Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n
Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n
Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n
Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Pertama, petani tembakau yang terbagi petani kecil dengan lahan sendiri dan tidak luas, petani besar lahan sendiri dan besar,dan petani penggarap dengan lahan sewa <\/p>\n\n\n\n Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Pada klaster pertanian tembakau terdapat banyak elemen diantaranya: <\/p>\n\n\n\n Pertama, petani tembakau yang terbagi petani kecil dengan lahan sendiri dan tidak luas, petani besar lahan sendiri dan besar,dan petani penggarap dengan lahan sewa <\/p>\n\n\n\n Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Di sana, pasti terlihat banyak masyarakat yang ekonominya mengandalkan pada pertembakauan . Elemen masyarakatnya banyak sekali rupa-rupanya di tiap klaster tembakau, cengkeh dan industri. <\/p>\n\n\n\n Pada klaster pertanian tembakau terdapat banyak elemen diantaranya: <\/p>\n\n\n\n Pertama, petani tembakau yang terbagi petani kecil dengan lahan sendiri dan tidak luas, petani besar lahan sendiri dan besar,dan petani penggarap dengan lahan sewa <\/p>\n\n\n\n Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Kalau mau lihat elemen elemen masyarakat yang penghidupannya dari kretek bisa jalan-jalan ke daerah sektor pertanian tembakau seperti Kabupaten Temanggung, sektor pertanian cengkeh di Maluku atau di Bali, sektor industri seperti di Kota Kretek Kudus Jawa Tengah. <\/p>\n\n\n\n Di sana, pasti terlihat banyak masyarakat yang ekonominya mengandalkan pada pertembakauan . Elemen masyarakatnya banyak sekali rupa-rupanya di tiap klaster tembakau, cengkeh dan industri. <\/p>\n\n\n\n Pada klaster pertanian tembakau terdapat banyak elemen diantaranya: <\/p>\n\n\n\n Pertama, petani tembakau yang terbagi petani kecil dengan lahan sendiri dan tidak luas, petani besar lahan sendiri dan besar,dan petani penggarap dengan lahan sewa <\/p>\n\n\n\n Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Fakta riil di lapangan, keberadaan tembakau dan olahannya berupa kretek memberikan penghidupan langsung bagi banyak elemen masyarakat Indonesia.<\/em><\/p>\n\n\n\n Kalau mau lihat elemen elemen masyarakat yang penghidupannya dari kretek bisa jalan-jalan ke daerah sektor pertanian tembakau seperti Kabupaten Temanggung, sektor pertanian cengkeh di Maluku atau di Bali, sektor industri seperti di Kota Kretek Kudus Jawa Tengah. <\/p>\n\n\n\n Di sana, pasti terlihat banyak masyarakat yang ekonominya mengandalkan pada pertembakauan . Elemen masyarakatnya banyak sekali rupa-rupanya di tiap klaster tembakau, cengkeh dan industri. <\/p>\n\n\n\n Pada klaster pertanian tembakau terdapat banyak elemen diantaranya: <\/p>\n\n\n\n Pertama, petani tembakau yang terbagi petani kecil dengan lahan sendiri dan tidak luas, petani besar lahan sendiri dan besar,dan petani penggarap dengan lahan sewa <\/p>\n\n\n\n Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Ghirah pungutan pajak berupa cukai saat ini tidak lagi semata-mata pungutan untuk menambah pemasukan APBN. Lebih dari itu pajak cukai saat ini untuk pengendalian tembakau dan olahannya. <\/p>\n\n\n\n Fakta riil di lapangan, keberadaan tembakau dan olahannya berupa kretek memberikan penghidupan langsung bagi banyak elemen masyarakat Indonesia.