuali juga terlihat dalam tradisi ritus masyarakat Jawa. Rokok berfungsi sebagai keperluan sesajen atau sesaji. Ini nampak dalam ritual Slametan<\/em> masyarakat Jawa secara umum. Andrew Beatty menjelaskan bahwa slametan<\/em> ialah sebuah ritual makan yang terdiri atas persembahan, benda-benda simbolis (sesajen<\/em>), ceramah dan doa bersama. Bentuk upacara ini adalah permohonan berkah generasi saat ini kepada para leluhurnya dengan cara membuat sesajen yang isinya antara lain bunga tujuh rupa, rokok, kopi, bubur lima warna, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang hendak dicapai ritual tersebut. Tradisi menyuguhkan sajian rokok kretek dan tembakau berikut makanan dan minuman biasa dilakukan dalam tradisi jagong bayen<\/em> atau kenduri<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sebagaimana telah disinggung di beberapa tulisan, sejarah tradisi tembakau yang nantinya kemudian melahirkan tradisi kretek, jelas tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan masyarakat Nusantara mengonsumsi sirih. Tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> yang bahan utamanya ialah buah pinang, gambir, sirih dan kapur, tercipta dari kondisi alam Indonesia. Komponen lain seperti cengkeh bisa ditambahkan. <\/p>\n\n\n\n

Dalam berbagai budaya masyarakat di Nusantara, tradisi mengonsumsi sirih merupakan praktik keseharian, namun dalam konteks tertentu sekaligus juga memiliki fungsi ritual. Di sini sirih didudukkan dalam struktur ritual simbolis yang memadukan lingkungan material dengan dunia spiritual sebagai sarana masyarakat memaknai dunia sekitarnya. Patut diduga kemungkin besar pada awalnya tradisi sirih lekat digunakan sebagai ritual persembahan bagi pemujaan animistik.<\/p>\n\n\n\n

Pada masyarakat Dayak, misalnya, sirih sering digunakan untuk mengusir roh penyebab kematian dan penyakit. Ludah sirih yang berwarna merah (bahasa Jawa: dubang<\/em>, idu abang<\/em>) diyakini sangat mujarab menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam masyarakat ini sirih dan nasi adalah sesajen yang lazim digunakan untuk menjalin hubungan dengan para leluhur. Demikian juga masyarakat Jawa, dalam setiap ritual penting mereka kapur sirih sengaja disediakan untuk persembahan bagi arwah para leluhur. Sesajen sirih terdapat dalam berbagai praktik ritual keagamaan di Nusantara, baik itu Hindu dan Budha maupun agama-agama lokal. Selain itu, bagi masyarakat Jawa interaksi sosial juga akan lebih dipermudah melalui aktivitas menyirih bersama atau menyajikan sirih. <\/p>\n\n\n\n

Sejalan dengan masuknya tembakau di Indonesia, anggaplah asumsinya pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, mengunyah tembakau menjadi praktik umum terkait dengan tradisi mengunyah sirih. Penambahan tembakau pada tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> membuktikan penerimaan masyarakat Nusantara terhadap tembakau. Munculnya tembakau mendorong terciptanya alternatif dalam struktur ritual dan simbolis. Ini setidaknya nampak dalam penggunaan istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa, yang secara common sense<\/em> lazim digunakan secara sinonim dan boleh jadi sama sekali tidak memiliki perbedaan semantik.<\/p>\n\n\n\n

Gambaran hubungan yang sangat erat antara sirih dan tembakau bagi kehidupan masyarakat Jawa ditulis Jhon Joseph Stockdale pada awal abad ke-19. \u201cMereka nyaris tak berhenti menyirih dan juga tembakau produksi setempat (Jawa) yang mereka juga isap melalui pipa dari buluh.\u201d Tentang pemakaian sirih dan tembakau di kalangan perempuan, Stockdale<\/em> mengambarkan: \u201cMereka mengunyah sirih, mereka juga menguyah tembakau Jawa yang membuat ludah mereka berwarna merah; dan ketika mereka melakukannya dalam waktu lama, tanda hitam terlihat di pinggir bibir mereka, gigi mereka menjadi hitam, dan mulut mereka terlihat tak sedap dipandang. <\/p>\n\n\n\n

Tanpa terkecuali juga terlihat dalam tradisi ritus masyarakat Jawa. Rokok berfungsi sebagai keperluan sesajen atau sesaji. Ini nampak dalam ritual Slametan<\/em> masyarakat Jawa secara umum. Andrew Beatty menjelaskan bahwa slametan<\/em> ialah sebuah ritual makan yang terdiri atas persembahan, benda-benda simbolis (sesajen<\/em>), ceramah dan doa bersama. Bentuk upacara ini adalah permohonan berkah generasi saat ini kepada para leluhurnya dengan cara membuat sesajen yang isinya antara lain bunga tujuh rupa, rokok, kopi, bubur lima warna, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang hendak dicapai ritual tersebut. Tradisi menyuguhkan sajian rokok kretek dan tembakau berikut makanan dan minuman biasa dilakukan dalam tradisi jagong bayen<\/em> atau kenduri<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Dalam pembacaan antropologi-simbolik khususnya teori paska kolonial, tembakau dan kretek justru dapat dipandang sebagai simbol penting dalam sejarah perlawanan bangsa terhadap struktur kekuasaan kolonial. Tembakau dan kretek adalah barang konsumsi dan sekaligus simbol budaya. Simbolis di sini dalam perspektif arti dan konteks proses ekonomi dan politik yang mengubah wajah masyarakat Indonesia. Langsung atau tidak langsung, kretek sebagai simbol budaya telah memberi sumbangsih pada proses pembentukan indentitas kultural bangsa dan nasionalisme Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Sebagaimana telah disinggung di beberapa tulisan, sejarah tradisi tembakau yang nantinya kemudian melahirkan tradisi kretek, jelas tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan masyarakat Nusantara mengonsumsi sirih. Tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> yang bahan utamanya ialah buah pinang, gambir, sirih dan kapur, tercipta dari kondisi alam Indonesia. Komponen lain seperti cengkeh bisa ditambahkan. <\/p>\n\n\n\n

Dalam berbagai budaya masyarakat di Nusantara, tradisi mengonsumsi sirih merupakan praktik keseharian, namun dalam konteks tertentu sekaligus juga memiliki fungsi ritual. Di sini sirih didudukkan dalam struktur ritual simbolis yang memadukan lingkungan material dengan dunia spiritual sebagai sarana masyarakat memaknai dunia sekitarnya. Patut diduga kemungkin besar pada awalnya tradisi sirih lekat digunakan sebagai ritual persembahan bagi pemujaan animistik.<\/p>\n\n\n\n

Pada masyarakat Dayak, misalnya, sirih sering digunakan untuk mengusir roh penyebab kematian dan penyakit. Ludah sirih yang berwarna merah (bahasa Jawa: dubang<\/em>, idu abang<\/em>) diyakini sangat mujarab menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam masyarakat ini sirih dan nasi adalah sesajen yang lazim digunakan untuk menjalin hubungan dengan para leluhur. Demikian juga masyarakat Jawa, dalam setiap ritual penting mereka kapur sirih sengaja disediakan untuk persembahan bagi arwah para leluhur. Sesajen sirih terdapat dalam berbagai praktik ritual keagamaan di Nusantara, baik itu Hindu dan Budha maupun agama-agama lokal. Selain itu, bagi masyarakat Jawa interaksi sosial juga akan lebih dipermudah melalui aktivitas menyirih bersama atau menyajikan sirih. <\/p>\n\n\n\n

Sejalan dengan masuknya tembakau di Indonesia, anggaplah asumsinya pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, mengunyah tembakau menjadi praktik umum terkait dengan tradisi mengunyah sirih. Penambahan tembakau pada tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> membuktikan penerimaan masyarakat Nusantara terhadap tembakau. Munculnya tembakau mendorong terciptanya alternatif dalam struktur ritual dan simbolis. Ini setidaknya nampak dalam penggunaan istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa, yang secara common sense<\/em> lazim digunakan secara sinonim dan boleh jadi sama sekali tidak memiliki perbedaan semantik.<\/p>\n\n\n\n

Gambaran hubungan yang sangat erat antara sirih dan tembakau bagi kehidupan masyarakat Jawa ditulis Jhon Joseph Stockdale pada awal abad ke-19. \u201cMereka nyaris tak berhenti menyirih dan juga tembakau produksi setempat (Jawa) yang mereka juga isap melalui pipa dari buluh.\u201d Tentang pemakaian sirih dan tembakau di kalangan perempuan, Stockdale<\/em> mengambarkan: \u201cMereka mengunyah sirih, mereka juga menguyah tembakau Jawa yang membuat ludah mereka berwarna merah; dan ketika mereka melakukannya dalam waktu lama, tanda hitam terlihat di pinggir bibir mereka, gigi mereka menjadi hitam, dan mulut mereka terlihat tak sedap dipandang. <\/p>\n\n\n\n

Tanpa terkecuali juga terlihat dalam tradisi ritus masyarakat Jawa. Rokok berfungsi sebagai keperluan sesajen atau sesaji. Ini nampak dalam ritual Slametan<\/em> masyarakat Jawa secara umum. Andrew Beatty menjelaskan bahwa slametan<\/em> ialah sebuah ritual makan yang terdiri atas persembahan, benda-benda simbolis (sesajen<\/em>), ceramah dan doa bersama. Bentuk upacara ini adalah permohonan berkah generasi saat ini kepada para leluhurnya dengan cara membuat sesajen yang isinya antara lain bunga tujuh rupa, rokok, kopi, bubur lima warna, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang hendak dicapai ritual tersebut. Tradisi menyuguhkan sajian rokok kretek dan tembakau berikut makanan dan minuman biasa dilakukan dalam tradisi jagong bayen<\/em> atau kenduri<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Di sini jika kita mau membaca dengan kacamata yang utuh dan jernih, jelas sekali bahwa kretek dan budaya kretek telah mengambil bagian penting dalam banyak aspek kehidupan masyarakat Nusantara. Ungkapan Muhamad Sobary dalam esai \u201cBudaya dalam Selinting Rokok\u201d sangat tepat melukiskan makna entitas kretak, bahwa rokok bukanlah rokok. Bagi bangsa Indonesia, rokok adalah hasil sekaligus ekspresi corak budaya. <\/p>\n\n\n\n

Dalam pembacaan antropologi-simbolik khususnya teori paska kolonial, tembakau dan kretek justru dapat dipandang sebagai simbol penting dalam sejarah perlawanan bangsa terhadap struktur kekuasaan kolonial. Tembakau dan kretek adalah barang konsumsi dan sekaligus simbol budaya. Simbolis di sini dalam perspektif arti dan konteks proses ekonomi dan politik yang mengubah wajah masyarakat Indonesia. Langsung atau tidak langsung, kretek sebagai simbol budaya telah memberi sumbangsih pada proses pembentukan indentitas kultural bangsa dan nasionalisme Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Sebagaimana telah disinggung di beberapa tulisan, sejarah tradisi tembakau yang nantinya kemudian melahirkan tradisi kretek, jelas tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan masyarakat Nusantara mengonsumsi sirih. Tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> yang bahan utamanya ialah buah pinang, gambir, sirih dan kapur, tercipta dari kondisi alam Indonesia. Komponen lain seperti cengkeh bisa ditambahkan. <\/p>\n\n\n\n

Dalam berbagai budaya masyarakat di Nusantara, tradisi mengonsumsi sirih merupakan praktik keseharian, namun dalam konteks tertentu sekaligus juga memiliki fungsi ritual. Di sini sirih didudukkan dalam struktur ritual simbolis yang memadukan lingkungan material dengan dunia spiritual sebagai sarana masyarakat memaknai dunia sekitarnya. Patut diduga kemungkin besar pada awalnya tradisi sirih lekat digunakan sebagai ritual persembahan bagi pemujaan animistik.<\/p>\n\n\n\n

Pada masyarakat Dayak, misalnya, sirih sering digunakan untuk mengusir roh penyebab kematian dan penyakit. Ludah sirih yang berwarna merah (bahasa Jawa: dubang<\/em>, idu abang<\/em>) diyakini sangat mujarab menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam masyarakat ini sirih dan nasi adalah sesajen yang lazim digunakan untuk menjalin hubungan dengan para leluhur. Demikian juga masyarakat Jawa, dalam setiap ritual penting mereka kapur sirih sengaja disediakan untuk persembahan bagi arwah para leluhur. Sesajen sirih terdapat dalam berbagai praktik ritual keagamaan di Nusantara, baik itu Hindu dan Budha maupun agama-agama lokal. Selain itu, bagi masyarakat Jawa interaksi sosial juga akan lebih dipermudah melalui aktivitas menyirih bersama atau menyajikan sirih. <\/p>\n\n\n\n

Sejalan dengan masuknya tembakau di Indonesia, anggaplah asumsinya pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, mengunyah tembakau menjadi praktik umum terkait dengan tradisi mengunyah sirih. Penambahan tembakau pada tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> membuktikan penerimaan masyarakat Nusantara terhadap tembakau. Munculnya tembakau mendorong terciptanya alternatif dalam struktur ritual dan simbolis. Ini setidaknya nampak dalam penggunaan istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa, yang secara common sense<\/em> lazim digunakan secara sinonim dan boleh jadi sama sekali tidak memiliki perbedaan semantik.<\/p>\n\n\n\n

Gambaran hubungan yang sangat erat antara sirih dan tembakau bagi kehidupan masyarakat Jawa ditulis Jhon Joseph Stockdale pada awal abad ke-19. \u201cMereka nyaris tak berhenti menyirih dan juga tembakau produksi setempat (Jawa) yang mereka juga isap melalui pipa dari buluh.\u201d Tentang pemakaian sirih dan tembakau di kalangan perempuan, Stockdale<\/em> mengambarkan: \u201cMereka mengunyah sirih, mereka juga menguyah tembakau Jawa yang membuat ludah mereka berwarna merah; dan ketika mereka melakukannya dalam waktu lama, tanda hitam terlihat di pinggir bibir mereka, gigi mereka menjadi hitam, dan mulut mereka terlihat tak sedap dipandang. <\/p>\n\n\n\n

Tanpa terkecuali juga terlihat dalam tradisi ritus masyarakat Jawa. Rokok berfungsi sebagai keperluan sesajen atau sesaji. Ini nampak dalam ritual Slametan<\/em> masyarakat Jawa secara umum. Andrew Beatty menjelaskan bahwa slametan<\/em> ialah sebuah ritual makan yang terdiri atas persembahan, benda-benda simbolis (sesajen<\/em>), ceramah dan doa bersama. Bentuk upacara ini adalah permohonan berkah generasi saat ini kepada para leluhurnya dengan cara membuat sesajen yang isinya antara lain bunga tujuh rupa, rokok, kopi, bubur lima warna, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang hendak dicapai ritual tersebut. Tradisi menyuguhkan sajian rokok kretek dan tembakau berikut makanan dan minuman biasa dilakukan dalam tradisi jagong bayen<\/em> atau kenduri<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sekilas kretek hanya barang konsumsi yang sepele. Namun jika kita mau mendedah sejarahnya yang panjang dan menelisik lebih jauh ke dalam bangunan budaya dan tradisi masyarakat Indonesia khususnya di berbagai daerah sentra perkebunan tembakau dan kota-kota pengrajin kretek, maka akan kita saksikan bagaimana budaya tembakau dan kretek telah terjalin membentuk sebuah budaya yang hidup. Tidak hanya itu, kretek adalah sebuah identitas budaya, dan mengakar, yang kemudian menjadi simbol pertahanan Bangsa dari penjajah. <\/p>\n\n\n\n

Di sini jika kita mau membaca dengan kacamata yang utuh dan jernih, jelas sekali bahwa kretek dan budaya kretek telah mengambil bagian penting dalam banyak aspek kehidupan masyarakat Nusantara. Ungkapan Muhamad Sobary dalam esai \u201cBudaya dalam Selinting Rokok\u201d sangat tepat melukiskan makna entitas kretak, bahwa rokok bukanlah rokok. Bagi bangsa Indonesia, rokok adalah hasil sekaligus ekspresi corak budaya. <\/p>\n\n\n\n

Dalam pembacaan antropologi-simbolik khususnya teori paska kolonial, tembakau dan kretek justru dapat dipandang sebagai simbol penting dalam sejarah perlawanan bangsa terhadap struktur kekuasaan kolonial. Tembakau dan kretek adalah barang konsumsi dan sekaligus simbol budaya. Simbolis di sini dalam perspektif arti dan konteks proses ekonomi dan politik yang mengubah wajah masyarakat Indonesia. Langsung atau tidak langsung, kretek sebagai simbol budaya telah memberi sumbangsih pada proses pembentukan indentitas kultural bangsa dan nasionalisme Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Sebagaimana telah disinggung di beberapa tulisan, sejarah tradisi tembakau yang nantinya kemudian melahirkan tradisi kretek, jelas tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan masyarakat Nusantara mengonsumsi sirih. Tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> yang bahan utamanya ialah buah pinang, gambir, sirih dan kapur, tercipta dari kondisi alam Indonesia. Komponen lain seperti cengkeh bisa ditambahkan. <\/p>\n\n\n\n

Dalam berbagai budaya masyarakat di Nusantara, tradisi mengonsumsi sirih merupakan praktik keseharian, namun dalam konteks tertentu sekaligus juga memiliki fungsi ritual. Di sini sirih didudukkan dalam struktur ritual simbolis yang memadukan lingkungan material dengan dunia spiritual sebagai sarana masyarakat memaknai dunia sekitarnya. Patut diduga kemungkin besar pada awalnya tradisi sirih lekat digunakan sebagai ritual persembahan bagi pemujaan animistik.<\/p>\n\n\n\n

Pada masyarakat Dayak, misalnya, sirih sering digunakan untuk mengusir roh penyebab kematian dan penyakit. Ludah sirih yang berwarna merah (bahasa Jawa: dubang<\/em>, idu abang<\/em>) diyakini sangat mujarab menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam masyarakat ini sirih dan nasi adalah sesajen yang lazim digunakan untuk menjalin hubungan dengan para leluhur. Demikian juga masyarakat Jawa, dalam setiap ritual penting mereka kapur sirih sengaja disediakan untuk persembahan bagi arwah para leluhur. Sesajen sirih terdapat dalam berbagai praktik ritual keagamaan di Nusantara, baik itu Hindu dan Budha maupun agama-agama lokal. Selain itu, bagi masyarakat Jawa interaksi sosial juga akan lebih dipermudah melalui aktivitas menyirih bersama atau menyajikan sirih. <\/p>\n\n\n\n

Sejalan dengan masuknya tembakau di Indonesia, anggaplah asumsinya pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, mengunyah tembakau menjadi praktik umum terkait dengan tradisi mengunyah sirih. Penambahan tembakau pada tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> membuktikan penerimaan masyarakat Nusantara terhadap tembakau. Munculnya tembakau mendorong terciptanya alternatif dalam struktur ritual dan simbolis. Ini setidaknya nampak dalam penggunaan istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa, yang secara common sense<\/em> lazim digunakan secara sinonim dan boleh jadi sama sekali tidak memiliki perbedaan semantik.<\/p>\n\n\n\n

Gambaran hubungan yang sangat erat antara sirih dan tembakau bagi kehidupan masyarakat Jawa ditulis Jhon Joseph Stockdale pada awal abad ke-19. \u201cMereka nyaris tak berhenti menyirih dan juga tembakau produksi setempat (Jawa) yang mereka juga isap melalui pipa dari buluh.\u201d Tentang pemakaian sirih dan tembakau di kalangan perempuan, Stockdale<\/em> mengambarkan: \u201cMereka mengunyah sirih, mereka juga menguyah tembakau Jawa yang membuat ludah mereka berwarna merah; dan ketika mereka melakukannya dalam waktu lama, tanda hitam terlihat di pinggir bibir mereka, gigi mereka menjadi hitam, dan mulut mereka terlihat tak sedap dipandang. <\/p>\n\n\n\n