<\/em><\/p>\n\n\n\n Kalau mau lihat elemen elemen masyarakat yang penghidupannya dari kretek bisa jalan-jalan ke daerah sektor pertanian tembakau seperti Kabupaten Temanggung, sektor pertanian cengkeh di Maluku atau di Bali, sektor industri seperti di Kota Kretek Kudus Jawa Tengah. <\/p>\n\n\n\n Di sana, pasti terlihat banyak masyarakat yang ekonominya mengandalkan pada pertembakauan . Elemen masyarakatnya banyak sekali rupa-rupanya di tiap klaster tembakau, cengkeh dan industri. <\/p>\n\n\n\n Pada klaster pertanian tembakau terdapat banyak elemen diantaranya: <\/p>\n\n\n\n Pertama, petani tembakau yang terbagi petani kecil dengan lahan sendiri dan tidak luas, petani besar lahan sendiri dan besar,dan petani penggarap dengan lahan sewa <\/p>\n\n\n\n Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Tak lain bukan karena kurangnya bahan baku, bukan karena guncangan ekonomi, tapi lebih terpengaruh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang tidak berpihak. Salah satunya terbitnya PP 109 yang memasukkan tembakau termasuk kategori zat adiktif dan pungutan pajak berupa cukai selalu naik tiap tahunnya. <\/p>\n\n\n\n Ghirah pungutan pajak berupa cukai saat ini tidak lagi semata-mata pungutan untuk menambah pemasukan APBN. Lebih dari itu pajak cukai saat ini untuk pengendalian tembakau dan olahannya. <\/p>\n\n\n\n Fakta riil di lapangan, keberadaan tembakau dan olahannya berupa kretek memberikan penghidupan langsung bagi banyak elemen masyarakat Indonesia.<\/em><\/p>\n\n\n\n Kalau mau lihat elemen elemen masyarakat yang penghidupannya dari kretek bisa jalan-jalan ke daerah sektor pertanian tembakau seperti Kabupaten Temanggung, sektor pertanian cengkeh di Maluku atau di Bali, sektor industri seperti di Kota Kretek Kudus Jawa Tengah. <\/p>\n\n\n\n Di sana, pasti terlihat banyak masyarakat yang ekonominya mengandalkan pada pertembakauan . Elemen masyarakatnya banyak sekali rupa-rupanya di tiap klaster tembakau, cengkeh dan industri. <\/p>\n\n\n\n Pada klaster pertanian tembakau terdapat banyak elemen diantaranya: <\/p>\n\n\n\n Pertama, petani tembakau yang terbagi petani kecil dengan lahan sendiri dan tidak luas, petani besar lahan sendiri dan besar,dan petani penggarap dengan lahan sewa <\/p>\n\n\n\n Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Justru perjalanan rokok kretek di Indonesia terkendala kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak. Perjalanan rokok kretek pelan-pelan tergerus keberadaan regulasi. Dahulu industri kecil dan besar jumlahnya ribuan, sekarang tinggal ratusan. <\/p>\n\n\n\n Tak lain bukan karena kurangnya bahan baku, bukan karena guncangan ekonomi, tapi lebih terpengaruh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang tidak berpihak. Salah satunya terbitnya PP 109 yang memasukkan tembakau termasuk kategori zat adiktif dan pungutan pajak berupa cukai selalu naik tiap tahunnya. <\/p>\n\n\n\n Ghirah pungutan pajak berupa cukai saat ini tidak lagi semata-mata pungutan untuk menambah pemasukan APBN. Lebih dari itu pajak cukai saat ini untuk pengendalian tembakau dan olahannya. <\/p>\n\n\n\n Fakta riil di lapangan, keberadaan tembakau dan olahannya berupa kretek memberikan penghidupan langsung bagi banyak elemen masyarakat Indonesia.<\/em><\/p>\n\n\n\n Kalau mau lihat elemen elemen masyarakat yang penghidupannya dari kretek bisa jalan-jalan ke daerah sektor pertanian tembakau seperti Kabupaten Temanggung, sektor pertanian cengkeh di Maluku atau di Bali, sektor industri seperti di Kota Kretek Kudus Jawa Tengah. <\/p>\n\n\n\n Di sana, pasti terlihat banyak masyarakat yang ekonominya mengandalkan pada pertembakauan . Elemen masyarakatnya banyak sekali rupa-rupanya di tiap klaster tembakau, cengkeh dan industri. <\/p>\n\n\n\n Pada klaster pertanian tembakau terdapat banyak elemen diantaranya: <\/p>\n\n\n\n Pertama, petani tembakau yang terbagi petani kecil