Tanpa terkecuali juga terlihat dalam tradisi ritus masyarakat Jawa. Rokok berfungsi sebagai keperluan sesajen atau sesaji. Ini nampak dalam ritual Slametan<\/em> masyarakat Jawa secara umum. Andrew Beatty menjelaskan bahwa slametan<\/em> ialah sebuah ritual makan yang terdiri atas persembahan, benda-benda simbolis (sesajen<\/em>), ceramah dan doa bersama. Bentuk upacara ini adalah permohonan berkah generasi saat ini kepada para leluhurnya dengan cara membuat sesajen yang isinya antara lain bunga tujuh rupa, rokok, kopi, bubur lima warna, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang hendak dicapai ritual tersebut. Tradisi menyuguhkan sajian rokok kretek dan tembakau berikut makanan dan minuman biasa dilakukan dalam tradisi jagong bayen<\/em> atau kenduri<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Demikian tips sederhana untuk memilih dan mencoblos caleg, DPD dan capres, sesuai keinginan. Yang terpenting bagi kretekus dan bagi orang yang berada di sektor pertembakauan (petani dan buruh tani tembakau atau cengkeh, buruh dan karyawan industri rokok, konsumen kretek dan lainnya) mari kita pilih wakil dan pemimpin yang jelas-jelas pro pertembakauan.
<\/p>\n","post_title":"Pedoman Memilih dan Mencoblos DPR, DPD, Capres Bagi Kretekus","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pedoman-memilih-dan-mencoblos-dpr-dpd-capres-bagi-kretekus","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-27 11:35:18","post_modified_gmt":"2019-03-27 04:35:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5576","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5571,"post_author":"877","post_date":"2019-03-25 11:38:22","post_date_gmt":"2019-03-25 04:38:22","post_content":"\n

Sekilas kretek hanya barang konsumsi yang sepele. Namun jika kita mau mendedah sejarahnya yang panjang dan menelisik lebih jauh ke dalam bangunan budaya dan tradisi masyarakat Indonesia khususnya di berbagai daerah sentra perkebunan tembakau dan kota-kota pengrajin kretek, maka akan kita saksikan bagaimana budaya tembakau dan kretek telah terjalin membentuk sebuah budaya yang hidup. Tidak hanya itu, kretek adalah sebuah identitas budaya, dan mengakar, yang kemudian menjadi simbol pertahanan Bangsa dari penjajah. <\/p>\n\n\n\n

Di sini jika kita mau membaca dengan kacamata yang utuh dan jernih, jelas sekali bahwa kretek dan budaya kretek telah mengambil bagian penting dalam banyak aspek kehidupan masyarakat Nusantara. Ungkapan Muhamad Sobary dalam esai \u201cBudaya dalam Selinting Rokok\u201d sangat tepat melukiskan makna entitas kretak, bahwa rokok bukanlah rokok. Bagi bangsa Indonesia, rokok adalah hasil sekaligus ekspresi corak budaya. <\/p>\n\n\n\n

Dalam pembacaan antropologi-simbolik khususnya teori paska kolonial, tembakau dan kretek justru dapat dipandang sebagai simbol penting dalam sejarah perlawanan bangsa terhadap struktur kekuasaan kolonial. Tembakau dan kretek adalah barang konsumsi dan sekaligus simbol budaya. Simbolis di sini dalam perspektif arti dan konteks proses ekonomi dan politik yang mengubah wajah masyarakat Indonesia. Langsung atau tidak langsung, kretek sebagai simbol budaya telah memberi sumbangsih pada proses pembentukan indentitas kultural bangsa dan nasionalisme Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Sebagaimana telah disinggung di beberapa tulisan, sejarah tradisi tembakau yang nantinya kemudian melahirkan tradisi kretek, jelas tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan masyarakat Nusantara mengonsumsi sirih. Tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> yang bahan utamanya ialah buah pinang, gambir, sirih dan kapur, tercipta dari kondisi alam Indonesia. Komponen lain seperti cengkeh bisa ditambahkan. <\/p>\n\n\n\n

Dalam berbagai budaya masyarakat di Nusantara, tradisi mengonsumsi sirih merupakan praktik keseharian, namun dalam konteks tertentu sekaligus juga memiliki fungsi ritual. Di sini sirih didudukkan dalam struktur ritual simbolis yang memadukan lingkungan material dengan dunia spiritual sebagai sarana masyarakat memaknai dunia sekitarnya. Patut diduga kemungkin besar pada awalnya tradisi sirih lekat digunakan sebagai ritual persembahan bagi pemujaan animistik.<\/p>\n\n\n\n

Pada masyarakat Dayak, misalnya, sirih sering digunakan untuk mengusir roh penyebab kematian dan penyakit. Ludah sirih yang berwarna merah (bahasa Jawa: dubang<\/em>, idu abang<\/em>) diyakini sangat mujarab menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam masyarakat ini sirih dan nasi adalah sesajen yang lazim digunakan untuk menjalin hubungan dengan para leluhur. Demikian juga masyarakat Jawa, dalam setiap ritual penting mereka kapur sirih sengaja disediakan untuk persembahan bagi arwah para leluhur. Sesajen sirih terdapat dalam berbagai praktik ritual keagamaan di Nusantara, baik itu Hindu dan Budha maupun agama-agama lokal. Selain itu, bagi masyarakat Jawa interaksi sosial juga akan lebih dipermudah melalui aktivitas menyirih bersama atau menyajikan sirih. <\/p>\n\n\n\n

Sejalan dengan masuknya tembakau di Indonesia, anggaplah asumsinya pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, mengunyah tembakau menjadi praktik umum terkait dengan tradisi mengunyah sirih. Penambahan tembakau pada tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> membuktikan penerimaan masyarakat Nusantara terhadap tembakau. Munculnya tembakau mendorong terciptanya alternatif dalam struktur ritual dan simbolis. Ini setidaknya nampak dalam penggunaan istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa, yang secara common sense<\/em> lazim digunakan secara sinonim dan boleh jadi sama sekali tidak memiliki perbedaan semantik.<\/p>\n\n\n\n

Gambaran hubungan yang sangat erat antara sirih dan tembakau bagi kehidupan masyarakat Jawa ditulis Jhon Joseph Stockdale pada awal abad ke-19. \u201cMereka nyaris tak berhenti menyirih dan juga tembakau produksi setempat (Jawa) yang mereka juga isap melalui pipa dari buluh.\u201d Tentang pemakaian sirih dan tembakau di kalangan perempuan, Stockdale<\/em> mengambarkan: \u201cMereka mengunyah sirih, mereka juga menguyah tembakau Jawa yang membuat ludah mereka berwarna merah; dan ketika mereka melakukannya dalam waktu lama, tanda hitam terlihat di pinggir bibir mereka, gigi mereka menjadi hitam, dan mulut mereka terlihat tak sedap dipandang. <\/p>\n\n\n\n

Tanpa terkecuali juga terlihat dalam tradisi ritus masyarakat Jawa. Rokok berfungsi sebagai keperluan sesajen atau sesaji. Ini nampak dalam ritual Slametan<\/em> masyarakat Jawa secara umum. Andrew Beatty menjelaskan bahwa slametan<\/em> ialah sebuah ritual makan yang terdiri atas persembahan, benda-benda simbolis (sesajen<\/em>), ceramah dan doa bersama. Bentuk upacara ini adalah permohonan berkah generasi saat ini kepada para leluhurnya dengan cara membuat sesajen yang isinya antara lain bunga tujuh rupa, rokok, kopi, bubur lima warna, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang hendak dicapai ritual tersebut. Tradisi menyuguhkan sajian rokok kretek dan tembakau berikut makanan dan minuman biasa dilakukan dalam tradisi jagong bayen<\/em> atau kenduri<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
<\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
<\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
<\/p>\n\n\n\n

Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
<\/p>\n\n\n\n

Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
<\/p>\n\n\n\n

Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
<\/p>\n\n\n\n

Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
<\/p>\n\n\n\n

Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
<\/p>\n\n\n\n

Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
<\/p>\n\n\n\n

Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
<\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

\u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

(dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
<\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

\"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
<\/p>\n\n\n\n

\u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
<\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n
  1. Lima kartu suara, silahkan di tata berjajar dulu di atas meja, dan diurutkan dari sebelah kiri atau sebelah kanan. Urutannya di mulai dari kartu suara yang DPR Kabupaten\/kota, sebelahnya DPR Provinsi, DPR RI, DPD dan Presiden.<\/li>
  2. Buka kartu suara DPR Kabupaten\/kota, cari partainya atau urutan nomor partai setelah ketemu partainya, cari nama orang atau nomor urut yang dituju, kemudian coblos tulisan nama tersebut atau di nomor urutnya. Selesai lipat kembali dan ditaruh agak kedepan atau kebelakang untuk membedakan kartu sudah tercoblos. <\/li>
  3. Ambil kartu suara DPRD Provinsi, caranya sama di atas, setelah selesai tumpuk kartu, di atas kartu yang pertama<\/li>
  4. Ambil kartu suara DPR RI, caranya sama dengan nomor 4 dan 5, begitu seterusnya hingga kartu terakhir yaitu pilihan presiden<\/li>
  5. Setelah dicoblos semua, kartu dimasukkan sesuai kotak masing-masing kartu suara dengan minta bantuan petugas <\/li>
  6. Saat menata dan mencoblos kartu, lakukan dengan tenang santai, tidah usah terburu-buru, dan jangan panik.<\/li>
  7. Dalam mencoblos, usahakan tidak dalam keadaan lapar, tidak dalam keadaan haus, dan sebagainya.<\/li><\/ol>\n\n\n\n

    Demikian tips sederhana untuk memilih dan mencoblos caleg, DPD dan capres, sesuai keinginan. Yang terpenting bagi kretekus dan bagi orang yang berada di sektor pertembakauan (petani dan buruh tani tembakau atau cengkeh, buruh dan karyawan industri rokok, konsumen kretek dan lainnya) mari kita pilih wakil dan pemimpin yang jelas-jelas pro pertembakauan.
    <\/p>\n","post_title":"Pedoman Memilih dan Mencoblos DPR, DPD, Capres Bagi Kretekus","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pedoman-memilih-dan-mencoblos-dpr-dpd-capres-bagi-kretekus","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-27 11:35:18","post_modified_gmt":"2019-03-27 04:35:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5576","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5571,"post_author":"877","post_date":"2019-03-25 11:38:22","post_date_gmt":"2019-03-25 04:38:22","post_content":"\n

    Sekilas kretek hanya barang konsumsi yang sepele. Namun jika kita mau mendedah sejarahnya yang panjang dan menelisik lebih jauh ke dalam bangunan budaya dan tradisi masyarakat Indonesia khususnya di berbagai daerah sentra perkebunan tembakau dan kota-kota pengrajin kretek, maka akan kita saksikan bagaimana budaya tembakau dan kretek telah terjalin membentuk sebuah budaya yang hidup. Tidak hanya itu, kretek adalah sebuah identitas budaya, dan mengakar, yang kemudian menjadi simbol pertahanan Bangsa dari penjajah. <\/p>\n\n\n\n

    Di sini jika kita mau membaca dengan kacamata yang utuh dan jernih, jelas sekali bahwa kretek dan budaya kretek telah mengambil bagian penting dalam banyak aspek kehidupan masyarakat Nusantara. Ungkapan Muhamad Sobary dalam esai \u201cBudaya dalam Selinting Rokok\u201d sangat tepat melukiskan makna entitas kretak, bahwa rokok bukanlah rokok. Bagi bangsa Indonesia, rokok adalah hasil sekaligus ekspresi corak budaya. <\/p>\n\n\n\n

    Dalam pembacaan antropologi-simbolik khususnya teori paska kolonial, tembakau dan kretek justru dapat dipandang sebagai simbol penting dalam sejarah perlawanan bangsa terhadap struktur kekuasaan kolonial. Tembakau dan kretek adalah barang konsumsi dan sekaligus simbol budaya. Simbolis di sini dalam perspektif arti dan konteks proses ekonomi dan politik yang mengubah wajah masyarakat Indonesia. Langsung atau tidak langsung, kretek sebagai simbol budaya telah memberi sumbangsih pada proses pembentukan indentitas kultural bangsa dan nasionalisme Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

    Sebagaimana telah disinggung di beberapa tulisan, sejarah tradisi tembakau yang nantinya kemudian melahirkan tradisi kretek, jelas tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan masyarakat Nusantara mengonsumsi sirih. Tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> yang bahan utamanya ialah buah pinang, gambir, sirih dan kapur, tercipta dari kondisi alam Indonesia. Komponen lain seperti cengkeh bisa ditambahkan. <\/p>\n\n\n\n

    Dalam berbagai budaya masyarakat di Nusantara, tradisi mengonsumsi sirih merupakan praktik keseharian, namun dalam konteks tertentu sekaligus juga memiliki fungsi ritual. Di sini sirih didudukkan dalam struktur ritual simbolis yang memadukan lingkungan material dengan dunia spiritual sebagai sarana masyarakat memaknai dunia sekitarnya. Patut diduga kemungkin besar pada awalnya tradisi sirih lekat digunakan sebagai ritual persembahan bagi pemujaan animistik.<\/p>\n\n\n\n

    Pada masyarakat Dayak, misalnya, sirih sering digunakan untuk mengusir roh penyebab kematian dan penyakit. Ludah sirih yang berwarna merah (bahasa Jawa: dubang<\/em>, idu abang<\/em>) diyakini sangat mujarab menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam masyarakat ini sirih dan nasi adalah sesajen yang lazim digunakan untuk menjalin hubungan dengan para leluhur. Demikian juga masyarakat Jawa, dalam setiap ritual penting mereka kapur sirih sengaja disediakan untuk persembahan bagi arwah para leluhur. Sesajen sirih terdapat dalam berbagai praktik ritual keagamaan di Nusantara, baik itu Hindu dan Budha maupun agama-agama lokal. Selain itu, bagi masyarakat Jawa interaksi sosial juga akan lebih dipermudah melalui aktivitas menyirih bersama atau menyajikan sirih. <\/p>\n\n\n\n

    Sejalan dengan masuknya tembakau di Indonesia, anggaplah asumsinya pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, mengunyah tembakau menjadi praktik umum terkait dengan tradisi mengunyah sirih. Penambahan tembakau pada tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> membuktikan penerimaan masyarakat Nusantara terhadap tembakau. Munculnya tembakau mendorong terciptanya alternatif dalam struktur ritual dan simbolis. Ini setidaknya nampak dalam penggunaan istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa, yang secara common sense<\/em> lazim digunakan secara sinonim dan boleh jadi sama sekali tidak memiliki perbedaan semantik.<\/p>\n\n\n\n

    Gambaran hubungan yang sangat erat antara sirih dan tembakau bagi kehidupan masyarakat Jawa ditulis Jhon Joseph Stockdale pada awal abad ke-19. \u201cMereka nyaris tak berhenti menyirih dan juga tembakau produksi setempat (Jawa) yang mereka juga isap melalui pipa dari buluh.\u201d Tentang pemakaian sirih dan tembakau di kalangan perempuan, Stockdale<\/em> mengambarkan: \u201cMereka mengunyah sirih, mereka juga menguyah tembakau Jawa yang membuat ludah mereka berwarna merah; dan ketika mereka melakukannya dalam waktu lama, tanda hitam terlihat di pinggir bibir mereka, gigi mereka menjadi hitam, dan mulut mereka terlihat tak sedap dipandang. <\/p>\n\n\n\n

    Tanpa terkecuali juga terlihat dalam tradisi ritus masyarakat Jawa. Rokok berfungsi sebagai keperluan sesajen atau sesaji. Ini nampak dalam ritual Slametan<\/em> masyarakat Jawa secara umum. Andrew Beatty menjelaskan bahwa slametan<\/em> ialah sebuah ritual makan yang terdiri atas persembahan, benda-benda simbolis (sesajen<\/em>), ceramah dan doa bersama. Bentuk upacara ini adalah permohonan berkah generasi saat ini kepada para leluhurnya dengan cara membuat sesajen yang isinya antara lain bunga tujuh rupa, rokok, kopi, bubur lima warna, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang hendak dicapai ritual tersebut. Tradisi menyuguhkan sajian rokok kretek dan tembakau berikut makanan dan minuman biasa dilakukan dalam tradisi jagong bayen<\/em> atau kenduri<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

    Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

    Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

    Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

    Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

    Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

    Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

    Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

    Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

    Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

    Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

    Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

    Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
    <\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

    Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

    Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

    Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

    Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

    Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

    Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

    Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

    Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

    Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

    Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

    Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

    Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

    Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
    <\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

    Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

    Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

    Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

    Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

    Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

    Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

    Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

    Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

    Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

    Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

    Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

    Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

    Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

    Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

    Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

    Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

    Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

    Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

    Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

    Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
    <\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

    Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
    <\/p>\n\n\n\n

    Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

    Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

    Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
    <\/p>\n\n\n\n

    PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
    <\/p>\n\n\n\n

    Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
    <\/p>\n\n\n\n

    Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
    <\/p>\n\n\n\n

    Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
    <\/p>\n\n\n\n

    Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

    Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

    KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
    <\/p>\n\n\n\n

    Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
    <\/p>\n\n\n\n

    Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
    <\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

    Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

    Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

    Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

    Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

    Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

    Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

    Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

    Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

    Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

    Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

    Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

    Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

    Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

    \u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

    (dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

    Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

    Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
    <\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

    Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
    <\/p>\n\n\n\n

    Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

    Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

    Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

    Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

    Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

    Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

    Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

    \"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
    <\/p>\n\n\n\n

    Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
    <\/p>\n\n\n\n

    \u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

    Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

    Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

    Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
    <\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

    Paling Populer

    \n
    Warna Hijau<\/td>untuk memilih<\/td>DPR Kabupaten\/ Kota<\/td><\/tr>
    Warna Biru<\/td>untuk memilih<\/td>DPR Provinsi<\/td><\/tr>
    Warna Kuning<\/td>untuk memilih<\/td>DPR RI<\/td><\/tr>
    Warna merah<\/td>untuk memilih<\/td>DPD RI<\/td><\/tr>
    Warna Abu-abu<\/td>untuk memilih<\/td>Presiden dan Wakil presiden<\/td><\/tr><\/tbody><\/table>\n\n\n\n
    1. Lima kartu suara, silahkan di tata berjajar dulu di atas meja, dan diurutkan dari sebelah kiri atau sebelah kanan. Urutannya di mulai dari kartu suara yang DPR Kabupaten\/kota, sebelahnya DPR Provinsi, DPR RI, DPD dan Presiden.<\/li>
    2. Buka kartu suara DPR Kabupaten\/kota, cari partainya atau urutan nomor partai setelah ketemu partainya, cari nama orang atau nomor urut yang dituju, kemudian coblos tulisan nama tersebut atau di nomor urutnya. Selesai lipat kembali dan ditaruh agak kedepan atau kebelakang untuk membedakan kartu sudah tercoblos. <\/li>
    3. Ambil kartu suara DPRD Provinsi, caranya sama di atas, setelah selesai tumpuk kartu, di atas kartu yang pertama<\/li>
    4. Ambil kartu suara DPR RI, caranya sama dengan nomor 4 dan 5, begitu seterusnya hingga kartu terakhir yaitu pilihan presiden<\/li>
    5. Setelah dicoblos semua, kartu dimasukkan sesuai kotak masing-masing kartu suara dengan minta bantuan petugas <\/li>
    6. Saat menata dan mencoblos kartu, lakukan dengan tenang santai, tidah usah terburu-buru, dan jangan panik.<\/li>
    7. Dalam mencoblos, usahakan tidak dalam keadaan lapar, tidak dalam keadaan haus, dan sebagainya.<\/li><\/ol>\n\n\n\n

      Demikian tips sederhana untuk memilih dan mencoblos caleg, DPD dan capres, sesuai keinginan. Yang terpenting bagi kretekus dan bagi orang yang berada di sektor pertembakauan (petani dan buruh tani tembakau atau cengkeh, buruh dan karyawan industri rokok, konsumen kretek dan lainnya) mari kita pilih wakil dan pemimpin yang jelas-jelas pro pertembakauan.
      <\/p>\n","post_title":"Pedoman Memilih dan Mencoblos DPR, DPD, Capres Bagi Kretekus","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pedoman-memilih-dan-mencoblos-dpr-dpd-capres-bagi-kretekus","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-27 11:35:18","post_modified_gmt":"2019-03-27 04:35:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5576","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5571,"post_author":"877","post_date":"2019-03-25 11:38:22","post_date_gmt":"2019-03-25 04:38:22","post_content":"\n