dengan lahan sendiri dan tidak luas, petani besar lahan sendiri dan besar,dan petani penggarap dengan lahan sewa <\/p>\n\n\n\n Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Semenjak kretek diproduksi massal oleh Nitisemito, saudagar asal Kota Kretek Kudus Jawa Tengah sekitar abad 20, kretek menjadi salah satu industri padat karya dan tahan goncangan ekonomi global dari dulu hingga sekarang. Banyak literasi sejarah kretek yang mengatakan demikian. Buktinya lagi, sampai detik ini masih terlihat eksistensi industri rokok kretek yang tersebar di bumi Nusantara.<\/p>\n\n\n\n Justru perjalanan rokok kretek di Indonesia terkendala kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak. Perjalanan rokok kretek pelan-pelan tergerus keberadaan regulasi. Dahulu industri kecil dan besar jumlahnya ribuan, sekarang tinggal ratusan. <\/p>\n\n\n\n Tak lain bukan karena kurangnya bahan baku, bukan karena guncangan ekonomi, tapi lebih terpengaruh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang tidak berpihak. Salah satunya terbitnya PP 109 yang memasukkan tembakau termasuk kategori zat adiktif dan pungutan pajak berupa cukai selalu naik tiap tahunnya. <\/p>\n\n\n\n Ghirah pungutan pajak berupa cukai saat ini tidak lagi semata-mata pungutan untuk menambah pemasukan APBN. Lebih dari itu pajak cukai saat ini untuk pengendalian tembakau dan olahannya. <\/p>\n\n\n\n Fakta riil di lapangan, keberadaan tembakau dan olahannya berupa kretek memberikan penghidupan langsung bagi banyak elemen masyarakat Indonesia.<\/em><\/p>\n\n\n\n Kalau mau lihat elemen elemen masyarakat yang penghidupannya dari kretek bisa jalan-jalan ke daerah sektor pertanian tembakau seperti Kabupaten Temanggung, sektor pertanian cengkeh di Maluku atau di Bali, sektor industri seperti di Kota Kretek Kudus Jawa Tengah. <\/p>\n\n\n\n Di sana, pasti terlihat banyak masyarakat yang ekonominya mengandalkan pada pertembakauan . Elemen masyarakatnya banyak sekali rupa-rupanya di tiap klaster tembakau, cengkeh dan industri. <\/p>\n\n\n\n Pada klaster pertanian tembakau terdapat banyak elemen diantaranya: <\/p>\n\n\n\n Pertama, petani tembakau yang terbagi petani kecil dengan lahan sendiri dan tidak luas, petani besar lahan sendiri dan besar,dan petani penggarap dengan lahan sewa <\/p>\n\n\n\n Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Tulisan ini menanggapi Anggota Komisi IX DPR: Perokok Anak Naik karena Harga Rokok Murah<\/a><\/p>\n","post_title":"Sukarji dan Suraji dalam Berbincang Harga Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sukarji-dan-suraji-dalam-berbincang-harga-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-11 12:54:44","post_modified_gmt":"2020-09-11 05:54:44","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7070","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7067,"post_author":"877","post_date":"2020-09-10 15:26:21","post_date_gmt":"2020-09-10 08:26:21","post_content":"\n Semenjak kretek diproduksi massal oleh Nitisemito, saudagar asal Kota Kretek Kudus Jawa Tengah sekitar abad 20, kretek menjadi salah satu industri padat karya dan tahan goncangan ekonomi global dari dulu hingga sekarang. Banyak literasi sejarah kretek yang mengatakan demikian. Buktinya lagi, sampai detik ini masih terlihat eksistensi industri rokok kretek yang tersebar di bumi Nusantara.