      Sekilas kretek hanya barang konsumsi yang sepele. Namun jika kita mau mendedah sejarahnya yang panjang dan menelisik lebih jauh ke dalam bangunan budaya dan tradisi masyarakat Indonesia khususnya di berbagai daerah sentra perkebunan tembakau dan kota-kota pengrajin kretek, maka akan kita saksikan bagaimana budaya tembakau dan kretek telah terjalin membentuk sebuah budaya yang hidup. Tidak hanya itu, kretek adalah sebuah identitas budaya, dan mengakar, yang kemudian menjadi simbol pertahanan Bangsa dari penjajah. <\/p>\n\n\n\n

      Di sini jika kita mau membaca dengan kacamata yang utuh dan jernih, jelas sekali bahwa kretek dan budaya kretek telah mengambil bagian penting dalam banyak aspek kehidupan masyarakat Nusantara. Ungkapan Muhamad Sobary dalam esai \u201cBudaya dalam Selinting Rokok\u201d sangat tepat melukiskan makna entitas kretak, bahwa rokok bukanlah rokok. Bagi bangsa Indonesia, rokok adalah hasil sekaligus ekspresi corak budaya. <\/p>\n\n\n\n

      Dalam pembacaan antropologi-simbolik khususnya teori paska kolonial, tembakau dan kretek justru dapat dipandang sebagai simbol penting dalam sejarah perlawanan bangsa terhadap struktur kekuasaan kolonial. Tembakau dan kretek adalah barang konsumsi dan sekaligus simbol budaya. Simbolis di sini dalam perspektif arti dan konteks proses ekonomi dan politik yang mengubah wajah masyarakat Indonesia. Langsung atau tidak langsung, kretek sebagai simbol budaya telah memberi sumbangsih pada proses pembentukan indentitas kultural bangsa dan nasionalisme Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

      Sebagaimana telah disinggung di beberapa tulisan, sejarah tradisi tembakau yang nantinya kemudian melahirkan tradisi kretek, jelas tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan masyarakat Nusantara mengonsumsi sirih. Tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> yang bahan utamanya ialah buah pinang, gambir, sirih dan kapur, tercipta dari kondisi alam Indonesia. Komponen lain seperti cengkeh bisa ditambahkan. <\/p>\n\n\n\n

      Dalam berbagai budaya masyarakat di Nusantara, tradisi mengonsumsi sirih merupakan praktik keseharian, namun dalam konteks tertentu sekaligus juga memiliki fungsi ritual. Di sini sirih didudukkan dalam struktur ritual simbolis yang memadukan lingkungan material dengan dunia spiritual sebagai sarana masyarakat memaknai dunia sekitarnya. Patut diduga kemungkin besar pada awalnya tradisi sirih lekat digunakan sebagai ritual persembahan bagi pemujaan animistik.<\/p>\n\n\n\n

      Pada masyarakat Dayak, misalnya, sirih sering digunakan untuk mengusir roh penyebab kematian dan penyakit. Ludah sirih yang berwarna merah (bahasa Jawa: dubang<\/em>, idu abang<\/em>) diyakini sangat mujarab menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam masyarakat ini sirih dan nasi adalah sesajen yang lazim digunakan untuk menjalin hubungan dengan para leluhur. Demikian juga masyarakat Jawa, dalam setiap ritual penting mereka kapur sirih sengaja disediakan untuk persembahan bagi arwah para leluhur. Sesajen sirih terdapat dalam berbagai praktik ritual keagamaan di Nusantara, baik itu Hindu dan Budha maupun agama-agama lokal. Selain itu, bagi masyarakat Jawa interaksi sosial juga akan lebih dipermudah melalui aktivitas menyirih bersama atau menyajikan sirih. <\/p>\n\n\n\n

      Sejalan dengan masuknya tembakau di Indonesia, anggaplah asumsinya pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, mengunyah tembakau menjadi praktik umum terkait dengan tradisi mengunyah sirih. Penambahan tembakau pada tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> membuktikan penerimaan masyarakat Nusantara terhadap tembakau. Munculnya tembakau mendorong terciptanya alternatif dalam struktur ritual dan simbolis. Ini setidaknya nampak dalam penggunaan istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa, yang secara common sense<\/em> lazim digunakan secara sinonim dan boleh jadi sama sekali tidak memiliki perbedaan semantik.<\/p>\n\n\n\n

      Gambaran hubungan yang sangat erat antara sirih dan tembakau bagi kehidupan masyarakat Jawa ditulis Jhon Joseph Stockdale pada awal abad ke-19. \u201cMereka nyaris tak berhenti menyirih dan juga tembakau produksi setempat (Jawa) yang mereka juga isap melalui pipa dari buluh.\u201d Tentang pemakaian sirih dan tembakau di kalangan perempuan, Stockdale<\/em> mengambarkan: \u201cMereka mengunyah sirih, mereka juga menguyah tembakau Jawa yang membuat ludah mereka berwarna merah; dan ketika mereka melakukannya dalam waktu lama, tanda hitam terlihat di pinggir bibir mereka, gigi mereka menjadi hitam, dan mulut mereka terlihat tak sedap dipandang. <\/p>\n\n\n\n

      Tanpa terkecuali juga terlihat dalam tradisi ritus masyarakat Jawa. Rokok berfungsi sebagai keperluan sesajen atau sesaji. Ini nampak dalam ritual Slametan<\/em> masyarakat Jawa secara umum. Andrew Beatty menjelaskan bahwa slametan<\/em> ialah sebuah ritual makan yang terdiri atas persembahan, benda-benda simbolis (sesajen<\/em>), ceramah dan doa bersama. Bentuk upacara ini adalah permohonan berkah generasi saat ini kepada para leluhurnya dengan cara membuat sesajen yang isinya antara lain bunga tujuh rupa, rokok, kopi, bubur lima warna, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang hendak dicapai ritual tersebut. Tradisi menyuguhkan sajian rokok kretek dan tembakau berikut makanan dan minuman biasa dilakukan dalam tradisi jagong bayen<\/em> atau kenduri<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

      Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

      Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

      Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

      Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

      Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

      Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

      Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

      Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

      Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

      Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

      Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

      Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
      <\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

      Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

      Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

      Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

      Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

      Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

      Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

      Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

      Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

      Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

      Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

      Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

      Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

      Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
      <\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

      Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

      Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

      Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

      Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

      Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

      Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

      Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

      Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

      Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

      Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

      Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

      Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

      Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

      Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

      Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

      Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

      Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

      Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

      Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

      Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
      <\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

      Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
      <\/p>\n\n\n\n

      Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

      Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

      Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
      <\/p>\n\n\n\n

      PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
      <\/p>\n\n\n\n

      Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
      <\/p>\n\n\n\n

      Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
      <\/p>\n\n\n\n

      Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
      <\/p>\n\n\n\n

      Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

      Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

      KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
      <\/p>\n\n\n\n

      Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
      <\/p>\n\n\n\n

      Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
      <\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

      Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

      Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

      Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

      Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

      Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

      Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

      Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

      Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

      Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

      Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

      Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

      Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

      Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

      \u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

      (dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

      Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

      Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
      <\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

      Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
      <\/p>\n\n\n\n

      Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

      Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

      Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

      Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

      Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

      Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

      Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

      \"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
      <\/p>\n\n\n\n

      Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
      <\/p>\n\n\n\n

      \u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

      Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

      Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

      Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
      <\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

      Paling Populer

      \n
      1. Sebelum ke tempat pemungutan suara (TPS), yang harus dilakukan mengingat nama yang akan dipilih beserta nomor urutnya dan partainya, alangkah lebih baik juga mengerti nomor urut partainya.<\/li>
      2. Di TPS, anda akan memegang 5 kartu suara yang beda warna, <\/li><\/ol>\n\n\n\n
        Warna Hijau<\/td>untuk memilih<\/td>DPR Kabupaten\/ Kota<\/td><\/tr>
        Warna Biru<\/td>untuk memilih<\/td>DPR Provinsi<\/td><\/tr>
        Warna Kuning<\/td>untuk memilih<\/td>DPR RI<\/td><\/tr>
        Warna merah<\/td>untuk memilih<\/td>DPD RI<\/td><\/tr>
        Warna Abu-abu<\/td>untuk memilih<\/td>Presiden dan Wakil presiden<\/td><\/tr><\/tbody><\/table>\n\n\n\n
        1. Lima kartu suara, silahkan di tata berjajar dulu di atas meja, dan diurutkan dari sebelah kiri atau sebelah kanan. Urutannya di mulai dari kartu suara yang DPR Kabupaten\/kota, sebelahnya DPR Provinsi, DPR RI, DPD dan Presiden.<\/li>
        2. Buka kartu suara DPR Kabupaten\/kota, cari partainya atau urutan nomor partai setelah ketemu partainya, cari nama orang atau nomor urut yang dituju, kemudian coblos tulisan nama tersebut atau di nomor urutnya. Selesai lipat kembali dan ditaruh agak kedepan atau kebelakang untuk membedakan kartu sudah tercoblos. <\/li>
        3. Ambil kartu suara DPRD Provinsi, caranya sama di atas, setelah selesai tumpuk kartu, di atas kartu yang pertama<\/li>
        4. Ambil kartu suara DPR RI, caranya sama dengan nomor 4 dan 5, begitu seterusnya hingga kartu terakhir yaitu pilihan presiden<\/li>
        5. Setelah dicoblos semua, kartu dimasukkan sesuai kotak masing-masing kartu suara dengan minta bantuan petugas <\/li>
        6. Saat menata dan mencoblos kartu, lakukan dengan tenang santai, tidah usah terburu-buru, dan jangan panik.<\/li>
        7. Dalam mencoblos, usahakan tidak dalam keadaan lapar, tidak dalam keadaan haus, dan sebagainya.<\/li><\/ol>\n\n\n\n

          Demikian tips sederhana untuk memilih dan mencoblos caleg, DPD dan capres, sesuai keinginan. Yang terpenting bagi kretekus dan bagi orang yang berada di sektor pertembakauan (petani dan buruh tani tembakau atau cengkeh, buruh dan karyawan industri rokok, konsumen kretek dan lainnya) mari kita pilih wakil dan pemimpin yang jelas-jelas pro pertembakauan.
          <\/p>\n","post_title":"Pedoman Memilih dan Mencoblos DPR, DPD, Capres Bagi Kretekus","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pedoman-memilih-dan-mencoblos-dpr-dpd-capres-bagi-kretekus","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-27 11:35:18","post_modified_gmt":"2019-03-27 04:35:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5576","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5571,"post_author":"877","post_date":"2019-03-25 11:38:22","post_date_gmt":"2019-03-25 04:38:22","post_content":"\n

          Sekilas kretek hanya barang konsumsi yang sepele. Namun jika kita mau mendedah sejarahnya yang panjang dan menelisik lebih jauh ke dalam bangunan budaya dan tradisi masyarakat Indonesia khususnya di berbagai daerah sentra perkebunan tembakau dan kota-kota pengrajin kretek, maka akan kita saksikan bagaimana budaya tembakau dan kretek telah terjalin membentuk sebuah budaya yang hidup. Tidak hanya itu, kretek adalah sebuah identitas budaya, dan mengakar, yang kemudian menjadi simbol pertahanan Bangsa dari penjajah. <\/p>\n\n\n\n

          Di sini jika kita mau membaca dengan kacamata yang utuh dan jernih, jelas sekali bahwa kretek dan budaya kretek telah mengambil bagian penting dalam banyak aspek kehidupan masyarakat Nusantara. Ungkapan Muhamad Sobary dalam esai \u201cBudaya dalam Selinting Rokok\u201d sangat tepat melukiskan makna entitas kretak, bahwa rokok bukanlah rokok. Bagi bangsa Indonesia, rokok adalah hasil sekaligus ekspresi corak budaya. <\/p>\n\n\n\n

          Dalam pembacaan antropologi-simbolik khususnya teori paska kolonial, tembakau dan kretek justru dapat dipandang sebagai simbol penting dalam sejarah perlawanan bangsa terhadap struktur kekuasaan kolonial. Tembakau dan kretek adalah barang konsumsi dan sekaligus simbol budaya. Simbolis di sini dalam perspektif arti dan konteks proses ekonomi dan politik yang mengubah wajah masyarakat Indonesia. Langsung atau tidak langsung, kretek sebagai simbol budaya telah memberi sumbangsih pada proses pembentukan indentitas kultural bangsa dan nasionalisme Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

          Sebagaimana telah disinggung di beberapa tulisan, sejarah tradisi tembakau yang nantinya kemudian melahirkan tradisi kretek, jelas tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan masyarakat Nusantara mengonsumsi sirih. Tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> yang bahan utamanya ialah buah pinang, gambir, sirih dan kapur, tercipta dari kondisi alam Indonesia. Komponen lain seperti cengkeh bisa ditambahkan. <\/p>\n\n\n\n

          Dalam berbagai budaya masyarakat di Nusantara, tradisi mengonsumsi sirih merupakan praktik keseharian, namun dalam konteks tertentu sekaligus juga memiliki fungsi ritual. Di sini sirih didudukkan dalam struktur ritual simbolis yang memadukan lingkungan material dengan dunia spiritual sebagai sarana masyarakat memaknai dunia sekitarnya. Patut diduga kemungkin besar pada awalnya tradisi sirih lekat digunakan sebagai ritual persembahan bagi pemujaan animistik.<\/p>\n\n\n\n

          Pada masyarakat Dayak, misalnya, sirih sering digunakan untuk mengusir roh penyebab kematian dan penyakit. Ludah sirih yang berwarna merah (bahasa Jawa: dubang<\/em>, idu abang<\/em>) diyakini sangat mujarab menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam masyarakat ini sirih dan nasi adalah sesajen yang lazim digunakan untuk menjalin hubungan dengan para leluhur. Demikian juga masyarakat Jawa, dalam setiap ritual penting mereka kapur sirih sengaja disediakan untuk persembahan bagi arwah para leluhur. Sesajen sirih terdapat dalam berbagai praktik ritual keagamaan di Nusantara, baik itu Hindu dan Budha maupun agama-agama lokal. Selain itu, bagi masyarakat Jawa interaksi sosial juga akan lebih dipermudah melalui aktivitas menyirih bersama atau menyajikan sirih. <\/p>\n\n\n\n

          Sejalan dengan masuknya tembakau di Indonesia, anggaplah asumsinya pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, mengunyah tembakau menjadi praktik umum terkait dengan tradisi mengunyah sirih. Penambahan tembakau pada tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> membuktikan penerimaan masyarakat Nusantara terhadap tembakau. Munculnya tembakau mendorong terciptanya alternatif dalam struktur ritual dan simbolis. Ini setidaknya nampak dalam penggunaan istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa, yang secara common sense<\/em> lazim digunakan secara sinonim dan boleh jadi sama sekali tidak memiliki perbedaan semantik.<\/p>\n\n\n\n

          Gambaran hubungan yang sangat erat antara sirih dan tembakau bagi kehidupan masyarakat Jawa ditulis Jhon Joseph Stockdale pada awal abad ke-19. \u201cMereka nyaris tak berhenti menyirih dan juga tembakau produksi setempat (Jawa) yang mereka juga isap melalui pipa dari buluh.\u201d Tentang pemakaian sirih dan tembakau di kalangan perempuan, Stockdale<\/em> mengambarkan: \u201cMereka mengunyah sirih, mereka juga menguyah tembakau Jawa yang membuat ludah mereka berwarna merah; dan ketika mereka melakukannya dalam waktu lama, tanda hitam terlihat di pinggir bibir mereka, gigi mereka menjadi hitam, dan mulut mereka terlihat tak sedap dipandang. <\/p>\n\n\n\n

          Tanpa terkecuali juga terlihat dalam tradisi ritus masyarakat Jawa. Rokok berfungsi sebagai keperluan sesajen atau sesaji. Ini nampak dalam ritual Slametan<\/em> masyarakat Jawa secara umum. Andrew Beatty menjelaskan bahwa slametan<\/em> ialah sebuah ritual makan yang terdiri atas persembahan, benda-benda simbolis (sesajen<\/em>), ceramah dan doa bersama. Bentuk upacara ini adalah permohonan berkah generasi saat ini kepada para leluhurnya dengan cara membuat sesajen yang isinya antara lain bunga tujuh rupa, rokok, kopi, bubur lima warna, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang hendak dicapai ritual tersebut. Tradisi menyuguhkan sajian rokok kretek dan tembakau berikut makanan dan minuman biasa dilakukan dalam tradisi jagong bayen<\/em> atau kenduri<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

          Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

          Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

          Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

          Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

          Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

          Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

          Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

          Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

          Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

          Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

          Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

          Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
          <\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

          Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

          Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

          Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

          Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

          Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

          Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

          Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

          Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

          Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

          Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

          Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

          Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

          Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
          <\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

          Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

          Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

          Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

          Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

          Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

          Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

          Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

          Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

          Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

          Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

          Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

          Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

          Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

          Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

          Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

          Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

          Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

          Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

          Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

          Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
          <\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

          Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
          <\/p>\n\n\n\n

          Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

          Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

          Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
          <\/p>\n\n\n\n

          PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
          <\/p>\n\n\n\n

          Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
          <\/p>\n\n\n\n

          Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
          <\/p>\n\n\n\n

          Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
          <\/p>\n\n\n\n

          Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

          Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

          KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
          <\/p>\n\n\n\n

          Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
          <\/p>\n\n\n\n

          Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
          <\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

          Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

          Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

          Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

          Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

          Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

          Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

          Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

          Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

          Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

          Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

          Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

          Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

          Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

          \u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

          (dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

          Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

          Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
          <\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

          Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
          <\/p>\n\n\n\n

          Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

          Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

          Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

          Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

          Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

          Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

          Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

          \"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
          <\/p>\n\n\n\n

          Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
          <\/p>\n\n\n\n

          \u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

          Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

          Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

          Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
          <\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

          Paling Populer

          \n

          Sembilan tips mencoblos pilihan di kertas suara:<\/p>\n\n\n\n

          1. Sebelum ke tempat pemungutan suara (TPS), yang harus dilakukan mengingat nama yang akan dipilih beserta nomor urutnya dan partainya, alangkah lebih baik juga mengerti nomor urut partainya.<\/li>
          2. Di TPS, anda akan memegang 5 kartu suara yang beda warna, <\/li><\/ol>\n\n\n\n
            Warna Hijau<\/td>untuk memilih<\/td>DPR Kabupaten\/ Kota<\/td><\/tr>
            Warna Biru<\/td>untuk memilih<\/td>DPR Provinsi<\/td><\/tr>
            Warna Kuning<\/td>untuk memilih<\/td>DPR RI<\/td><\/tr>
            Warna merah<\/td>untuk memilih<\/td>DPD RI<\/td><\/tr>
            Warna Abu-abu<\/td>untuk memilih<\/td>Presiden dan Wakil presiden<\/td><\/tr><\/tbody><\/table>\n\n\n\n
            1. Lima kartu suara, silahkan di tata berjajar dulu di atas meja, dan diurutkan dari sebelah kiri atau sebelah kanan. Urutannya di mulai dari kartu suara yang DPR Kabupaten\/kota, sebelahnya DPR Provinsi, DPR RI, DPD dan Presiden.<\/li>
            2. Buka kartu suara DPR Kabupaten\/kota, cari partainya atau urutan nomor partai setelah ketemu partainya, cari nama orang atau nomor urut yang dituju, kemudian coblos tulisan nama tersebut atau di nomor urutnya. Selesai lipat kembali dan ditaruh agak kedepan atau kebelakang untuk membedakan kartu sudah tercoblos. <\/li>
            3. Ambil kartu suara DPRD Provinsi, caranya sama di atas, setelah selesai tumpuk kartu, di atas kartu yang pertama<\/li>
            4. Ambil kartu suara DPR RI, caranya sama dengan nomor 4 dan 5, begitu seterusnya hingga kartu terakhir yaitu pilihan presiden<\/li>
            5. Setelah dicoblos semua, kartu dimasukkan sesuai kotak masing-masing kartu suara dengan minta bantuan petugas <\/li>
            6. Saat menata dan mencoblos kartu, lakukan dengan tenang santai, tidah usah terburu-buru, dan jangan panik.<\/li>
            7. Dalam mencoblos, usahakan tidak dalam keadaan lapar, tidak dalam keadaan haus, dan sebagainya.<\/li><\/ol>\n\n\n\n

              Demikian tips sederhana untuk memilih dan mencoblos caleg, DPD dan capres, sesuai keinginan. Yang terpenting bagi kretekus dan bagi orang yang berada di sektor pertembakauan (petani dan buruh tani tembakau atau cengkeh, buruh dan karyawan industri rokok, konsumen kretek dan lainnya) mari kita pilih wakil dan pemimpin yang jelas-jelas pro pertembakauan.
              <\/p>\n","post_title":"Pedoman Memilih dan Mencoblos DPR, DPD, Capres Bagi Kretekus","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pedoman-memilih-dan-mencoblos-dpr-dpd-capres-bagi-kretekus","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-27 11:35:18","post_modified_gmt":"2019-03-27 04:35:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5576","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5571,"post_author":"877","post_date":"2019-03-25 11:38:22","post_date_gmt":"2019-03-25 04:38:22","post_content":"\n

              Sekilas kretek hanya barang konsumsi yang sepele. Namun jika kita mau mendedah sejarahnya yang panjang dan menelisik lebih jauh ke dalam bangunan budaya dan tradisi masyarakat Indonesia khususnya di berbagai daerah sentra perkebunan tembakau dan kota-kota pengrajin kretek, maka akan kita saksikan bagaimana budaya tembakau dan kretek telah terjalin membentuk sebuah budaya yang hidup. Tidak hanya itu, kretek adalah sebuah identitas budaya, dan mengakar, yang kemudian menjadi simbol pertahanan Bangsa dari penjajah. <\/p>\n\n\n\n

              Di sini jika kita mau membaca dengan kacamata yang utuh dan jernih, jelas sekali bahwa kretek dan budaya kretek telah mengambil bagian penting dalam banyak aspek kehidupan masyarakat Nusantara. Ungkapan Muhamad Sobary dalam esai \u201cBudaya dalam Selinting Rokok\u201d sangat tepat melukiskan makna entitas kretak, bahwa rokok bukanlah rokok. Bagi bangsa Indonesia, rokok adalah hasil sekaligus ekspresi corak budaya. <\/p>\n\n\n\n

              Dalam pembacaan antropologi-simbolik khususnya teori paska kolonial, tembakau dan kretek justru dapat dipandang sebagai simbol penting dalam sejarah perlawanan bangsa terhadap struktur kekuasaan kolonial. Tembakau dan kretek adalah barang konsumsi dan sekaligus simbol budaya. Simbolis di sini dalam perspektif arti dan konteks proses ekonomi dan politik yang mengubah wajah masyarakat Indonesia. Langsung atau tidak langsung, kretek sebagai simbol budaya telah memberi sumbangsih pada proses pembentukan indentitas kultural bangsa dan nasionalisme Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

              Sebagaimana telah disinggung di beberapa tulisan, sejarah tradisi tembakau yang nantinya kemudian melahirkan tradisi kretek, jelas tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan masyarakat Nusantara mengonsumsi sirih. Tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> yang bahan utamanya ialah buah pinang, gambir, sirih dan kapur, tercipta dari kondisi alam Indonesia. Komponen lain seperti cengkeh bisa ditambahkan. <\/p>\n\n\n\n

              Dalam berbagai budaya masyarakat di Nusantara, tradisi mengonsumsi sirih merupakan praktik keseharian, namun dalam konteks tertentu sekaligus juga memiliki fungsi ritual. Di sini sirih didudukkan dalam struktur ritual simbolis yang memadukan lingkungan material dengan dunia spiritual sebagai sarana masyarakat memaknai dunia sekitarnya. Patut diduga kemungkin besar pada awalnya tradisi sirih lekat digunakan sebagai ritual persembahan bagi pemujaan animistik.<\/p>\n\n\n\n

              Pada masyarakat Dayak, misalnya, sirih sering digunakan untuk mengusir roh penyebab kematian dan penyakit. Ludah sirih yang berwarna merah (bahasa Jawa: dubang<\/em>, idu abang<\/em>) diyakini sangat mujarab menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam masyarakat ini sirih dan nasi adalah sesajen yang lazim digunakan untuk menjalin hubungan dengan para leluhur. Demikian juga masyarakat Jawa, dalam setiap ritual penting mereka kapur sirih sengaja disediakan untuk persembahan bagi arwah para leluhur. Sesajen sirih terdapat dalam berbagai praktik ritual keagamaan di Nusantara, baik itu Hindu dan Budha maupun agama-agama lokal. Selain itu, bagi masyarakat Jawa interaksi sosial juga akan lebih dipermudah melalui aktivitas menyirih bersama atau menyajikan sirih. <\/p>\n\n\n\n

              Sejalan dengan masuknya tembakau di Indonesia, anggaplah asumsinya pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, mengunyah tembakau menjadi praktik umum terkait dengan tradisi mengunyah sirih. Penambahan tembakau pada tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> membuktikan penerimaan masyarakat Nusantara terhadap tembakau. Munculnya tembakau mendorong terciptanya alternatif dalam struktur ritual dan simbolis. Ini setidaknya nampak dalam penggunaan istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa, yang secara common sense<\/em> lazim digunakan secara sinonim dan boleh jadi sama sekali tidak memiliki perbedaan semantik.<\/p>\n\n\n\n

              Gambaran hubungan yang sangat erat antara sirih dan tembakau bagi kehidupan masyarakat Jawa ditulis Jhon Joseph Stockdale pada awal abad ke-19. \u201cMereka nyaris tak berhenti menyirih dan juga tembakau produksi setempat (Jawa) yang mereka juga isap melalui pipa dari buluh.\u201d Tentang pemakaian sirih dan tembakau di kalangan perempuan, Stockdale<\/em> mengambarkan: \u201cMereka mengunyah sirih, mereka juga menguyah tembakau Jawa yang membuat ludah mereka berwarna merah; dan ketika mereka melakukannya dalam waktu lama, tanda hitam terlihat di pinggir bibir mereka, gigi mereka menjadi hitam, dan mulut mereka terlihat tak sedap dipandang. <\/p>\n\n\n\n

              Tanpa terkecuali juga terlihat dalam tradisi ritus masyarakat Jawa. Rokok berfungsi sebagai keperluan sesajen atau sesaji. Ini nampak dalam ritual Slametan<\/em> masyarakat Jawa secara umum. Andrew Beatty menjelaskan bahwa slametan<\/em> ialah sebuah ritual makan yang terdiri atas persembahan, benda-benda simbolis (sesajen<\/em>), ceramah dan doa bersama. Bentuk upacara ini adalah permohonan berkah generasi saat ini kepada para leluhurnya dengan cara membuat sesajen yang isinya antara lain bunga tujuh rupa, rokok, kopi, bubur lima warna, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang hendak dicapai ritual tersebut. Tradisi menyuguhkan sajian rokok kretek dan tembakau berikut makanan dan minuman biasa dilakukan dalam tradisi jagong bayen<\/em> atau kenduri<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

              Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

              Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

              Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

              Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

              Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

              Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

              Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

              Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

              Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

              Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

              Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

              Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
              <\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

              Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

              Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

              Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

              Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

              Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

              Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

              Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

              Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

              Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

              Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

              Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

              Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

              Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
              <\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

              Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

              Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

              Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

              Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

              Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

              Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

              Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

              Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

              Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

              Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

              Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

              Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

              Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

              Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

              Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

              Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

              Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

              Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

              Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

              Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
              <\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

              Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
              <\/p>\n\n\n\n

              Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

              Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

              Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
              <\/p>\n\n\n\n

              PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
              <\/p>\n\n\n\n

              Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
              <\/p>\n\n\n\n

              Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
              <\/p>\n\n\n\n

              Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
              <\/p>\n\n\n\n

              Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

              Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

              KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
              <\/p>\n\n\n\n

              Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
              <\/p>\n\n\n\n

              Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
              <\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

              Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

              Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

              Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

              Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

              Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

              Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

              Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

              Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

              Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

              Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

              Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

              Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

              Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

              \u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

              (dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

              Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

              Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
              <\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

              Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
              <\/p>\n\n\n\n

              Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

              Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

              Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

              Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

              Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

              Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

              Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

              \"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
              <\/p>\n\n\n\n

              Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
              <\/p>\n\n\n\n

              \u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

              Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

              Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

              Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
              <\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

              Paling Populer

              \n

              Baca: Panduan untuk Kretekus Memilih Capres di Pilpres 2019<\/a><\/h3>\n\n\n\n

              Sembilan tips mencoblos pilihan di kertas suara:<\/p>\n\n\n\n

              1. Sebelum ke tempat pemungutan suara (TPS), yang harus dilakukan mengingat nama yang akan dipilih beserta nomor urutnya dan partainya, alangkah lebih baik juga mengerti nomor urut partainya.<\/li>
              2. Di TPS, anda akan memegang 5 kartu suara yang beda warna, <\/li><\/ol>\n\n\n\n
                Warna Hijau<\/td>untuk memilih<\/td>DPR Kabupaten\/ Kota<\/td><\/tr>
                Warna Biru<\/td>untuk memilih<\/td>DPR Provinsi<\/td><\/tr>
                Warna Kuning<\/td>untuk memilih<\/td>DPR RI<\/td><\/tr>
                Warna merah<\/td>untuk memilih<\/td>DPD RI<\/td><\/tr>
                Warna Abu-abu<\/td>untuk memilih<\/td>Presiden dan Wakil presiden<\/td><\/tr><\/tbody><\/table>\n\n\n\n
                1. Lima kartu suara, silahkan di tata berjajar dulu di atas meja, dan diurutkan dari sebelah kiri atau sebelah kanan. Urutannya di mulai dari kartu suara yang DPR Kabupaten\/kota, sebelahnya DPR Provinsi, DPR RI, DPD dan Presiden.<\/li>
                2. Buka kartu suara DPR Kabupaten\/kota, cari partainya atau urutan nomor partai setelah ketemu partainya, cari nama orang atau nomor urut yang dituju, kemudian coblos tulisan nama tersebut atau di nomor urutnya. Selesai lipat kembali dan ditaruh agak kedepan atau kebelakang untuk membedakan kartu sudah tercoblos. <\/li>
                3. Ambil kartu suara DPRD Provinsi, caranya sama di atas, setelah selesai tumpuk kartu, di atas kartu yang pertama<\/li>
                4. Ambil kartu suara DPR RI, caranya sama dengan nomor 4 dan 5, begitu seterusnya hingga kartu terakhir yaitu pilihan presiden<\/li>
                5. Setelah dicoblos semua, kartu dimasukkan sesuai kotak masing-masing kartu suara dengan minta bantuan petugas <\/li>
                6. Saat menata dan mencoblos kartu, lakukan dengan tenang santai, tidah usah terburu-buru, dan jangan panik.<\/li>
                7. Dalam mencoblos, usahakan tidak dalam keadaan lapar, tidak dalam keadaan haus, dan sebagainya.<\/li><\/ol>\n\n\n\n

                  Demikian tips sederhana untuk memilih dan mencoblos caleg, DPD dan capres, sesuai keinginan. Yang terpenting bagi kretekus dan bagi orang yang berada di sektor pertembakauan (petani dan buruh tani tembakau atau cengkeh, buruh dan karyawan industri rokok, konsumen kretek dan lainnya) mari kita pilih wakil dan pemimpin yang jelas-jelas pro pertembakauan.
                  <\/p>\n","post_title":"Pedoman Memilih dan Mencoblos DPR, DPD, Capres Bagi Kretekus","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pedoman-memilih-dan-mencoblos-dpr-dpd-capres-bagi-kretekus","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-27 11:35:18","post_modified_gmt":"2019-03-27 04:35:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5576","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5571,"post_author":"877","post_date":"2019-03-25 11:38:22","post_date_gmt":"2019-03-25 04:38:22","post_content":"\n

                  Sekilas kretek hanya barang konsumsi yang sepele. Namun jika kita mau mendedah sejarahnya yang panjang dan menelisik lebih jauh ke dalam bangunan budaya dan tradisi masyarakat Indonesia khususnya di berbagai daerah sentra perkebunan tembakau dan kota-kota pengrajin kretek, maka akan kita saksikan bagaimana budaya tembakau dan kretek telah terjalin membentuk sebuah budaya yang hidup. Tidak hanya itu, kretek adalah sebuah identitas budaya, dan mengakar, yang kemudian menjadi simbol pertahanan Bangsa dari penjajah. <\/p>\n\n\n\n

                  Di sini jika kita mau membaca dengan kacamata yang utuh dan jernih, jelas sekali bahwa kretek dan budaya kretek telah mengambil bagian penting dalam banyak aspek kehidupan masyarakat Nusantara. Ungkapan Muhamad Sobary dalam esai \u201cBudaya dalam Selinting Rokok\u201d sangat tepat melukiskan makna entitas kretak, bahwa rokok bukanlah rokok. Bagi bangsa Indonesia, rokok adalah hasil sekaligus ekspresi corak budaya. <\/p>\n\n\n\n

                  Dalam pembacaan antropologi-simbolik khususnya teori paska kolonial, tembakau dan kretek justru dapat dipandang sebagai simbol penting dalam sejarah perlawanan bangsa terhadap struktur kekuasaan kolonial. Tembakau dan kretek adalah barang konsumsi dan sekaligus simbol budaya. Simbolis di sini dalam perspektif arti dan konteks proses ekonomi dan politik yang mengubah wajah masyarakat Indonesia. Langsung atau tidak langsung, kretek sebagai simbol budaya telah memberi sumbangsih pada proses pembentukan indentitas kultural bangsa dan nasionalisme Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

                  Sebagaimana telah disinggung di beberapa tulisan, sejarah tradisi tembakau yang nantinya kemudian melahirkan tradisi kretek, jelas tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan masyarakat Nusantara mengonsumsi sirih. Tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> yang bahan utamanya ialah buah pinang, gambir, sirih dan kapur, tercipta dari kondisi alam Indonesia. Komponen lain seperti cengkeh bisa ditambahkan. <\/p>\n\n\n\n

                  Dalam berbagai budaya masyarakat di Nusantara, tradisi mengonsumsi sirih merupakan praktik keseharian, namun dalam konteks tertentu sekaligus juga memiliki fungsi ritual. Di sini sirih didudukkan dalam struktur ritual simbolis yang memadukan lingkungan material dengan dunia spiritual sebagai sarana masyarakat memaknai dunia sekitarnya. Patut diduga kemungkin besar pada awalnya tradisi sirih lekat digunakan sebagai ritual persembahan bagi pemujaan animistik.<\/p>\n\n\n\n

                  Pada masyarakat Dayak, misalnya, sirih sering digunakan untuk mengusir roh penyebab kematian dan penyakit. Ludah sirih yang berwarna merah (bahasa Jawa: dubang<\/em>, idu abang<\/em>) diyakini sangat mujarab menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam masyarakat ini sirih dan nasi adalah sesajen yang lazim digunakan untuk menjalin hubungan dengan para leluhur. Demikian juga masyarakat Jawa, dalam setiap ritual penting mereka kapur sirih sengaja disediakan untuk persembahan bagi arwah para leluhur. Sesajen sirih terdapat dalam berbagai praktik ritual keagamaan di Nusantara, baik itu Hindu dan Budha maupun agama-agama lokal. Selain itu, bagi masyarakat Jawa interaksi sosial juga akan lebih dipermudah melalui aktivitas menyirih bersama atau menyajikan sirih. <\/p>\n\n\n\n

                  Sejalan dengan masuknya tembakau di Indonesia, anggaplah asumsinya pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, mengunyah tembakau menjadi praktik umum terkait dengan tradisi mengunyah sirih. Penambahan tembakau pada tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> membuktikan penerimaan masyarakat Nusantara terhadap tembakau. Munculnya tembakau mendorong terciptanya alternatif dalam struktur ritual dan simbolis. Ini setidaknya nampak dalam penggunaan istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa, yang secara common sense<\/em> lazim digunakan secara sinonim dan boleh jadi sama sekali tidak memiliki perbedaan semantik.<\/p>\n\n\n\n

                  Gambaran hubungan yang sangat erat antara sirih dan tembakau bagi kehidupan masyarakat Jawa ditulis Jhon Joseph Stockdale pada awal abad ke-19. \u201cMereka nyaris tak berhenti menyirih dan juga tembakau produksi setempat (Jawa) yang mereka juga isap melalui pipa dari buluh.\u201d Tentang pemakaian sirih dan tembakau di kalangan perempuan, Stockdale<\/em> mengambarkan: \u201cMereka mengunyah sirih, mereka juga menguyah tembakau Jawa yang membuat ludah mereka berwarna merah; dan ketika mereka melakukannya dalam waktu lama, tanda hitam terlihat di pinggir bibir mereka, gigi mereka menjadi hitam, dan mulut mereka terlihat tak sedap dipandang. <\/p>\n\n\n\n

                  Tanpa terkecuali juga terlihat dalam tradisi ritus masyarakat Jawa. Rokok berfungsi sebagai keperluan sesajen atau sesaji. Ini nampak dalam ritual Slametan<\/em> masyarakat Jawa secara umum. Andrew Beatty menjelaskan bahwa slametan<\/em> ialah sebuah ritual makan yang terdiri atas persembahan, benda-benda simbolis (sesajen<\/em>), ceramah dan doa bersama. Bentuk upacara ini adalah permohonan berkah generasi saat ini kepada para leluhurnya dengan cara membuat sesajen yang isinya antara lain bunga tujuh rupa, rokok, kopi, bubur lima warna, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang hendak dicapai ritual tersebut. Tradisi menyuguhkan sajian rokok kretek dan tembakau berikut makanan dan minuman biasa dilakukan dalam tradisi jagong bayen<\/em> atau kenduri<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

                  Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

                  Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

                  Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

                  Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

                  Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

                  Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

                  Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

                  Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

                  Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

                  Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

                  Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

                  Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
                  <\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

                  Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

                  Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

                  Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

                  Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

                  Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

                  Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

                  Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

                  Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

                  Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

                  Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

                  Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

                  Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

                  Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
                  <\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

                  Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

                  Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

                  Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                  Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

                  Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

                  Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

                  Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

                  Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                  Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

                  Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

                  Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

                  Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                  Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

                  Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

                  Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

                  Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                  Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

                  Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

                  Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

                  Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
                  <\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

                  Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
                  <\/p>\n\n\n\n

                  Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

                  Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                  Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
                  <\/p>\n\n\n\n

                  PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
                  <\/p>\n\n\n\n

                  Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
                  <\/p>\n\n\n\n

                  Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
                  <\/p>\n\n\n\n

                  Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
                  <\/p>\n\n\n\n

                  Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

                  Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                  KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
                  <\/p>\n\n\n\n

                  Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
                  <\/p>\n\n\n\n

                  Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
                  <\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

                  Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

                  Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

                  Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                  Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

                  Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

                  Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

                  Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                  Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

                  Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

                  Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

                  Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

                  Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

                  Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                  \u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

                  (dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

                  Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

                  Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
                  <\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

                  Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
                  <\/p>\n\n\n\n

                  Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

                  Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                  Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

                  Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

                  Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

                  Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

                  Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

                  \"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
                  <\/p>\n\n\n\n

                  Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
                  <\/p>\n\n\n\n

                  \u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

                  Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

                  Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

                  Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
                  <\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

                  Paling Populer

                  \n

                  Setelah, menentukan kriteria seoarang yang akan dipilih, tahap selanjut menentukan pilihan dengan mencoblos pada kertas dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hal tidak lah mudah, sebab nantinya kertas dari KPU yang disebut surat suara ada lima jenis, diberikan dan dicoblos sekaligus. Belum lagi partai peserta pemilu ada 16 dan tiap partai banyak daftar nama caleg. Prakteknya, \u00a0dipastikan membingungkan. Tapi jangan kuatir, disini kita akan bagi beberapa tips untuk mencoblos caleg DPR, DPD dan capres. <\/p>\n\n\n\n

                  Baca: Panduan untuk Kretekus Memilih Capres di Pilpres 2019<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                  Sembilan tips mencoblos pilihan di kertas suara:<\/p>\n\n\n\n