<\/p>\n\n\n\n Justru perjalanan rokok kretek di Indonesia terkendala kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak. Perjalanan rokok kretek pelan-pelan tergerus keberadaan regulasi. Dahulu industri kecil dan besar jumlahnya ribuan, sekarang tinggal ratusan. <\/p>\n\n\n\n Tak lain bukan karena kurangnya bahan baku, bukan karena guncangan ekonomi, tapi lebih terpengaruh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang tidak berpihak. Salah satunya terbitnya PP 109 yang memasukkan tembakau termasuk kategori zat adiktif dan pungutan pajak berupa cukai selalu naik tiap tahunnya. <\/p>\n\n\n\n Ghirah pungutan pajak berupa cukai saat ini tidak lagi semata-mata pungutan untuk menambah pemasukan APBN. Lebih dari itu pajak cukai saat ini untuk pengendalian tembakau dan olahannya. <\/p>\n\n\n\n Fakta riil di lapangan, keberadaan tembakau dan olahannya berupa kretek memberikan penghidupan langsung bagi banyak elemen masyarakat Indonesia.<\/em><\/p>\n\n\n\n Kalau mau lihat elemen elemen masyarakat yang penghidupannya dari kretek bisa jalan-jalan ke daerah sektor pertanian tembakau seperti Kabupaten Temanggung, sektor pertanian cengkeh di Maluku atau di Bali, sektor industri seperti di Kota Kretek Kudus Jawa Tengah. <\/p>\n\n\n\n Di sana, pasti terlihat banyak masyarakat yang ekonominya mengandalkan pada pertembakauan . Elemen masyarakatnya banyak sekali rupa-rupanya di tiap klaster tembakau, cengkeh dan industri. <\/p>\n\n\n\n Pada klaster pertanian tembakau terdapat banyak elemen diantaranya: <\/p>\n\n\n\n Pertama, petani tembakau yang terbagi petani kecil dengan lahan sendiri dan tidak luas, petani besar lahan sendiri dan besar,dan petani penggarap dengan lahan sewa <\/p>\n\n\n\n Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Suraji: Jumatan dulu, Kar. Si Laela udah jadi milik orang sekarang. Ia dinikahi Parjo. Parjo perokok berat. Mungkin itulah alasan Laela memilih Parjo. Laela yakin di balik lelaki yang merokok \"berat\", ada keromantisan ketika sang istri yang melintingkan.<\/p>\n\n\n\n Tulisan ini menanggapi Anggota Komisi IX DPR: Perokok Anak Naik karena Harga Rokok Murah<\/a><\/p>\n","post_title":"Sukarji dan Suraji dalam Berbincang Harga Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sukarji-dan-suraji-dalam-berbincang-harga-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-11 12:54:44","post_modified_gmt":"2020-09-11 05:54:44","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7070","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7067,"post_author":"877","post_date":"2020-09-10 15:26:21","post_date_gmt":"2020-09-10 08:26:21","post_content":"\n Semenjak kretek diproduksi massal oleh Nitisemito, saudagar asal Kota Kretek Kudus Jawa Tengah sekitar abad 20, kretek menjadi salah satu industri padat karya dan tahan goncangan ekonomi global dari dulu hingga sekarang. Banyak literasi sejarah kretek yang mengatakan demikian. Buktinya lagi, sampai detik ini masih terlihat eksistensi industri rokok kretek yang tersebar di bumi Nusantara.<\/p>\n\n\n\n Justru perjalanan rokok kretek di Indonesia terkendala kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak. Perjalanan rokok kretek pelan-pelan tergerus keberadaan regulasi. Dahulu industri kecil dan besar jumlahnya ribuan, sekarang tinggal ratusan. <\/p>\n\n\n\n Tak lain bukan karena kurangnya bahan baku, bukan karena guncangan ekonomi, tapi lebih terpengaruh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang tidak berpihak. Salah satunya terbitnya PP 109 yang memasukkan tembakau termasuk kategori zat adiktif dan pungutan pajak berupa cukai selalu naik tiap tahunnya. <\/p>\n\n\n\n Ghirah pungutan pajak berupa cukai saat ini tidak lagi semata-mata pungutan untuk menambah pemasukan APBN. Lebih dari itu pajak cukai saat ini untuk pengendalian tembakau dan olahannya. <\/p>\n\n\n\n Fakta riil di lapangan, keberadaan tembakau dan olahannya berupa kretek memberikan penghidupan langsung bagi banyak elemen masyarakat Indonesia.<\/em><\/p>\n\n\n\n Kalau mau lihat elemen elemen masyarakat yang penghidupannya dari kretek bisa jalan-jalan ke daerah sektor pertanian tembakau seperti Kabupaten Temanggung, sektor pertanian cengkeh di Maluku atau di Bali, sektor industri seperti di Kota Kretek Kudus Jawa Tengah. <\/p>\n\n\n\n Di sana, pasti terlihat banyak masyarakat yang ekonominya mengandalkan pada pertembakauan . Elemen masyarakatnya banyak sekali rupa-rupanya di tiap klaster tembakau, cengkeh dan industri. <\/p>\n\n\n\n Pada klaster pertanian tembakau terdapat banyak elemen diantaranya: <\/p>\n\n\n\n Pertama, petani tembakau yang terbagi petani kecil dengan lahan sendiri dan tidak luas, petani besar lahan sendiri dan besar,dan petani penggarap dengan lahan sewa <\/p>\n\n\n\n Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
ukarji: Eh, gimana kabar Si Laela?<\/p>\n\n\n\n Suraji: Jumatan dulu, Kar. Si Laela udah jadi milik orang sekarang. Ia dinikahi Parjo. Parjo perokok berat. Mungkin itulah alasan Laela memilih Parjo. Laela yakin di balik lelaki yang merokok \"berat\", ada keromantisan ketika sang istri yang melintingkan.<\/p>\n\n\n\n Tulisan ini menanggapi Anggota Komisi IX DPR: Perokok Anak Naik karena Harga Rokok Murah<\/a><\/p>\n","post_title":"Sukarji dan Suraji dalam Berbincang Harga Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sukarji-dan-suraji-dalam-berbincang-harga-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-11 12:54:44","post_modified_gmt":"2020-09-11 05:54:44","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7070","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7067,"post_author":"877","post_date":"2020-09-10 15:26:21","post_date_gmt":"2020-09-10 08:26:21","post_content":"\n Semenjak kretek diproduksi massal oleh Nitisemito, saudagar asal Kota Kretek Kudus Jawa Tengah sekitar abad 20, kretek menjadi salah satu industri padat karya dan tahan goncangan ekonomi global dari dulu hingga sekarang. Banyak literasi sejarah kretek yang mengatakan demikian. Buktinya lagi, sampai detik ini masih terlihat eksistensi industri rokok kretek yang tersebar di bumi Nusantara.<\/p>\n\n\n\n Justru perjalanan rokok kretek di Indonesia terkendala kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak. Perjalanan rokok kretek pelan-pelan tergerus keberadaan regulasi. Dahulu industri kecil dan besar jumlahnya ribuan, sekarang tinggal ratusan. <\/p>\n\n\n\n Tak lain bukan karena kurangnya bahan baku, bukan karena guncangan ekonomi, tapi lebih terpengaruh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang tidak berpihak. Salah satunya terbitnya PP 109 yang memasukkan tembakau termasuk kategori zat adiktif dan pungutan pajak berupa cukai selalu naik tiap tahunnya. <\/p>\n\n\n\n Ghirah pungutan pajak berupa cukai saat ini tidak lagi semata-mata pungutan untuk menambah pemasukan APBN. Lebih dari itu pajak cukai saat ini untuk pengendalian tembakau dan olahannya. <\/p>\n\n\n\n Fakta riil di lapangan, keberadaan tembakau dan olahannya berupa kretek memberikan penghidupan langsung bagi banyak elemen masyarakat Indonesia.