                  1. Sebelum ke tempat pemungutan suara (TPS), yang harus dilakukan mengingat nama yang akan dipilih beserta nomor urutnya dan partainya, alangkah lebih baik juga mengerti nomor urut partainya.<\/li>
                  2. Di TPS, anda akan memegang 5 kartu suara yang beda warna, <\/li><\/ol>\n\n\n\n
                    Warna Hijau<\/td>untuk memilih<\/td>DPR Kabupaten\/ Kota<\/td><\/tr>
                    Warna Biru<\/td>untuk memilih<\/td>DPR Provinsi<\/td><\/tr>
                    Warna Kuning<\/td>untuk memilih<\/td>DPR RI<\/td><\/tr>
                    Warna merah<\/td>untuk memilih<\/td>DPD RI<\/td><\/tr>
                    Warna Abu-abu<\/td>untuk memilih<\/td>Presiden dan Wakil presiden<\/td><\/tr><\/tbody><\/table>\n\n\n\n
                    1. Lima kartu suara, silahkan di tata berjajar dulu di atas meja, dan diurutkan dari sebelah kiri atau sebelah kanan. Urutannya di mulai dari kartu suara yang DPR Kabupaten\/kota, sebelahnya DPR Provinsi, DPR RI, DPD dan Presiden.<\/li>
                    2. Buka kartu suara DPR Kabupaten\/kota, cari partainya atau urutan nomor partai setelah ketemu partainya, cari nama orang atau nomor urut yang dituju, kemudian coblos tulisan nama tersebut atau di nomor urutnya. Selesai lipat kembali dan ditaruh agak kedepan atau kebelakang untuk membedakan kartu sudah tercoblos. <\/li>
                    3. Ambil kartu suara DPRD Provinsi, caranya sama di atas, setelah selesai tumpuk kartu, di atas kartu yang pertama<\/li>
                    4. Ambil kartu suara DPR RI, caranya sama dengan nomor 4 dan 5, begitu seterusnya hingga kartu terakhir yaitu pilihan presiden<\/li>
                    5. Setelah dicoblos semua, kartu dimasukkan sesuai kotak masing-masing kartu suara dengan minta bantuan petugas <\/li>
                    6. Saat menata dan mencoblos kartu, lakukan dengan tenang santai, tidah usah terburu-buru, dan jangan panik.<\/li>
                    7. Dalam mencoblos, usahakan tidak dalam keadaan lapar, tidak dalam keadaan haus, dan sebagainya.<\/li><\/ol>\n\n\n\n

                      Demikian tips sederhana untuk memilih dan mencoblos caleg, DPD dan capres, sesuai keinginan. Yang terpenting bagi kretekus dan bagi orang yang berada di sektor pertembakauan (petani dan buruh tani tembakau atau cengkeh, buruh dan karyawan industri rokok, konsumen kretek dan lainnya) mari kita pilih wakil dan pemimpin yang jelas-jelas pro pertembakauan.
                      <\/p>\n","post_title":"Pedoman Memilih dan Mencoblos DPR, DPD, Capres Bagi Kretekus","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pedoman-memilih-dan-mencoblos-dpr-dpd-capres-bagi-kretekus","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-27 11:35:18","post_modified_gmt":"2019-03-27 04:35:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5576","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5571,"post_author":"877","post_date":"2019-03-25 11:38:22","post_date_gmt":"2019-03-25 04:38:22","post_content":"\n

                      Sekilas kretek hanya barang konsumsi yang sepele. Namun jika kita mau mendedah sejarahnya yang panjang dan menelisik lebih jauh ke dalam bangunan budaya dan tradisi masyarakat Indonesia khususnya di berbagai daerah sentra perkebunan tembakau dan kota-kota pengrajin kretek, maka akan kita saksikan bagaimana budaya tembakau dan kretek telah terjalin membentuk sebuah budaya yang hidup. Tidak hanya itu, kretek adalah sebuah identitas budaya, dan mengakar, yang kemudian menjadi simbol pertahanan Bangsa dari penjajah. <\/p>\n\n\n\n

                      Di sini jika kita mau membaca dengan kacamata yang utuh dan jernih, jelas sekali bahwa kretek dan budaya kretek telah mengambil bagian penting dalam banyak aspek kehidupan masyarakat Nusantara. Ungkapan Muhamad Sobary dalam esai \u201cBudaya dalam Selinting Rokok\u201d sangat tepat melukiskan makna entitas kretak, bahwa rokok bukanlah rokok. Bagi bangsa Indonesia, rokok adalah hasil sekaligus ekspresi corak budaya. <\/p>\n\n\n\n

                      Dalam pembacaan antropologi-simbolik khususnya teori paska kolonial, tembakau dan kretek justru dapat dipandang sebagai simbol penting dalam sejarah perlawanan bangsa terhadap struktur kekuasaan kolonial. Tembakau dan kretek adalah barang konsumsi dan sekaligus simbol budaya. Simbolis di sini dalam perspektif arti dan konteks proses ekonomi dan politik yang mengubah wajah masyarakat Indonesia. Langsung atau tidak langsung, kretek sebagai simbol budaya telah memberi sumbangsih pada proses pembentukan indentitas kultural bangsa dan nasionalisme Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

                      Sebagaimana telah disinggung di beberapa tulisan, sejarah tradisi tembakau yang nantinya kemudian melahirkan tradisi kretek, jelas tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan masyarakat Nusantara mengonsumsi sirih. Tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> yang bahan utamanya ialah buah pinang, gambir, sirih dan kapur, tercipta dari kondisi alam Indonesia. Komponen lain seperti cengkeh bisa ditambahkan. <\/p>\n\n\n\n

                      Dalam berbagai budaya masyarakat di Nusantara, tradisi mengonsumsi sirih merupakan praktik keseharian, namun dalam konteks tertentu sekaligus juga memiliki fungsi ritual. Di sini sirih didudukkan dalam struktur ritual simbolis yang memadukan lingkungan material dengan dunia spiritual sebagai sarana masyarakat memaknai dunia sekitarnya. Patut diduga kemungkin besar pada awalnya tradisi sirih lekat digunakan sebagai ritual persembahan bagi pemujaan animistik.<\/p>\n\n\n\n

                      Pada masyarakat Dayak, misalnya, sirih sering digunakan untuk mengusir roh penyebab kematian dan penyakit. Ludah sirih yang berwarna merah (bahasa Jawa: dubang<\/em>, idu abang<\/em>) diyakini sangat mujarab menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam masyarakat ini sirih dan nasi adalah sesajen yang lazim digunakan untuk menjalin hubungan dengan para leluhur. Demikian juga masyarakat Jawa, dalam setiap ritual penting mereka kapur sirih sengaja disediakan untuk persembahan bagi arwah para leluhur. Sesajen sirih terdapat dalam berbagai praktik ritual keagamaan di Nusantara, baik itu Hindu dan Budha maupun agama-agama lokal. Selain itu, bagi masyarakat Jawa interaksi sosial juga akan lebih dipermudah melalui aktivitas menyirih bersama atau menyajikan sirih. <\/p>\n\n\n\n

                      Sejalan dengan masuknya tembakau di Indonesia, anggaplah asumsinya pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, mengunyah tembakau menjadi praktik umum terkait dengan tradisi mengunyah sirih. Penambahan tembakau pada tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> membuktikan penerimaan masyarakat Nusantara terhadap tembakau. Munculnya tembakau mendorong terciptanya alternatif dalam struktur ritual dan simbolis. Ini setidaknya nampak dalam penggunaan istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa, yang secara common sense<\/em> lazim digunakan secara sinonim dan boleh jadi sama sekali tidak memiliki perbedaan semantik.<\/p>\n\n\n\n

                      Gambaran hubungan yang sangat erat antara sirih dan tembakau bagi kehidupan masyarakat Jawa ditulis Jhon Joseph Stockdale pada awal abad ke-19. \u201cMereka nyaris tak berhenti menyirih dan juga tembakau produksi setempat (Jawa) yang mereka juga isap melalui pipa dari buluh.\u201d Tentang pemakaian sirih dan tembakau di kalangan perempuan, Stockdale<\/em> mengambarkan: \u201cMereka mengunyah sirih, mereka juga menguyah tembakau Jawa yang membuat ludah mereka berwarna merah; dan ketika mereka melakukannya dalam waktu lama, tanda hitam terlihat di pinggir bibir mereka, gigi mereka menjadi hitam, dan mulut mereka terlihat tak sedap dipandang. <\/p>\n\n\n\n

                      Tanpa terkecuali juga terlihat dalam tradisi ritus masyarakat Jawa. Rokok berfungsi sebagai keperluan sesajen atau sesaji. Ini nampak dalam ritual Slametan<\/em> masyarakat Jawa secara umum. Andrew Beatty menjelaskan bahwa slametan<\/em> ialah sebuah ritual makan yang terdiri atas persembahan, benda-benda simbolis (sesajen<\/em>), ceramah dan doa bersama. Bentuk upacara ini adalah permohonan berkah generasi saat ini kepada para leluhurnya dengan cara membuat sesajen yang isinya antara lain bunga tujuh rupa, rokok, kopi, bubur lima warna, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang hendak dicapai ritual tersebut. Tradisi menyuguhkan sajian rokok kretek dan tembakau berikut makanan dan minuman biasa dilakukan dalam tradisi jagong bayen<\/em> atau kenduri<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

                      Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

                      Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

                      Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

                      Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

                      Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

                      Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

                      Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

                      Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

                      Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

                      Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

                      Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

                      Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
                      <\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

                      Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

                      Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

                      Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

                      Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

                      Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

                      Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

                      Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

                      Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

                      Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

                      Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

                      Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

                      Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

                      Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
                      <\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

                      Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

                      Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

                      Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                      Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

                      Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

                      Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

                      Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

                      Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                      Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

                      Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

                      Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

                      Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                      Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

                      Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

                      Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

                      Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                      Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

                      Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

                      Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

                      Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
                      <\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

                      Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
                      <\/p>\n\n\n\n

                      Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

                      Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                      Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
                      <\/p>\n\n\n\n

                      PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
                      <\/p>\n\n\n\n

                      Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
                      <\/p>\n\n\n\n

                      Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
                      <\/p>\n\n\n\n

                      Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
                      <\/p>\n\n\n\n

                      Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

                      Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                      KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
                      <\/p>\n\n\n\n

                      Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
                      <\/p>\n\n\n\n

                      Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
                      <\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

                      Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

                      Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

                      Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                      Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

                      Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

                      Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

                      Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                      Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

                      Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

                      Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

                      Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

                      Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

                      Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                      \u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

                      (dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

                      Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

                      Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
                      <\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

                      Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
                      <\/p>\n\n\n\n

                      Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

                      Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                      Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

                      Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

                      Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

                      Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

                      Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

                      \"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
                      <\/p>\n\n\n\n

                      Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
                      <\/p>\n\n\n\n

                      \u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

                      Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

                      Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

                      Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
                      <\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

                      Paling Populer

                      \n

                      Kelima di atas standart minimal acuan kretekus sebelum menjatuhkan pilihannya ke salah satu caleg DPR, DPD atau capres. Tujuan utama tips di atas untuk memperoleh wakil dan pemimpin sesuai harapan kretekus. Lain itu, untuk memilih pemimpin yang \u201cqowiyyun aminun<\/em>\u201d atau \u201cal-qowiyyu al aminu<\/em>\u201d (kuat dan dapat dipercaya). <\/p>\n\n\n\n

                      Setelah, menentukan kriteria seoarang yang akan dipilih, tahap selanjut menentukan pilihan dengan mencoblos pada kertas dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hal tidak lah mudah, sebab nantinya kertas dari KPU yang disebut surat suara ada lima jenis, diberikan dan dicoblos sekaligus. Belum lagi partai peserta pemilu ada 16 dan tiap partai banyak daftar nama caleg. Prakteknya, \u00a0dipastikan membingungkan. Tapi jangan kuatir, disini kita akan bagi beberapa tips untuk mencoblos caleg DPR, DPD dan capres. <\/p>\n\n\n\n

                      Baca: Panduan untuk Kretekus Memilih Capres di Pilpres 2019<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                      Sembilan tips mencoblos pilihan di kertas suara:<\/p>\n\n\n\n

                      1. Sebelum ke tempat pemungutan suara (TPS), yang harus dilakukan mengingat nama yang akan dipilih beserta nomor urutnya dan partainya, alangkah lebih baik juga mengerti nomor urut partainya.<\/li>
                      2. Di TPS, anda akan memegang 5 kartu suara yang beda warna, <\/li><\/ol>\n\n\n\n
                        Warna Hijau<\/td>untuk memilih<\/td>DPR Kabupaten\/ Kota<\/td><\/tr>
                        Warna Biru<\/td>untuk memilih<\/td>DPR Provinsi<\/td><\/tr>
                        Warna Kuning<\/td>untuk memilih<\/td>DPR RI<\/td><\/tr>
                        Warna merah<\/td>untuk memilih<\/td>DPD RI<\/td><\/tr>
                        Warna Abu-abu<\/td>untuk memilih<\/td>Presiden dan Wakil presiden<\/td><\/tr><\/tbody><\/table>\n\n\n\n
                        1. Lima kartu suara, silahkan di tata berjajar dulu di atas meja, dan diurutkan dari sebelah kiri atau sebelah kanan. Urutannya di mulai dari kartu suara yang DPR Kabupaten\/kota, sebelahnya DPR Provinsi, DPR RI, DPD dan Presiden.<\/li>
                        2. Buka kartu suara DPR Kabupaten\/kota, cari partainya atau urutan nomor partai setelah ketemu partainya, cari nama orang atau nomor urut yang dituju, kemudian coblos tulisan nama tersebut atau di nomor urutnya. Selesai lipat kembali dan ditaruh agak kedepan atau kebelakang untuk membedakan kartu sudah tercoblos. <\/li>
                        3. Ambil kartu suara DPRD Provinsi, caranya sama di atas, setelah selesai tumpuk kartu, di atas kartu yang pertama<\/li>
                        4. Ambil kartu suara DPR RI, caranya sama dengan nomor 4 dan 5, begitu seterusnya hingga kartu terakhir yaitu pilihan presiden<\/li>
                        5. Setelah dicoblos semua, kartu dimasukkan sesuai kotak masing-masing kartu suara dengan minta bantuan petugas <\/li>
                        6. Saat menata dan mencoblos kartu, lakukan dengan tenang santai, tidah usah terburu-buru, dan jangan panik.<\/li>
                        7. Dalam mencoblos, usahakan tidak dalam keadaan lapar, tidak dalam keadaan haus, dan sebagainya.<\/li><\/ol>\n\n\n\n

                          Demikian tips sederhana untuk memilih dan mencoblos caleg, DPD dan capres, sesuai keinginan. Yang terpenting bagi kretekus dan bagi orang yang berada di sektor pertembakauan (petani dan buruh tani tembakau atau cengkeh, buruh dan karyawan industri rokok, konsumen kretek dan lainnya) mari kita pilih wakil dan pemimpin yang jelas-jelas pro pertembakauan.
                          <\/p>\n","post_title":"Pedoman Memilih dan Mencoblos DPR, DPD, Capres Bagi Kretekus","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pedoman-memilih-dan-mencoblos-dpr-dpd-capres-bagi-kretekus","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-27 11:35:18","post_modified_gmt":"2019-03-27 04:35:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5576","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5571,"post_author":"877","post_date":"2019-03-25 11:38:22","post_date_gmt":"2019-03-25 04:38:22","post_content":"\n

                          Sekilas kretek hanya barang konsumsi yang sepele. Namun jika kita mau mendedah sejarahnya yang panjang dan menelisik lebih jauh ke dalam bangunan budaya dan tradisi masyarakat Indonesia khususnya di berbagai daerah sentra perkebunan tembakau dan kota-kota pengrajin kretek, maka akan kita saksikan bagaimana budaya tembakau dan kretek telah terjalin membentuk sebuah budaya yang hidup. Tidak hanya itu, kretek adalah sebuah identitas budaya, dan mengakar, yang kemudian menjadi simbol pertahanan Bangsa dari penjajah. <\/p>\n\n\n\n

                          Di sini jika kita mau membaca dengan kacamata yang utuh dan jernih, jelas sekali bahwa kretek dan budaya kretek telah mengambil bagian penting dalam banyak aspek kehidupan masyarakat Nusantara. Ungkapan Muhamad Sobary dalam esai \u201cBudaya dalam Selinting Rokok\u201d sangat tepat melukiskan makna entitas kretak, bahwa rokok bukanlah rokok. Bagi bangsa Indonesia, rokok adalah hasil sekaligus ekspresi corak budaya. <\/p>\n\n\n\n

                          Dalam pembacaan antropologi-simbolik khususnya teori paska kolonial, tembakau dan kretek justru dapat dipandang sebagai simbol penting dalam sejarah perlawanan bangsa terhadap struktur kekuasaan kolonial. Tembakau dan kretek adalah barang konsumsi dan sekaligus simbol budaya. Simbolis di sini dalam perspektif arti dan konteks proses ekonomi dan politik yang mengubah wajah masyarakat Indonesia. Langsung atau tidak langsung, kretek sebagai simbol budaya telah memberi sumbangsih pada proses pembentukan indentitas kultural bangsa dan nasionalisme Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

                          Sebagaimana telah disinggung di beberapa tulisan, sejarah tradisi tembakau yang nantinya kemudian melahirkan tradisi kretek, jelas tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan masyarakat Nusantara mengonsumsi sirih. Tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> yang bahan utamanya ialah buah pinang, gambir, sirih dan kapur, tercipta dari kondisi alam Indonesia. Komponen lain seperti cengkeh bisa ditambahkan. <\/p>\n\n\n\n

                          Dalam berbagai budaya masyarakat di Nusantara, tradisi mengonsumsi sirih merupakan praktik keseharian, namun dalam konteks tertentu sekaligus juga memiliki fungsi ritual. Di sini sirih didudukkan dalam struktur ritual simbolis yang memadukan lingkungan material dengan dunia spiritual sebagai sarana masyarakat memaknai dunia sekitarnya. Patut diduga kemungkin besar pada awalnya tradisi sirih lekat digunakan sebagai ritual persembahan bagi pemujaan animistik.<\/p>\n\n\n\n

                          Pada masyarakat Dayak, misalnya, sirih sering digunakan untuk mengusir roh penyebab kematian dan penyakit. Ludah sirih yang berwarna merah (bahasa Jawa: dubang<\/em>, idu abang<\/em>) diyakini sangat mujarab menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam masyarakat ini sirih dan nasi adalah sesajen yang lazim digunakan untuk menjalin hubungan dengan para leluhur. Demikian juga masyarakat Jawa, dalam setiap ritual penting mereka kapur sirih sengaja disediakan untuk persembahan bagi arwah para leluhur. Sesajen sirih terdapat dalam berbagai praktik ritual keagamaan di Nusantara, baik itu Hindu dan Budha maupun agama-agama lokal. Selain itu, bagi masyarakat Jawa interaksi sosial juga akan lebih dipermudah melalui aktivitas menyirih bersama atau menyajikan sirih. <\/p>\n\n\n\n

                          Sejalan dengan masuknya tembakau di Indonesia, anggaplah asumsinya pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, mengunyah tembakau menjadi praktik umum terkait dengan tradisi mengunyah sirih. Penambahan tembakau pada tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> membuktikan penerimaan masyarakat Nusantara terhadap tembakau. Munculnya tembakau mendorong terciptanya alternatif dalam struktur ritual dan simbolis. Ini setidaknya nampak dalam penggunaan istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa, yang secara common sense<\/em> lazim digunakan secara sinonim dan boleh jadi sama sekali tidak memiliki perbedaan semantik.<\/p>\n\n\n\n

                          Gambaran hubungan yang sangat erat antara sirih dan tembakau bagi kehidupan masyarakat Jawa ditulis Jhon Joseph Stockdale pada awal abad ke-19. \u201cMereka nyaris tak berhenti menyirih dan juga tembakau produksi setempat (Jawa) yang mereka juga isap melalui pipa dari buluh.\u201d Tentang pemakaian sirih dan tembakau di kalangan perempuan, Stockdale<\/em> mengambarkan: \u201cMereka mengunyah sirih, mereka juga menguyah tembakau Jawa yang membuat ludah mereka berwarna merah; dan ketika mereka melakukannya dalam waktu lama, tanda hitam terlihat di pinggir bibir mereka, gigi mereka menjadi hitam, dan mulut mereka terlihat tak sedap dipandang. <\/p>\n\n\n\n

                          Tanpa terkecuali juga terlihat dalam tradisi ritus masyarakat Jawa. Rokok berfungsi sebagai keperluan sesajen atau sesaji. Ini nampak dalam ritual Slametan<\/em> masyarakat Jawa secara umum. Andrew Beatty menjelaskan bahwa slametan<\/em> ialah sebuah ritual makan yang terdiri atas persembahan, benda-benda simbolis (sesajen<\/em>), ceramah dan doa bersama. Bentuk upacara ini adalah permohonan berkah generasi saat ini kepada para leluhurnya dengan cara membuat sesajen yang isinya antara lain bunga tujuh rupa, rokok, kopi, bubur lima warna, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang hendak dicapai ritual tersebut. Tradisi menyuguhkan sajian rokok kretek dan tembakau berikut makanan dan minuman biasa dilakukan dalam tradisi jagong bayen<\/em> atau kenduri<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

                          Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

                          Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

                          Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

                          Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

                          Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

                          Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

                          Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

                          Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

                          Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

                          Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

                          Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

                          Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
                          <\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

                          Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

                          Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

                          Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

                          Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

                          Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

                          Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

                          Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

                          Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

                          Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

                          Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

                          Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

                          Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

                          Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
                          <\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

                          Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

                          Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

                          Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                          Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

                          Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

                          Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

                          Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

                          Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                          Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

                          Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

                          Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

                          Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                          Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

                          Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

                          Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

                          Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                          Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Sedangkan perisa adalah hasil dari ekstraksi buah-buahan atau berbagai bahan rempah tertentu, selain sebagai penambah rasa juga berfungsi sebagai penambah aroma. <\/p>\n\n\n\n

                          Lebih dari itu, menariknya kekayaan citarasa (taste<\/em>) khas kretek juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosiokultural masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tidak aneh jika setiap wilayah cenderung memiliki selera yang berbeda-beda. Produk kretek dari para pengrajin Jawa Timur seumpama, cenderung memiliki rasa yang berbeda dibandingkan produk pengrajin Jawa Tengah. Inilah yang menjelaskan mengapa pelosok wilayah tertentu seringkali \u201cdikuasi\u201d oleh merek kretek tertentu, dan pelosok wilayah yang lain \u201cdikuasai\u201d merek yang lain. <\/p>\n\n\n\n

                          Unsur estetis lainnya adalah produksi kretek yang dikerjakan dengan tangan (hand made<\/em>). Tahapan produksi ini dimulai dari nglinting<\/em> dan diakhiri dengan mbatil. <\/em>Inilah sisi estetis kretek, selain bentuk dan cara melintingnya secara manual yang juga telah diwariskan antar generasi. Demikian nglinting<\/em> dan mbatil<\/em> serta bentuk kretek non-filter yang khas pun adalah bentuk kreativitas dan ketrampilan lokal lainnya yang juga patut dicatat. <\/p>\n\n\n\n

                          Jadi, tidak berlebihan sekiranya dikatakan kretek adalah pengejawantahan local genius<\/em> Nusantara.
                          <\/p>\n","post_title":"Kretek Dalam Sejarah Evolusi Budaya Khas Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-dalam-sejarah-evolusi-budaya-khas-nusantara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-20 09:43:00","post_modified_gmt":"2019-03-20 02:43:00","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5559","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5547,"post_author":"883","post_date":"2019-03-16 10:24:10","post_date_gmt":"2019-03-16 03:24:10","post_content":"\n

                          Phillip Morris (PM) memang rajanya bisnis rokok di dunia. Umat manusia mana yang tidak mengenal brand Marlboro? Bahkan brand rokok ternama di Indonesia, Sampoerna adalah milik PM. Berawal dari pembelian 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk oleh PT Phillip Morris Indonesia di tahun 2005, sampai pada akhirnya PM mengakuisisi hingga 100%.
                          <\/p>\n\n\n\n

                          Phillip Morris kini menguasai bisnis rokok dengan empat anak perusahaannya, Sampoerna (Indonesia), PMFT Inc. (Filipina), Rothmans, Benson & Hedges (Kanada), Papastratos Philip Morris International (Yunani). Segala macam jenis produk hasil tembakau pun dijual, ada rokok putih, kretek, hingga rokok elektrik. <\/p>\n\n\n\n

                          Baca: Masa Depan Rokok Elektrik dan Semangat Alternatif yang Sia-sia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                          Sebagai sebuah perusahaan rokok multinasional yang dapat memasarkan barang dagangannya ke berbagai negara, tentu PM memiliki modal yang unlimited.<\/em> Kekuatan modal membuat PM bisa melakukan apa saja, salah satunya adalah merebut kretek dari Indonesia.
                          <\/p>\n\n\n\n

                          PM memang sudah punya barang dagangan berupa produk kretek, tapi masih dijual dengan brand anak perusahaannya Sampoerna. PM masih berdagang dengan merek-merek kretek seperti Dji Sam Soe, Sampoerna Mild, U Mild, dll. Setelah sukses besar dengan Sampoerna, PM ingin menunjukkan eksistensinya sebagai big boss<\/em> perusahaan rokok dunia dengan mengeluarkan produk kretek tanpa brand Sampoerna.
                          <\/p>\n\n\n\n

                          Baru-baru ini sebuah produk kretek terbaru bernama Phillip Morris Bold Kretek Filter muncul ke publik. Tak ada yang salah dari kemunculan produk ini, toh mereka menjualnya dengan cara yang legal. Namun yang menjadi persoalan adalah kretek sebagai produk kebudayaan khas Indonesia, kini bukan hanya dikuasai secara bisnis semata, entitasnya pun ingin dikuasai oleh PM.
                          <\/p>\n\n\n\n

                          Mengutip pendapat yang ditulis oleh sosiolog Suhardi Suryadi, kretek  adalah produk yang khas dari negara tertentu karena tidak semua negara mampu membuat atau menirunya. Kalaupun bisa meniru, namun tidak bisa menggantikan karena trade marknya sudah melekat pada negara pertama yang membuatnya.
                          <\/p>\n\n\n\n

                          Tahap meniru sudah dilakukan oleh PM. Menyoal trade mark kretek, dengan meluncurkan produk Phillip Morris Kretek, PM terlihat tengah mengaburkan trade mark kretek sebagai warisan budaya Indonesia. Bukan hal yang mustahil dilakukan oleh PM jika ke depannya mereka mematenkan kretek secara nama dan produk. Jika PM sudah mematenkan kretek, maka setiap penggunaan kata kretek hingga produk turunannya harus membayar royalti kepada PM.
                          <\/p>\n\n\n\n

                          Menyedihkan bukan jika setiap orang Indonesia dan perusahaan kretek nasional harus membayar royalti kepada asing atas sebuah produk warisan budayanya sendiri?<\/p>\n\n\n\n

                          Baca: Riset Kesehatan Rokok Elektrik<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                          KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) sebenarnya sudah membaca bahwa persoalan ini akan terjadi. Pada tahun 2014 KNPK mengajukan kretek sebagai heritage Indonesia melalui naskah akademis \u201cKretek Sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia\u201d kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Sayangnya pemerintah menolak, kala itu intervensi dari kelompok antirokok begitu besar, tentu dengan dalih kesehatan sebagai tamengnya.
                          <\/p>\n\n\n\n

                          Manuver PM tak bisa dianggap sepele, mungkin sekarang terlihat seperti sedang bermain-main dengan inovasi produk bisnisnya, tapi nanti akan ada manuver-manuver lain yang akan dilakukan oleh PM untuk merebut kretek secara kaffah. Karena memang begitulah watak dari perusahaan multinasional. Demi mempertahankan bisnis dan memperluas ekspansi wilayah bisnisnya, segala cara akan dilakukan.
                          <\/p>\n\n\n\n

                          Kini apakah pemerintah dan kita hanya diam saja melihat asing mencoba merebut warisan budaya kita?<\/strong>
                          <\/p>\n","post_title":"Sepak Terjang Phillip Morris Menguasai Kretek: Dari Bisnis Hingga Entitas","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sepak-terjang-phillip-morris-menguasai-kretek-dari-bisnis-hingga-entitas","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-16 10:24:22","post_modified_gmt":"2019-03-16 03:24:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5547","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5544,"post_author":"878","post_date":"2019-03-15 10:49:48","post_date_gmt":"2019-03-15 03:49:48","post_content":"\n

                          Saya pernah berkesempatan mempelajari secara mendalam selama sekira dua tahun empat jenis limbah yang mencemari bumi manusia ini. Limbah padat, limbah cair, limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dari empat jenis limbah tersebut, saya menemukan bahwasanya limbah dalam bentuk gas yang menyebabkan pencemaran udara menjadi limbah yang paling liar dan oleh karena itu menjadi paling berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

                          Dalam segi karantina, ketiga jenis limbah lain bisa diisolasi dan diamankan dari jangkauan manusia. Untuk limbah dalam bentuk gas, atau agar lebih mudahnya kita sebut saja limbah udara, begitu ia di hasilkan dan dilepas ke udara bebas, maka ia menjadi begitu liar dan sulit sekali dikendalikan. Limbah udara ini akan mengisi seluruh ruang yang ada di udara dan dapat menjangkau seluruh manusia yang mengakses udara tanpa kecuali. Ini yang menjadi sebab pada akhirnya saya mendalami pencemaran udara ini dalam tesis studi saya di Magister Teknik Lingkungan. Lebih lagi Indonesia didakwa oleh banyak pihak di dunia sebagai pihak yang memiliki tingkat pencemaran udara tinggi akibat pembukaan lahan di hutan dan kebakaran dan pembakaran hutan.<\/p>\n\n\n\n

                          Baca: Apapun Penyakitya, Rokok Selalu Disalahkan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                          Tetapi saya tidak hendak membahas isi tesis saya tentang pencemaran udara akibat kerusakan hutan di Indonesia. Ada faktor lain yang menyebabkan pencemaran udara dan begitu menghantui masyarakat bumi, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor dan pemanfaatan energi untuk industri di muka bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jerman dan Siprus, pada 2015, polusi udara akibat pemanfaatan energi fosil menyebabkan kematian sebanyak 8,8 juta manusia, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

                          Hasil riset ini membuktikan bahwa polusi udara menjadi penyebab kematian jauh lebih banyak dibanding akibat rokok. Sebagai orang yang masih meyakini bahwa rokok memiliki banyak manfaat bagi manusia, saya menduga, apa yang dituduhkan kepada rokok sebenarnya juga sebatas simplifikasi karena sangat memungkinkan mereka yang dianggap meninggal akibat rokok di lain pihak juga terpapar polusi udara yang jauh lebih berbahaya. Namun karena fokus kajian hanya sebatas pengaruh rokok, maka efek polusi udara dikesampingkan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n

                          Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia pada umumnya menyerang manusia pada penyakit-penyakit kardiovaskular semisal serangan jantung dan stroke. Ini mirip dengan hasil riset terhadap rokok. Saya kira perlu ada riset lebih mendalam lagi untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tuduhan terhadap rokok bisa jadi salah alamat karena sesungguhnya polusi udara akibat bahan bakar fosillah penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

                          Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                          Adalah PM 2,5, unsur terkecil pada polusi udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Partikel berukuran kecil dari PM 2,5 mampu menembus masuk hingga paru-paru manusia dan masuk hingga menyatu dalam sistem peredaran darah manusia. Maka tak hanya penyakit-penyakit terkait kardiovaskular yang bisa menyerang manusia akibat polusi udara ini, namun karena sudah masuk dalam sistem peredaran darah manusia, polusi udara ini bisa mengganggu manusia hingga ke bagian-bagian vital tubuh manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

                          Berdasarkan standar yang dikeluarkan WHO, kandungan maksimal PM 2,5 ditetapkan sebesar 10 \u03bcg\/m3<\/sup> pada udara bebas. Di Jakarta, berdasarkan penelitian terkini yang dilakukan Greenpeace, kandungan PM 2,5 mencapai 45,3 \u03bcg\/m3<\/sup>, ini berarti 4,5 kali lebih besar dari ambang maksimal keamanan yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi ini menyebabkan Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara paling mengkhawatirkan di kawasan Asia Tenggara.<\/p>\n\n\n\n

                          Polusi dari kendaraan di Jakarta menjadi penyebab utama tingginya tingkat kandungan PM 2,5 di udara Jakarta. Belum lagi ditambah aktivitas pembangkit listrik yang ada di sekitar Jakarta yang menggunakan pembakaran energi fosil, semakin memperparah kualitas udara di Jakarta. Dengan kata lain, untuk kawasan Asia Tenggara, jutaan penduduk Jakarta memiliki kerentanan paling parah dalam hal paparan polusi udara yang membahayakan kesehatan.<\/p>\n\n\n\n

                          Secara global 120 dari 100.000 orang terancam mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara. Di kawasan Eropa, angka ini meningkat menjadi 200 dari 100.000 orang. Untuk kota-kota dengan tingkat pencemaran mengkhawatirkan semisal Jakarta, angka ini bisa meningkat hingga 250 sampai 300 dari 100.000 orang.<\/p>\n\n\n\n

                          Alih-alih memperbaiki kualitas udara di Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M S Karliansyah membantah temuan Greenpeace.<\/p>\n\n\n\n

                          Baca: Balur, Terapi Penghalau Radikal Bebas<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                          \u201cKami punya alat pemantau kualitas udara dan hasil pemantauan alat kami memperlihatkan kualitas udara Jakarta cukup baik. Karena itu laporan Greenpeace yang menyebut kualitas udara Jakarta terburuk se-Asia Tenggara, tidak tepat,\u201d kata Karliansyah dalam sebuah pernyataan. <\/p>\n\n\n\n

                          (dikutip dari: https:\/\/news.okezone.com\/read\/2019\/03\/13\/18\/2029443\/polusi-udara-lebih-banyak-menyebabkan-kematian-dibanding-rokok<\/a>) <\/p>\n\n\n\n

                          Bagi kami, apa yang menjadi temuan terkini terkait polusi udara dan bahaya yang ditimbulkan darinya, menjadi bukti tambahan bahwa selama ini simplifikasi terhadap kajian-kajian rokok dan bahaya yang menyertainya masih terus terjadi dan sebuah kesalahan besar. Karena bagaimanapun juga, ada kompleksitas yang terjadi di bumi yang berujung pada menurunnya kualitas kesehatan manusia. Ada pencemaran udara yang membahayakan, ada zat-zat kimia sintetis berbahaya yang terkandung dalam produk-produk yang dikonsumsi manusia (lihat tulisan saya di situsweb ini pekan lalu), dan ada ragam rupa kondisi lain yang menjadi sebab menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menyebabkan manusia rentan terserang penyakit berbahaya dan mematikan. <\/p>\n\n\n\n

                          Jadi, sudah sangat tidak masuk akal jika melulu rokok dan hanya rokok yang dicecar sebagai faktor tunggal penyebab gangguan kesehatan pada manusia. Toh, bukan tak mungkin semua itu memang sekadar dimanfaatkan untuk membunuh peredaran produk rokok kretek karena serangan-serangan terhadapnya kian hari kian gamblang terlihat sekadar bentuk persaingan dagang semata, faktor kesehatan digunakan sebagai penyedap belaka.
                          <\/p>\n","post_title":"Polusi Udara Jauh Lebih Berbahaya dari Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"polusi-udara-jauh-lebih-berbahaya-dari-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-15 10:49:55","post_modified_gmt":"2019-03-15 03:49:55","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5544","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5539,"post_author":"877","post_date":"2019-03-13 08:31:30","post_date_gmt":"2019-03-13 01:31:30","post_content":"\n

                          Baik capres-cawapres nomor urut 01 dan no urut 02, sepertinya keduanya belum pernah berstatement<\/em> dengan tegas untuk membela petani tembakau, petani cengkeh, buruh industri rokok, dan hak konsumen rokok. Setidaknya perkebunan tembakau tersebar di 15 provinsi, perkebunan cengkeh tersebar di 30 provinsi, dan menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir mencapai 6,1 juta jiwa. Selama ini, mereka hidup bergantung pada sektor pertembakauan, berupa kretek asli produk Indonesia.
                          <\/p>\n\n\n\n

                          Karena kearifan lokal, lahan yang dimiliki petani tembakau, tidak ada tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomi, selain tanaman tembakau. Begitu juga yang terjadi pada petani cengkeh, mereka dapat menyekolahkan anak keperguruan tinggi, dapat membangun rumah, dapat membeli barang berharga dari hasil penjualan cengkeh. Petani tembakau dan cengkeh hidup sejahtera di saat pertaniannya berhasil. Bahkan tidak sedikit, mereka akan melakukan khajatnya setelah panen tiba. Ambil contoh, mau menikahkan atau mengkhitankan anaknya setelah panen. <\/p>\n\n\n\n

                          Baca: Jangan Pilih Calon Presiden yang Tidak Pro Industri Hasil Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                          Fakta empiris tersebut, hampir dilakukan semua petani tembakau dan cengkeh. Mereka bukannya tidak menanam selain tembakau atau cengkeh, akan tetapi kedua tanaman tersebut lebih bisa menopang kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan biaya besar. Petani tembakau, selama Desember sampai April menanam selain tembakau. Tidak sedikit petani cengkeh menanam selain cengkeh di lahan lain atau di sela-sela tanaman cengeh. Ini menunjukkan adanya tanaman tembakau dan cengkeh hasilnya lebih besar dibanding tanaman lain. Dan keduanya merupakan tanaman agung anugerah Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

                          Sebagai buruh pabrik rokok, mereka ibu ibu rumah tangga sangat bahagia dapat membantu dan meringankan beban suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pekerja pabrik rokok kretek di Indonesia adalah wanita atau ibu rumah tangga, dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan yang bisa menghasilkan uang. Konsumen rokok dan industri rokok, adalah warga Negara yang taat akan pajak. Sebelum dinikmati, tiap batang rokok kretek yang telah dibeli sudah otomatis membayar pajak. Begitu juga, sebelum terjual, pabrik terbebani pajak dobel yang harus dibayar di muka, yaitu pungutan cukai, pungutan restribusi daerah dan talangan pajak konsumen.<\/p>\n\n\n\n

                          Apakah keadaan ini semua dinafikan oleh Negara? Berapa besar keuntungan Negara dari hasil pajak rokok? Berapa besar manfaat uang cukai dalam menyehatkan masyarakat melalui pembayaran defisit BPJS? Kenapa para kandidat presiden tidak berani terang-terang membela sektor pertembakauan yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat kecil, bagi seluruh masyarakat bangsa dan membantu penerimaan uang kas Negara. <\/p>\n\n\n\n

                          Capres-Cawapres tahun 2019 ini, seakan-akan tidak memperdulikan nasib keberadaan sektor pertembakauan. Yang ada justru bertindak ikut-ikutan seperti halnya antirokok, itu pun yang berbicara adalah perwakilan dan bukan capresnya sendiri. <\/strong>Dilansir dari nasional.kompas.com<\/em>, bahwa salah satu anggota tim kesehatan Badan Pemenangan Nasional (BPN), bernama Hermawan Saputra, mengungkapkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan memberikan solusi agar pengguna rokok di Indonesia bisa menurun. Menurut dia, yang perlu dibereskan adalah hulu masalah industri rokok, yaitu mendorong petani tembakau untuk beralih profesi di bidang lain.<\/p>\n\n\n\n

                          Baca: Kretek Adalah Pusaka Budaya <\/a><\/h2>\n\n\n\n

                          \"Kita naikkan cukai pun, tapi selama budaya dan perilaku masyarakat merokok tidak berubah serta petani yang menggantungkan diri di tembakau, ya tidak akan selesai. Meskipun tidak mudah, Hermawan meyakini Prabowo-Sandiaga memiliki kemauan politik yang kuat agar pengguna rokok bisa menurun. Dia mengatakan, tim kesehatan BPN sudah membuat rencana dan merancang program kesehatan yang bisa dipaparkan Sandiaga saat debat ketiga, \"ujar Hermawan saat ditemui dalam sebuah diskusi bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" menuju debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).
                          <\/p>\n\n\n\n

                          Begitu juga dilansir dari tribunnews.com<\/em> bahwa Hasbullah Thabrany  orang yang mengatasnamakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, mengatakan;  jika terpilih dalam Pilpres 2019<\/a>, Jokowi-Ma'ruf akan menaikkan cukai rokok untuk menurunkan angka pengguna rokok di Indonesia.
                          <\/p>\n\n\n\n

                          \u201cHarga cukai rokok di Indonesia merupakan yang paling terendah di dunia. Ia mencontohkan, cukai rokok di Singapura mencapai 90 persen dan Thailand 84 persen. Kita targetkan di pemerintahan ke depan jika Jokowi dan Ma'ruf terpilih, cukai rokok kita naikkan di atas 57 persen,\" ujar Hasbullah saat diskusi polemik bertajuk \"Menakar Visi Kesehatan\" jelang debat ketiga Pilpres 2019 di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9\/3\/2019).<\/p>\n\n\n\n

                          Baik Hermawan Saputra  atau Hasbullah Thabrany, kedua-duanya apakah yang mereka katakan mewakili suara capres? Sepenuhnya belum diketahui lebih jelas. Kalau dicermati, keduanya adalah orang-orang antirokok yang sengaja berkata demikian. <\/strong><\/p>\n\n\n\n