<\/em><\/p>\n\n\n\n Kalau mau lihat elemen elemen masyarakat yang penghidupannya dari kretek bisa jalan-jalan ke daerah sektor pertanian tembakau seperti Kabupaten Temanggung, sektor pertanian cengkeh di Maluku atau di Bali, sektor industri seperti di Kota Kretek Kudus Jawa Tengah. <\/p>\n\n\n\n Di sana, pasti terlihat banyak masyarakat yang ekonominya mengandalkan pada pertembakauan . Elemen masyarakatnya banyak sekali rupa-rupanya di tiap klaster tembakau, cengkeh dan industri. <\/p>\n\n\n\n Pada klaster pertanian tembakau terdapat banyak elemen diantaranya: <\/p>\n\n\n\n Pertama, petani tembakau yang terbagi petani kecil dengan lahan sendiri dan tidak luas, petani besar lahan sendiri dan besar,dan petani penggarap dengan lahan sewa <\/p>\n\n\n\n Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Mbokku mbiyen ya Fatayat terus Muslimat. Sampai sekarang, setiap seminggu sekali, dari rumah ke rumah, kumpul-kumpul menghidupkan organisasi. Tapi sayang ga jadi DPR, jadi kalau liat anak-anaknya merokok, beliau tetap menasehati. \"Jangan merokok, Le, masih kecil.\" Tapi tentu saja, Mbokku yang tidak DPR itu, tidak lantas mencuci tangan dengan mengatakan \"rokok terlalu murah, bikin anak-anak jadi merokok\". S<\/p>\n\n\n\n ukarji: Eh, gimana kabar Si Laela?<\/p>\n\n\n\n Suraji: Jumatan dulu, Kar. Si Laela udah jadi milik orang sekarang. Ia dinikahi Parjo. Parjo perokok berat. Mungkin itulah alasan Laela memilih Parjo. Laela yakin di balik lelaki yang merokok \"berat\", ada keromantisan ketika sang istri yang melintingkan.<\/p>\n\n\n\n Tulisan ini menanggapi Anggota Komisi IX DPR: Perokok Anak Naik karena Harga Rokok Murah<\/a><\/p>\n","post_title":"Sukarji dan Suraji dalam Berbincang Harga Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sukarji-dan-suraji-dalam-berbincang-harga-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-11 12:54:44","post_modified_gmt":"2020-09-11 05:54:44","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7070","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7067,"post_author":"877","post_date":"2020-09-10 15:26:21","post_date_gmt":"2020-09-10 08:26:21","post_content":"\n Semenjak kretek diproduksi massal oleh Nitisemito, saudagar asal Kota Kretek Kudus Jawa Tengah sekitar abad 20, kretek menjadi salah satu industri padat karya dan tahan goncangan ekonomi global dari dulu hingga sekarang. Banyak literasi sejarah kretek yang mengatakan demikian. Buktinya lagi, sampai detik ini masih terlihat eksistensi industri rokok kretek yang tersebar di bumi Nusantara.<\/p>\n\n\n\n Justru perjalanan rokok kretek di Indonesia terkendala kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak. Perjalanan rokok kretek pelan-pelan tergerus keberadaan regulasi. Dahulu industri kecil dan besar jumlahnya ribuan, sekarang tinggal ratusan. <\/p>\n\n\n\n Tak lain bukan karena kurangnya bahan baku, bukan karena guncangan ekonomi, tapi lebih terpengaruh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang tidak berpihak. Salah satunya terbitnya PP 109 yang memasukkan tembakau termasuk kategori zat adiktif dan pungutan pajak berupa cukai selalu naik tiap tahunnya. <\/p>\n\n\n\n Ghirah pungutan pajak berupa cukai saat ini tidak lagi semata-mata pungutan untuk menambah pemasukan APBN. Lebih dari itu pajak cukai saat ini untuk pengendalian tembakau dan olahannya. <\/p>\n\n\n\n Fakta riil di lapangan, keberadaan tembakau dan olahannya berupa kretek memberikan penghidupan langsung bagi banyak elemen masyarakat Indonesia.<\/em><\/p>\n\n\n\n Kalau mau lihat elemen elemen masyarakat yang penghidupannya dari kretek bisa jalan-jalan ke daerah sektor pertanian tembakau seperti Kabupaten Temanggung, sektor pertanian cengkeh di Maluku atau di Bali, sektor industri seperti di Kota Kretek Kudus Jawa Tengah. <\/p>\n\n\n\n Di sana, pasti terlihat banyak masyarakat yang ekonominya mengandalkan pada pertembakauan . Elemen masyarakatnya banyak sekali rupa-rupanya di tiap klaster tembakau, cengkeh dan industri. <\/p>\n\n\n\n Pada klaster pertanian tembakau terdapat banyak elemen diantaranya: <\/p>\n\n\n\n Pertama, petani tembakau yang terbagi