                          Akan tetapi jika suara mereka mewakili suara capres sepenuhnya, maka ke depan bisa dipastikan menjadi bumerang bagi para capres. Akan terjadi banyak orang yang bergerak dalam bidang pertembakauan apatis terhadap pilpres pemilu 2019. Mereka merasa terciderai, tidak ada perlindungan bagi mereka. <\/p>\n\n\n\n

                          Fakta dilapangan demikian, tulisan ini hanya mengingatkan pada capres dan cawapres bahwa ada hak petani tembakau, petani cengkeh, buruh rokok, dan industri rokok yang harus dilindungi. Ingat, mereka semua adalah warga Negara yang baik, mandiri dalam ekonomi dan berdaulat. Mereka adalah pembayar pajak yang taat, dan telah teruji hasil uang dari mereka telah menyehatkan masyarakat Indonesia melalui pembayaran defisit BPJS.  
                          <\/p>\n","post_title":"Menantang Capres-Cawapres Terang-terangan Membela Sektor Pertembakauan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menantang-capres-cawapres-terang-terangan-membela-sektor-pertembakauan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-13 08:31:38","post_modified_gmt":"2019-03-13 01:31:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5539","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":54},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

                          Paling Populer

                          \n
                          1. Kenali sosok calon DPR dan presiden, dengan menggali informasi sebanyak banyaknya sepak terjang atau latar belakang caleg atau presiden<\/li>
                          2. Jujur, hal ini memang agak sulit untuk ditentukan, akan tetapi paling tidak kita bisa memperkirakan caleg dan presiden jujur dan amanah dengan melihat kebribadiannya, melihat latarbelakangnya, keturunannya, dan sepakterjangnya <\/li>
                          3. Kuat, dimaksut adalah kuat fisiknya atau tidak sakit-sakitan, kuat pendiriannya terlebih memperjuangkan masyarakat, tetap sabar dari terpaan isu dan tidak cepat emosi, dapat merangkul dari kalangan manapun baik kelompok suku dan agama yang berbeda, tidak gampang menyerah, berani membela kaum minoritas, berani membela untuk keadilan dan kebenaran. <\/li>
                          4. Dapat dipercaya,hanya bisa dilihat dari petanda, salah satunya tidak suka bohong, tidak membawa kabar hoaks, cermat dan teliti sebelum bertindak, tidak menjelek-jelekkan orang lain, tidak sombong, hidup sederhana dan apa adanya<\/li>
                          5. Yang terpenting mempunyai komitmen membela sektor pertembakauan meliputi petani tembakau, petani cengkeh, hasil olahan tembakau dan cengkeh, memperjuangkan hak- hak yang seharusnya diterima secara adil bagi konsumen rokok (perokok) <\/li><\/ol>\n\n\n\n

                            Kelima di atas standart minimal acuan kretekus sebelum menjatuhkan pilihannya ke salah satu caleg DPR, DPD atau capres. Tujuan utama tips di atas untuk memperoleh wakil dan pemimpin sesuai harapan kretekus. Lain itu, untuk memilih pemimpin yang \u201cqowiyyun aminun<\/em>\u201d atau \u201cal-qowiyyu al aminu<\/em>\u201d (kuat dan dapat dipercaya). <\/p>\n\n\n\n

                            Setelah, menentukan kriteria seoarang yang akan dipilih, tahap selanjut menentukan pilihan dengan mencoblos pada kertas dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hal tidak lah mudah, sebab nantinya kertas dari KPU yang disebut surat suara ada lima jenis, diberikan dan dicoblos sekaligus. Belum lagi partai peserta pemilu ada 16 dan tiap partai banyak daftar nama caleg. Prakteknya, \u00a0dipastikan membingungkan. Tapi jangan kuatir, disini kita akan bagi beberapa tips untuk mencoblos caleg DPR, DPD dan capres. <\/p>\n\n\n\n

                            Baca: Panduan untuk Kretekus Memilih Capres di Pilpres 2019<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                            Sembilan tips mencoblos pilihan di kertas suara:<\/p>\n\n\n\n

                            1. Sebelum ke tempat pemungutan suara (TPS), yang harus dilakukan mengingat nama yang akan dipilih beserta nomor urutnya dan partainya, alangkah lebih baik juga mengerti nomor urut partainya.<\/li>
                            2. Di TPS, anda akan memegang 5 kartu suara yang beda warna, <\/li><\/ol>\n\n\n\n
                              Warna Hijau<\/td>untuk memilih<\/td>DPR Kabupaten\/ Kota<\/td><\/tr>
                              Warna Biru<\/td>untuk memilih<\/td>DPR Provinsi<\/td><\/tr>
                              Warna Kuning<\/td>untuk memilih<\/td>DPR RI<\/td><\/tr>
                              Warna merah<\/td>untuk memilih<\/td>DPD RI<\/td><\/tr>
                              Warna Abu-abu<\/td>untuk memilih<\/td>Presiden dan Wakil presiden<\/td><\/tr><\/tbody><\/table>\n\n\n\n
                              1. Lima kartu suara, silahkan di tata berjajar dulu di atas meja, dan diurutkan dari sebelah kiri atau sebelah kanan. Urutannya di mulai dari kartu suara yang DPR Kabupaten\/kota, sebelahnya DPR Provinsi, DPR RI, DPD dan Presiden.<\/li>
                              2. Buka kartu suara DPR Kabupaten\/kota, cari partainya atau urutan nomor partai setelah ketemu partainya, cari nama orang atau nomor urut yang dituju, kemudian coblos tulisan nama tersebut atau di nomor urutnya. Selesai lipat kembali dan ditaruh agak kedepan atau kebelakang untuk membedakan kartu sudah tercoblos. <\/li>
                              3. Ambil kartu suara DPRD Provinsi, caranya sama di atas, setelah selesai tumpuk kartu, di atas kartu yang pertama<\/li>
                              4. Ambil kartu suara DPR RI, caranya sama dengan nomor 4 dan 5, begitu seterusnya hingga kartu terakhir yaitu pilihan presiden<\/li>
                              5. Setelah dicoblos semua, kartu dimasukkan sesuai kotak masing-masing kartu suara dengan minta bantuan petugas <\/li>
                              6. Saat menata dan mencoblos kartu, lakukan dengan tenang santai, tidah usah terburu-buru, dan jangan panik.<\/li>
                              7. Dalam mencoblos, usahakan tidak dalam keadaan lapar, tidak dalam keadaan haus, dan sebagainya.<\/li><\/ol>\n\n\n\n

                                Demikian tips sederhana untuk memilih dan mencoblos caleg, DPD dan capres, sesuai keinginan. Yang terpenting bagi kretekus dan bagi orang yang berada di sektor pertembakauan (petani dan buruh tani tembakau atau cengkeh, buruh dan karyawan industri rokok, konsumen kretek dan lainnya) mari kita pilih wakil dan pemimpin yang jelas-jelas pro pertembakauan.
                                <\/p>\n","post_title":"Pedoman Memilih dan Mencoblos DPR, DPD, Capres Bagi Kretekus","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pedoman-memilih-dan-mencoblos-dpr-dpd-capres-bagi-kretekus","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-27 11:35:18","post_modified_gmt":"2019-03-27 04:35:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5576","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5571,"post_author":"877","post_date":"2019-03-25 11:38:22","post_date_gmt":"2019-03-25 04:38:22","post_content":"\n

                                Sekilas kretek hanya barang konsumsi yang sepele. Namun jika kita mau mendedah sejarahnya yang panjang dan menelisik lebih jauh ke dalam bangunan budaya dan tradisi masyarakat Indonesia khususnya di berbagai daerah sentra perkebunan tembakau dan kota-kota pengrajin kretek, maka akan kita saksikan bagaimana budaya tembakau dan kretek telah terjalin membentuk sebuah budaya yang hidup. Tidak hanya itu, kretek adalah sebuah identitas budaya, dan mengakar, yang kemudian menjadi simbol pertahanan Bangsa dari penjajah. <\/p>\n\n\n\n

                                Di sini jika kita mau membaca dengan kacamata yang utuh dan jernih, jelas sekali bahwa kretek dan budaya kretek telah mengambil bagian penting dalam banyak aspek kehidupan masyarakat Nusantara. Ungkapan Muhamad Sobary dalam esai \u201cBudaya dalam Selinting Rokok\u201d sangat tepat melukiskan makna entitas kretak, bahwa rokok bukanlah rokok. Bagi bangsa Indonesia, rokok adalah hasil sekaligus ekspresi corak budaya. <\/p>\n\n\n\n

                                Dalam pembacaan antropologi-simbolik khususnya teori paska kolonial, tembakau dan kretek justru dapat dipandang sebagai simbol penting dalam sejarah perlawanan bangsa terhadap struktur kekuasaan kolonial. Tembakau dan kretek adalah barang konsumsi dan sekaligus simbol budaya. Simbolis di sini dalam perspektif arti dan konteks proses ekonomi dan politik yang mengubah wajah masyarakat Indonesia. Langsung atau tidak langsung, kretek sebagai simbol budaya telah memberi sumbangsih pada proses pembentukan indentitas kultural bangsa dan nasionalisme Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

                                Sebagaimana telah disinggung di beberapa tulisan, sejarah tradisi tembakau yang nantinya kemudian melahirkan tradisi kretek, jelas tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan masyarakat Nusantara mengonsumsi sirih. Tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> yang bahan utamanya ialah buah pinang, gambir, sirih dan kapur, tercipta dari kondisi alam Indonesia. Komponen lain seperti cengkeh bisa ditambahkan. <\/p>\n\n\n\n

                                Dalam berbagai budaya masyarakat di Nusantara, tradisi mengonsumsi sirih merupakan praktik keseharian, namun dalam konteks tertentu sekaligus juga memiliki fungsi ritual. Di sini sirih didudukkan dalam struktur ritual simbolis yang memadukan lingkungan material dengan dunia spiritual sebagai sarana masyarakat memaknai dunia sekitarnya. Patut diduga kemungkin besar pada awalnya tradisi sirih lekat digunakan sebagai ritual persembahan bagi pemujaan animistik.<\/p>\n\n\n\n

                                Pada masyarakat Dayak, misalnya, sirih sering digunakan untuk mengusir roh penyebab kematian dan penyakit. Ludah sirih yang berwarna merah (bahasa Jawa: dubang<\/em>, idu abang<\/em>) diyakini sangat mujarab menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam masyarakat ini sirih dan nasi adalah sesajen yang lazim digunakan untuk menjalin hubungan dengan para leluhur. Demikian juga masyarakat Jawa, dalam setiap ritual penting mereka kapur sirih sengaja disediakan untuk persembahan bagi arwah para leluhur. Sesajen sirih terdapat dalam berbagai praktik ritual keagamaan di Nusantara, baik itu Hindu dan Budha maupun agama-agama lokal. Selain itu, bagi masyarakat Jawa interaksi sosial juga akan lebih dipermudah melalui aktivitas menyirih bersama atau menyajikan sirih. <\/p>\n\n\n\n

                                Sejalan dengan masuknya tembakau di Indonesia, anggaplah asumsinya pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, mengunyah tembakau menjadi praktik umum terkait dengan tradisi mengunyah sirih. Penambahan tembakau pada tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> membuktikan penerimaan masyarakat Nusantara terhadap tembakau. Munculnya tembakau mendorong terciptanya alternatif dalam struktur ritual dan simbolis. Ini setidaknya nampak dalam penggunaan istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa, yang secara common sense<\/em> lazim digunakan secara sinonim dan boleh jadi sama sekali tidak memiliki perbedaan semantik.<\/p>\n\n\n\n

                                Gambaran hubungan yang sangat erat antara sirih dan tembakau bagi kehidupan masyarakat Jawa ditulis Jhon Joseph Stockdale pada awal abad ke-19. \u201cMereka nyaris tak berhenti menyirih dan juga tembakau produksi setempat (Jawa) yang mereka juga isap melalui pipa dari buluh.\u201d Tentang pemakaian sirih dan tembakau di kalangan perempuan, Stockdale<\/em> mengambarkan: \u201cMereka mengunyah sirih, mereka juga menguyah tembakau Jawa yang membuat ludah mereka berwarna merah; dan ketika mereka melakukannya dalam waktu lama, tanda hitam terlihat di pinggir bibir mereka, gigi mereka menjadi hitam, dan mulut mereka terlihat tak sedap dipandang. <\/p>\n\n\n\n

                                Tanpa terkecuali juga terlihat dalam tradisi ritus masyarakat Jawa. Rokok berfungsi sebagai keperluan sesajen atau sesaji. Ini nampak dalam ritual Slametan<\/em> masyarakat Jawa secara umum. Andrew Beatty menjelaskan bahwa slametan<\/em> ialah sebuah ritual makan yang terdiri atas persembahan, benda-benda simbolis (sesajen<\/em>), ceramah dan doa bersama. Bentuk upacara ini adalah permohonan berkah generasi saat ini kepada para leluhurnya dengan cara membuat sesajen yang isinya antara lain bunga tujuh rupa, rokok, kopi, bubur lima warna, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang hendak dicapai ritual tersebut. Tradisi menyuguhkan sajian rokok kretek dan tembakau berikut makanan dan minuman biasa dilakukan dalam tradisi jagong bayen<\/em> atau kenduri<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

                                Rokok <\/em>juga menjadi komponen sesaji penting bagi masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo. Dalam ritual ruwatan anak-anak berambut gimbal<\/em>, misalnya, rokok kawung<\/em> selain adalah sesaji khusus juga merupakan perantara komunikasi dengan Kiai Tumenggung Kolodete. Di Masyarakat Banyumas menyebut rokok untuk keperluan sesaji sebagai \u201crokok sajen\u201d<\/em>. Sedang di beberapa daerah di Jawa Barat, kebiasaan sesaji rokok dikenal dengan istilah \u201cnyuguh\u201d<\/em> atau \u201cnyungsung\u201d<\/em>. <\/p>\n\n\n\n

                                Sementara dalam ritual masyarakat Dayak, tembakau dan sirih juga menduduki posisi yang sama pentingnya. Untuk membuat sesajen bagi mereka yang sudah mati atau yang sedang menjelang ajal, seringkali tembakau digunakan secara bersamaan atau bahkan sebagai benda subsitusi terhadap sirih. Akhir abad ke-19, tercatat sirih dan rokok umum dijadikan persembahan masyarakat Dayak bagi orang yang telah meninggal. Tembakau, sirih dan beras dikuburkan bersama orang yang meninggal sebagai simbol harapan tentang kehidupan setelah kematian yang terberkahi. <\/p>\n\n\n\n

                                Sedang dalam perspektif paska kolonial, sejarah mencatat hal penting tentang pergeseran makna simbolis tradisi sirih, khususnya terkait perilaku meludah sirih. Ada sebuah narasi yang ditulis pada tahun 1845 yang menceritakan kemarahan bangsawan Bali, I Gusti Ketut Jelantik, kepada Belanda. Dia \u201cmeludahkan sirih pada surat izin berlayar Belanda\u201d. Sejak itu makna komunikatif sirih dan tembakau dalam perilaku meludah seringkali digunakan sebagai cara mengekspresikan kemarahan terhadap rezim kolonial. Meludah sirih memainkan peran aktif dalam membangun simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan menguatnya sentimen antikolonial, yang dalam perjalanan sejarahnya nanti diambil alih oleh kehadiran eksistensi kretek.<\/p>\n\n\n\n

                                Kebijakan politik etis. Terdorong oleh misi memperadabkan negeri jajahan dan sekaligus karena bermaksud mencari keuntungan yang lebih besar, pemerintah Belanda mempromosikan nilai-nilai gaya hidup modern. Di sini tembakau atau rokok merupakan salah satu obyek budaya yang dipromosikan. Budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> kemudian dicap bertentangan dengan kemajuan dan modernitas; diasosiasikan dengan klenik dan perilaku ketinggalan zaman. Adanya standar kebersihan dan keindahan juga membuat praktik nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pun menjadi lebih susah berkembang di kalangan elit masyarakat jajahan maupun ketika hendak diadopsi oleh orang Belanda. Dalam perkembangnya tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> beserta perilaku meludah di sembarang tempat akhirnya justru nampak menjadi penanda inferioritas budaya masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

                                Implikasinya kebiasaan nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> perlahan-lahan namun pasti segera digantikan kebiasaan merokok. Terlebih waktu itu benda seperti rokok adalah salah satu simbol modernitas, kemajuan dan prestise sosial. Citra itu sebagian besar terpatri kuat karena bentuk tampilannya, yaitu tembakau yang digulung rapi dan berbalut kertas putih.<\/p>\n\n\n\n

                                Awalnya \u201crokok putih\u201d menduduki tempat yang terhormat. Sebelum diproduksi secara lokal, rokok putih dan cerutu impor termasuk barang baru bagi elit Indonesia yang harganya mahal dan tidak terjangkau kalangan kebanyakan. Rokok putih juga dipertentangkan dengan produk olahan tembakau lokal yang pada waktu itu umum disebut \u201cbungkus\u201d<\/em>, yaitu rokok yang dilinting sendiri (tingwe<\/em>) dengan bahan kulit jagung atau daun pisang seperti klobot<\/em> atau kawung<\/em> atau klembak menyan<\/em>. Merokok bungkus<\/em> dikaitkan dengan gaya hidup \u201ckuno\u201d ala pedesaan yang berbeda dengan rokok putih sebagai representasi masyarakat perkotaan yang modern dan terdidik.<\/p>\n\n\n\n

                                Namun dominasi dan hegemoni budaya rokok putih ini sebenarnya relatif tidak berlangsung lama. Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, lahirlah kretek sebagai simbol budaya popular pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada titik kisar antara tahun 1870 \u2013 1890. Praktik tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em> pada fase pra-kolonial, yang memadukan daun sirih, pinang, tembakau, kapur dan terkadang juga ditambah cengkeh, dalam perjalanannya kemudian yaitu pada fase kolonial, menginspirasi lahirnya budaya kretek.<\/p>\n\n\n\n

                                Lebih dari itu, kretek juga hadir sebagai praktik yang tersambung dengan sejarah masa lalu Nusantara. Adanya komponen campuran cengkeh dan rempah dalam produk olahan tembakau tersebut jelas mengingatkan masyarakat Indonesia pada kenangan akan tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>. Korelasi ini dibentuk melalui hubungan sejarah panjang antara tembakau dan cengkeh sebagai bahan tambahan dalam tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em> dulu, dan yang kini berkembang menjadi kretek. Munculnya aroma khas dari perpaduan tembakau dan cengkeh plus rempah (perisa) yang terbakar jelas menjadi karakteristik pembeda yang membuat cita rasa kretek menjadi demikian khas dan berbeda dengan rokok-rokok modern lainnya.<\/p>\n\n\n\n

                                Pada awalnya ia disebut \u201crokok cengkeh\u201d. Tapi, setelah popularitasnya meningkat, kemudian dikenal dengan nama kontemporernya, \u201ckretek\u201d. Kata ini berasal dari peniruan bunyi (onomatope<\/em>) yang berasal dari suara cengkeh yang terbakar yang mengeluarkan bunyi meretih ketika dinyalakan: \u201ckretek-kretek\u201d<\/em>. Perubahan nama menjadi kretek adalah bentuk ekspresi sikap nasionalistik, sebuah simbol yang menjadi determinan pada masa paska kolonial.<\/p>\n\n\n\n

                                Menurut Pramoedya Ananta Toer, pada masa pendudukan Jepang kretek jadi simbol nasionalisme di kalangan kaum pergerakan. Jepang mendorong ideologi dewesternisasi dalam untuk memerangi pengaruh Barat. Sejauh apa kebijakan politik kebudayaan Jepang memiliki pengaruh? Sudah tentu susah menjawabnya. Namun demikian kretek terlihat semakin menjadi penanda identitas orang Indonesia (cultural identity<\/em>), yang notabene dihadap-hadapkan dengan \u201crokok putih\u201d ala Barat. Seturut Pram, waktu itu satu-satunya yang merokok ala Barat adalah orang Barat. Mereka tidak akan pernah menyentuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

                                Dalam konteks inilah penamaan \u201crokok putih\u201d yang dipertentangkan dengan rokok ala Indonesia khususnya kretek merupakan bagian dari sejarah proses sosial politik, ekonomi dan simbolis untuk menantang struktur kekuasaan kolonial yang akhirnya bermuara pada perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian munculnya istilah rokok putih dan kretek dalam kesejarahan Indonesia modern memiliki fungsi konseptualisasi merumuskan bagan pembeda antara kami (the self<\/em>) dan mereka (the other<\/em>). Kami-lah (Indonesia, pribumi, non-Barat) yang menciptakan kretek, di mana menjelang akhir dominasi kolonialisme, ternyata kretek sanggup berdiri sejajar dengan rokok putih yang adalah simbol eksistensi budaya mereka (Belanda, asing, Barat). <\/p>\n\n\n\n

                                Demikianlah, boleh dikata tradisi tembakau khususnya budaya kretek, langsung atau tidak langsung, kemunculannya memiliki peranan penting dalam sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda. Ini nampak dalam sejarah pembentukan politik-identitas negara-bangsa (nation-state<\/em>) yang berupa tumbuhnya identitas kultural, mekarnya rasa nasionalisme dan guratan mendalam tentang jatidiri kei-Indonesiaan yang berakar pada tradisi masa silam, yaitu budaya nyirih<\/em>, nginang<\/em> atau nyusur<\/em>.
                                <\/p>\n","post_title":"Kretek Tidak Sekadar Rokok, Kretek Simbol Nasionalisme Melawan Penjajah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-tidak-sekadar-rokok-kretek-simbol-nasionalisme-melawan-penjajah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-25 11:39:23","post_modified_gmt":"2019-03-25 04:39:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5571","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5569,"post_author":"878","post_date":"2019-03-24 12:33:41","post_date_gmt":"2019-03-24 05:33:41","post_content":"\n

                                Dalam sejarah panjang negeri yang terdiri dari bermacam suku dan bahasa yang kita kenal sebagai Indonesia, kretek tak bisa dipisahkan darinya. Sejarah panjang negeri ini berpilin-berkelindan dengan sejarah kretek yang menjadi salah satu ciri khas bangsa ini hingga hari ini. Kretek yang terdiri dri dua bahan baku utama yaitu cengkeh dan tembakau, bisa dikatakan menjadi salah satu sebab mengapa beberapa negara di Eropa bersaing dan berperang berebut menguasai negeri ini.<\/p>\n\n\n\n

                                Mulanya pada abad ke-16, Spanyol dan Portugis bersaing memperebutkan kepulauan yang dikenal dengan pulau rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Mereka berperang dan berusaha mendapat pengaruh kerajaan-kerajaan di Kepulauan Maluku untuk bisa menguasai cengkeh dan rempah-rempah lainnya yang menjadi primdona di pasar Eropa. Selanjutnya, Inggris, Belanda, hingga Perancis turut serta memperebutkan pulau-pulau yang banyak ditumbuhi tanaman rempah-rempah tersebut hingga pada akhirnya Belanda berhasil menguasai dan memonopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku.<\/p>\n\n\n\n

                                Perang-perang yang terus dilakukan Belanda untuk menguasai wilayah jajahan mereka sepenuhnya membutuhkan begitu banyak biaya. Salah satu sumber pendanaan mereka untuk kebutuhan perang adalah dengan memonopoli penjualan rempah-rempah. Lebih dari itu, mereka juga menerapkan sistem tanam paksa kepada rakyat jajahan dengan komoditas yang ditanam hampir seluruhnya mesti disetorkan kepada pihak penjajah. Mulai dari Sumatera hingga Maluku, sistem tanam paksa ini diberlakukan. Di beberapa tempat, komoditas tembakau menjadi komoditas pertanian yang wajib ditanam warga. Di Deli Serdang dan di Jember misalnya.<\/p>\n\n\n\n

                                Berkat monopoli ini, dan berkat tanam paksa yang diterapkan penjajah, Belanda berhasil menutup kerugian perang dan mampu membawa keuntungan besar untuk membangun negeri mereka. Keuntungan dari monopoli rempah-rempah dan sistem tanam paksa mengubah negeri Belanda dari sebelumnya kurang diperhitungkan menjadi negeri yang sangat diperhitungkan di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

                                Pada saat yang hampir bersamaan, masyarakat di penjuru negeri juga sudah memanfaatkan rempah-rempah dan tembakau sebagai produk konsumsi, pengobatan, dan ritual-ritual tradisi dan kebudayaan mereka. Selain itu, keduanya juga digunakan oleh masyarakat sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dalam hal ini, rempah-rempah dan tembakau masuk dalam pusaran pertarungan di negeri ini, menjadi latar belakang kedatangan penjajah untuk menguasai negeri ini, sekaligus menjadi alat perlawanan masyarakat negeri ini menghadapi para penjajah itu.<\/p>\n\n\n\n

                                Hingga kemudian, salah satu dari rempah-rempah itu, yaitu cengkeh, menyatu bersama tembakau dalam wujud kretek sebagai alat perlawanan baru terhadap penjajah. Adalah Haji Djamhari yang pada periode 1870 hingga 1880 menemukan ramuan kretek ini. Cerita-cerita yang dipercaya umum menyebutkan bahwa Haji Djamhari menemukan ramuan kretek secara tidak sengaja. Ia mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau miliknya kemudian mengisapnya. Ia melakukan itu karena penyakit asma yang Ia derita. Setelah merasa cocok, Ia kemudian tak sekadar mengoleskan minyak cengkeh ke lintingan tembakau, namun mencampur bunga cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau kemudian dilinting dan diisap. Ramuan itu mampu meredakan penyakit asma yang diderita Haji Djamhari.<\/p>\n\n\n\n

                                Pada 1906 Nitisemito mendirikan perusahaan rokok kretek di Kudus bernama Bal Tiga. Di tengah arus perubahan perlawanan terhadap penjajah dari perlawanan-perlawanan fisik menuju gerakan-gerakan terorganisir kaum terpelajar, Nitisemito dan perusahaan rokok kretek Bal Tiga ambil peran dalam perlawanan itu. Ia berhubungan erat dengan tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, Nitisemito juga dipercaya memberikan sumbangan dana yang tak sedikit kepada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumbangan itu diambil dari keuntungan perusahaan Bal Tiga. <\/p>\n\n\n\n

                                Tidak mengherankan Nitisemito bisa ikut menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia karena keuntungan yang diraih perusahaannya sangat besar ketika itu. Nitisemito sampai digelari raja kretek dan 18 tahun setelah perusahaannya berdiri, Ia mampu mempekerjakan sekira 15.000 orang. Perkembangan pesat perusahaannya juga dianggap sebagai simbol perlawanan pribumi terhadap pengusaha-pengusaha asing yang membantu kelestarian penjajah. Atas dasar inilah banyak pihak yang berusaha menghancurkan Nitisemito dan perusahaan rokok kretek miliknya.<\/p>\n\n\n\n

                                Selepas Indonesia merdeka, produk kretek kembali berhasil menguasai pasar dalam negeri sejak periode 70an hingga saat ini. Saat ini, lebih 90 persen pasar rokok nasional dikuasai produk rokok kretek dengan ragam variannya. Kondisi ini berdampak langsung terhadap petani cengeh dan petani tembakau sebagai pemasok bahan baku produk kretek. Sehingga, jika kita hendak melihat bentuk nyata kedaulatan dan kemandirian petani, lihatlah para petani cengkeh dan petani tembakau.<\/p>\n\n\n\n

                                Pasar besar produk rokok kretek di Indonesia (yang cukainya saja dalam lima tahun terakhir mampu memberi pemasukan kepada negara mencapai Rp140 trilyun per tahun) tentu saja mengundang minat perusahaan asing untuk ikut bersaing. Sayangnya, seperti pendahulunya, sebuah perusahaan bernama VOC, perusahaan-perusahaan asing itu masuk bersaing dengan cara-cara yang kotor. Jika dahulu VOC menggunakan kekerasan bersenjata untuk memonopoli cengkeh dan tembakau, perusahaan-perusahaan asing yang bersaing di pasar rokok dalam negeri menggunakan cara-cara kotor dalam persaingan dalam bentuk kampanye-kampanye buruk perihal kretek dan memaksakan aturan-aturan yang berusaha membunuh kretek.<\/p>\n\n\n\n

                                Lewat dalih kesehatan, mereka mengampanyekan bahwa kretek itu buruk bagi kesehatan. Lewat regulasi, salah satunya dibuatlah regulasi FCTC yang salah satu poinnya mewajibkan penghilangan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok. Tentu saja ini adalah upaya nyata membunuh produk kretek yang memang mengharuskan keberadaan cengkeh dalam kandungan sebatang rokok.<\/p>\n\n\n\n

                                Sejarah mencatat, karena rempah-rempah dan tembakau, dan karena kretek, upaya menjajah negeri ini semakin menggila dan terus menguat hingga akhirnya Indonesia merdeka. Sejarah juga mencatat, lewat rempah-rempah, tembakau, dan produk kretek, para pejuang kemerdekaan negeri ini menjadikannya simbol sekaligus salah satu sumber pendanaan untuk melakukan perlawanan. <\/p>\n\n\n\n

                                Kini, produk kretek yang sudah menjadi kebudayaan di negeri ini hendak kembali diganggu keberadaannya, bahkan hendak dihilangkan. Tidak bisa tidak, sebagai pencinta kretek dan sebagai warga negara Indonesia yang kretek menjadi salah satu kebudayaan di dalamnya, kita harus melawan semua upaya menghancurkan produk kretek. Menang atau kalah, perkara belakangan, yang penting kita sudah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, meminjam perkataan Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang juga menggunakan kretek sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, penjajah Jepang, pemerintah Soekarno, Rezim Orba, yang silih berganti memenjarakannya.
                                <\/p>\n","post_title":"Mempertahankan Tradisi dan Kebudayaan Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mempertahankan-tradisi-dan-kebudayaan-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-24 12:33:48","post_modified_gmt":"2019-03-24 05:33:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5569","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5559,"post_author":"877","post_date":"2019-03-20 09:42:47","post_date_gmt":"2019-03-20 02:42:47","post_content":"\n

                                Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kretek. Sejarahnya yang panjang membuat budaya kretek tidak saja telah merangkum pengetahuan dan kreativitas lokal yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi, melainkan juga melahirkan beragam kekayaan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun. Kretek yang ditemukan di Kudus adalah warisan budaya yang sudah ada bahkan jauh sebelum negara Indonesia lahir. Lebih dari itu, sampai saat ini budaya kretek telah menjadi bagian dari sistem pencarian hidup masyarakat yang menghidupi jutaan orang. <\/p>\n\n\n\n

                                Lahirnya kretek memiliki akar sejarah dalam budaya tembakau, yaitu cara mengonsumsinya, baik dikunyah atau dihisap. Kebiasaan ini lazim disebut nyusur<\/em> atau susur<\/em>. Kita mengenal jenis tembakau susur (mbako susur<\/em>). Sementara budaya tembakau juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang budaya kapur-sirih, yang secara umum disebut nyirih<\/em> atau nginang<\/em>. Dalam budaya nyirih<\/em> atau nginang<\/em> nampak posisi tembakau adalah entitas yang bersifat komplemen atau bahkan substitusi. Dalam perkembangannya istilah nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> dalam bahasa Jawa secara common sense<\/em> digunakan secara sinonim. Nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> boleh jadi tak lagi memiliki perbedaan semantik alias artinya adalah setali tiga uang. <\/p>\n\n\n\n

                                Baca: Kretek Sebagai Budaya Tak Bendawi<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                                Panjangnya usia tradisi nyirih<\/em>, nginang<\/em> dan nyusur<\/em> masyarakat Nusantara setidaknya sudah tergambar dalam salah satu relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9). Relief itu memperlihatkan tempat sirih dan tempat meludah (dubang<\/em>) serta pahatan orang mengunyah di sampingnya, yang lantas ditafsirkan oleh para arkeolog sebagai tengah mengunyah sirih. Ini artinya bisa jadi tradisi nyirih<\/em> atau nginang<\/em>\u2014karena itu juga keberadaan tanaman tembakau dan tradisi nyusur<\/em>\u2014sebenarnya sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Tafsiran sejarah ini mungkin saja benar, meski bukan mustahil juga keliru. Namun menyimak folklore atau tradisi lisan yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Temanggung, asal tembakau konon memang berasal dari Nusantara. Kata mbako<\/em> atau tembakau dipercaya berasal ucapan Ki Ageng Makukuhan pada saat beliau mengobati orang sakit, \u201cIki tambaku\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

                                Sementara di sisi lain, mengingat tidak adanya data literal tentang penggunaan kata \u201ctembakau\u201d sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, maka tafsiran sejarah dominan adalah bangsa Portugis-lah yang disinyalir memperkenalkan tembakau di Indonesia, Tafsiran ini juga didasarkan pada asumsi telaah filologis, di mana kata \u201cbako\u201d<\/em> atau \u201cmbako\u201d<\/em> dalam bahasa Jawa dianggap dekat dengan bahasa Portugis \u201ctumbacco\u201d<\/em> dan \u201ctobacco\u201d<\/em>. Menurut Thomas Stamford Raffles, tembakau diperkenalkan pertamakali ke Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1601. Pun demikian pendapat De Candolle, tembakau juga dibawa masuk Indonesia oleh bangsa Portugis pada 1600. <\/p>\n\n\n\n

                                Meski demikian sebenarnya tetap belum ada catatan pasti kapan persisnya tanaman tembakau dan budaya tembakau masuk dan mulai terbentuk di Indonesia.  Akan tetapi, bagaimana entitas tembakau memiliki pertalian khusus dan secara simultan telah membentuk anyaman sejarah dan wajah kebudayaan Indonesia, bukti-bukti faktualnya demikian kasat mata. Baik itu secara historis, ekonomi, sosiologis maupun antropologis.<\/p>\n\n\n\n

                                Lain halnya komoditas cengkeh. Ini sudah dapat dipastikan adalah tanaman endemik Indonesia timur. Pada awal era modern cengkeh ditemukan tumbuh di daratan Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Moti dan Bakian di Kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 ketika VOC kehilangan monopolinya terhadap perdagangan cengkeh, bangsa Perancis justru berhasil menyelundupkan bibit tanaman cengkeh ke Reuni dan pulau-pulau Lautan Hindia yaitu Zanzibar dan Madagaskar, dan sukses membudidayakannya di sana. <\/p>\n\n\n\n

                                Baca: KRETEK CERMINAN KEDAULATAN EKONOMI DAN TRADISI BUDAYA BANGSA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                                Hanya saja bicara fenomena mengonsumsi tembakau dengan cara baru yaitu \u201cdibakar\u201d, barangkali adalah benar bahwa kebiasaan itu mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dalam Babad Ing Sengkala<\/em> sudah diceritakan tentang kesukaan \u201cmerokok\u201d raja paling agung Mataram-Islam yaitu Sultan Agung. Narasi tentang kebiasaan khalayak luas mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar pun terdokumentasi dalam folklore dan lakon ketoprak kisah cinta Rara Mendut, yang mengambil konteks sejarah pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645).<\/p>\n\n\n\n

                                Juga dalam berbagai teks susatra Jawa lainnya, yang kebanyakan disusun pada awal abad ke-19. Seperti tertulis dalam Centhini (1814), misalnya. Dalam ensiklopedi Jawa ini digunakan kata \u201cngudut\u201d<\/em>, \u201ceses\u201d<\/em> atau \u201cses\u201d<\/em> sebagai istilah umum masyarakat Jawa menyebut kebiasaan mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Istilah rokok baru umum digunakan belakangan pada akhir abad ke-19. Istilah rokok secara filologis berasal dari bahasa Belanda yaitu \u201cro\u2019ken\u201d<\/em> . Ini adalah istilah orang Belanda untuk menyebut aktivitas mengisap pipa dan cerutu.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

                                Jika mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar adalah bagian dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi kapur-sirih, maka budaya kretek adalah temuan termuthakir dari sejarah evolusi budaya mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar. Dalam catatan Darmawan Mangoenkoesoemoe yang berjudul \u201cBijdragen to de kenis van de Kretek-Stroojes Industrie in Het Regenchap Koedoes\u201d<\/em>, sebelum digulung menggunakan kertas seperti bentuknya terkini, pada awalnya dikenal berbagai gulungan tembakau dengan daun atau kulit buah. Klobot<\/em> adalah tembakau yang dibungkus dengan kulit jagung; rokok wangen<\/em> atau rokok diko<\/em> berasal dari daun nipah; rokok pupus<\/em> berasal dari kulit pisang; sedang rokok kawung<\/em> berasal dari kulit enau. <\/p>\n\n\n\n

                                Baca: \u201cKRETEK KAJIAN EKONOMI & BUDAYA EMPAT KOTA\u201d SEBUAH ANALISA DALAM KACAMATA ANTROPOLOGI BUDAYA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                                Gulungan tembakau itu dicampur dengan rajangan rempah seperti kemenyan, pala, kayu manis, kapulaga, dan bahkan patut diduga cengkeh sebenarnya juga sudah ditambahkan, meski barangkali pemakaiannya belum terlalu populer. Dalam sejarah lisan masyarakat Kudus, popularitas penggunaan cengkeh sebagai campuran penting meramu produk olahan tembakau setidaknya dicatat sebagai hasil temuan Haji Djamhari dari Kudus. Banyak sumber mengatakan momen penemuan Haji Djamhari ditaksir antara tahun 1870 \u2013 1880. Dengan demikian usia budaya kretek kini sudah melebihi 125 tahun. Usia yang lebih dari cukup untuk memasukkan kretek dalam kategori warisan budaya, mengingat kriteria batasan usia sebuah cagar budaya menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah berusia limapuluh tahun atau lebih.<\/p>\n\n\n\n

                                Apa yang mesti dicatat, tembakau yang digunakan dalam produksi kretek hampir seluruhnya berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Di Jawa dikenal berbagai jenis tembakau rakyat atau sering disebut juga \u2018tembakau asli\u2019. Oleh kalangan petani, tembakau asli ini sering disebut dengan nama \u2018tembakau Jawa\u2019 atau \u2018tembakau rajangan\u2019. Yang antara lain tembakau Garut, tembakau Temanggung, tembakau Wonosobo, tembakau Lumajang, tembakau Bojonegoro, tembakau Weleri, tembakau Kendal, tembakau Klaten, tembakau Yogyakarta, tembakau Madura, dan lain sebagainya. Sementara di luar Jawa juga menghasilkan tembakau rakyat antara lain daerah Lombok, sebagian Bali, Sumatra Barat dan Sumatera Selatan. Hasilnya digunakan membuat rokok kretek dan rokok putih, juga untuk konsumsi dengan pipa, rokok tradisional maupun untuk dikunyah (mbako susur<\/em>). Jenis tembakau rakyat inilah yang banyak digunakan dalam produksi kretek.<\/p>\n\n\n\n

                                Dari banyaknya ragam jenis tembakau varietas lokal tersebut, jelas menunjukkan adanya local knowledge<\/em> sebagai buah pengalaman panjang tradisi budidaya tembaku di Indonesia. Ambil contoh tembakau Garut, misalnya, di sana dikenal varietas Kecuhejo, Keduomas, Keduhideung, Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan Nani. Sedang tembakau Temanggung dikenal nama beberapa varietas seperti Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo. Selain itu, ada satu varietas khusus yang dianggap paling istimewa yaitu tembakau Kemloko \u00a0dan Srintil dari Temanggung Jawa Tengah. Adapun tembakau Wonosobo terdiri varietas Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel, Lumut, Dunglong, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

                                Baca: KRETEK DALAM PUSARAN BUDAYA BANGSA INDONESIA<\/a><\/h3>\n\n\n\n

                                Selain sistem pengetahuan lokal tentang budidaya, budaya kretek juga merangkum kreativitas dan ketrampilan lokal sebagai bentuk manifestasi dari local knowledge<\/em> lainnya, yakni seni meramu kretek. Seperti kita tahu, citarasa (taste<\/em>) kretek ditentukan tiga hal, yakni tembakau, dan cengkeh perisa (saus). Di sini tembakau dan cengkehnya sudah merupakan hasil campuran (blending<\/em>) berbagai tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Kemudian keduanya diramu dengan perisa dan diproses dengan cara tertentu yang bisa jadi satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda cara agar menghasilkan citarasa yang berbeda dan khas. Seda