petani kecil dengan lahan sendiri dan tidak luas, petani besar lahan sendiri dan besar,dan petani penggarap dengan lahan sewa <\/p>\n\n\n\n Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Suraji: Ngaca, Kar. Kalian menyerang rokok ya alasan template saja. Baca deh berita ini, isinya template belaka. Menyuruh orang komprehensif, tapi kalian sendiri mengajari, bahwa untuk memutuskan sesuatu, cukup pakai satu hal saja. Soal anak kecil merokok, itu bukan karena harga yang kalian bilang \"murah\", tapi kerja pengawasan kalian yang sebenarnya murahan. Tinggal mau mengakui atau tidak!Ya mau bagaimana, uang antirokok masih manis rasanya. <\/p>\n\n\n\n Mbokku mbiyen ya Fatayat terus Muslimat. Sampai sekarang, setiap seminggu sekali, dari rumah ke rumah, kumpul-kumpul menghidupkan organisasi. Tapi sayang ga jadi DPR, jadi kalau liat anak-anaknya merokok, beliau tetap menasehati. \"Jangan merokok, Le, masih kecil.\" Tapi tentu saja, Mbokku yang tidak DPR itu, tidak lantas mencuci tangan dengan mengatakan \"rokok terlalu murah, bikin anak-anak jadi merokok\". S<\/p>\n\n\n\n ukarji: Eh, gimana kabar Si Laela?<\/p>\n\n\n\n Suraji: Jumatan dulu, Kar. Si Laela udah jadi milik orang sekarang. Ia dinikahi Parjo. Parjo perokok berat. Mungkin itulah alasan Laela memilih Parjo. Laela yakin di balik lelaki yang merokok \"berat\", ada keromantisan ketika sang istri yang melintingkan.<\/p>\n\n\n\n Tulisan ini menanggapi Anggota Komisi IX DPR: Perokok Anak Naik karena Harga Rokok Murah<\/a><\/p>\n","post_title":"Sukarji dan Suraji dalam Berbincang Harga Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sukarji-dan-suraji-dalam-berbincang-harga-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-11 12:54:44","post_modified_gmt":"2020-09-11 05:54:44","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7070","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7067,"post_author":"877","post_date":"2020-09-10 15:26:21","post_date_gmt":"2020-09-10 08:26:21","post_content":"\n Semenjak kretek diproduksi massal oleh Nitisemito, saudagar asal Kota Kretek Kudus Jawa Tengah sekitar abad 20, kretek menjadi salah satu industri padat karya dan tahan goncangan ekonomi global dari dulu hingga sekarang. Banyak literasi sejarah kretek yang mengatakan demikian. Buktinya lagi, sampai detik ini masih terlihat eksistensi industri rokok kretek yang tersebar di bumi Nusantara.<\/p>\n\n\n\n Justru perjalanan rokok kretek di Indonesia terkendala kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak. Perjalanan rokok kretek pelan-pelan tergerus keberadaan regulasi. Dahulu industri kecil dan besar jumlahnya ribuan, sekarang tinggal ratusan. <\/p>\n\n\n\n Tak lain bukan karena kurangnya bahan baku, bukan karena guncangan ekonomi, tapi lebih terpengaruh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang tidak berpihak. Salah satunya terbitnya PP 109 yang memasukkan tembakau termasuk kategori zat adiktif dan pungutan pajak berupa cukai selalu naik tiap tahunnya. <\/p>\n\n\n\n Ghirah pungutan pajak berupa cukai saat ini tidak lagi semata-mata pungutan untuk menambah pemasukan APBN. Lebih dari itu pajak cukai saat ini untuk pengendalian tembakau dan olahannya. <\/p>\n\n\n\n Fakta riil di lapangan, keberadaan tembakau dan olahannya berupa kretek memberikan penghidupan langsung bagi banyak elemen masyarakat Indonesia.<\/em><\/p>\n\n\n\n Kalau mau lihat elemen elemen masyarakat yang penghidupannya dari kretek bisa jalan-jalan ke daerah sektor pertanian tembakau seperti Kabupaten Temanggung, sektor pertanian cengkeh di Maluku atau di Bali, sektor industri seperti di Kota Kretek Kudus Jawa Tengah. <\/p>\n\n\n\n Di sana, pasti terlihat banyak masyarakat yang ekonominya mengandalkan pada pertembakauan . Elemen masyarakatnya banyak sekali rupa-rupanya di tiap klaster tembakau, cengkeh dan industri. <\/p>\n\n\n\n Pada klaster pertanian tembakau terdapat banyak elemen diantaranya: <\/p>\n\n\n\n Pertama, petani tembakau yang terbagi petani kecil dengan lahan sendiri dan tidak luas, petani besar lahan sendiri dan besar,dan petani penggarap dengan lahan sewa <\/p>\n\n\n\n Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Sukarji: Halah, itu alasan klasik para perokok saja. <\/p>\n\n\n\n Suraji: Ngaca, Kar. Kalian menyerang rokok ya alasan template saja. Baca deh berita ini, isinya template belaka. Menyuruh orang komprehensif, tapi kalian sendiri mengajari, bahwa untuk memutuskan sesuatu, cukup pakai satu hal saja. Soal anak kecil merokok, itu bukan karena harga yang kalian bilang \"murah\", tapi kerja pengawasan kalian yang sebenarnya murahan. Tinggal mau mengakui atau tidak!Ya mau bagaimana, uang antirokok masih manis rasanya. <\/p>\n\n\n\n Mbokku mbiyen ya Fatayat terus Muslimat. Sampai sekarang, setiap seminggu sekali, dari rumah ke rumah, kumpul-kumpul menghidupkan organisasi. Tapi sayang ga jadi DPR, jadi kalau liat anak-anaknya merokok, beliau tetap menasehati. \"Jangan merokok, Le, masih kecil.\" Tapi tentu saja, Mbokku yang tidak DPR itu, tidak lantas mencuci tangan dengan mengatakan \"rokok terlalu murah, bikin anak-anak jadi merokok\". S<\/p>\n\n\n\n ukarji: Eh, gimana kabar Si Laela?<\/p>\n\n\n\n Suraji: Jumatan dulu, Kar. Si Laela udah jadi milik orang sekarang. Ia dinikahi Parjo. Parjo perokok berat. Mungkin itulah alasan Laela memilih Parjo. Laela yakin di balik lelaki yang merokok \"berat\", ada keromantisan ketika sang istri yang melintingkan.<\/p>\n\n\n\n Tulisan ini menanggapi Anggota Komisi IX DPR: Perokok Anak Naik karena Harga Rokok Murah<\/a><\/p>\n","post_title":"Sukarji dan Suraji dalam Berbincang Harga Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sukarji-dan-suraji-dalam-berbincang-harga-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-11 12:54:44","post_modified_gmt":"2020-09-11 05:54:44","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7070","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7067,"post_author":"877","post_date":"2020-09-10 15:26:21","post_date_gmt":"2020-09-10 08:26:21","post_content":"\n Semenjak kretek diproduksi massal oleh Nitisemito, saudagar asal Kota Kretek Kudus Jawa Tengah sekitar abad 20, kretek menjadi salah satu industri padat karya dan tahan goncangan ekonomi global dari dulu hingga sekarang. Banyak literasi sejarah kretek yang mengatakan demikian. Buktinya lagi, sampai detik ini masih terlihat eksistensi industri rokok kretek yang tersebar di bumi Nusantara.<\/p>\n\n\n\n Justru perjalanan rokok kretek di Indonesia terkendala kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak. Perjalanan rokok kretek pelan-pelan tergerus keberadaan regulasi. Dahulu industri kecil dan besar jumlahnya ribuan, sekarang tinggal ratusan. <\/p>\n\n\n\n Tak lain bukan karena kurangnya bahan baku, bukan karena guncangan ekonomi, tapi lebih terpengaruh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang tidak berpihak. Salah satunya terbitnya PP 109 yang memasukkan tembakau termasuk kategori zat adiktif dan pungutan pajak berupa cukai selalu naik tiap tahunnya. <\/p>\n\n\n\n Ghirah pungutan pajak berupa cukai saat ini tidak lagi semata-mata pungutan untuk menambah pemasukan APBN. Lebih dari itu pajak cukai saat ini untuk pengendalian tembakau dan olahannya. <\/p>\n\n\n\n Fakta riil di lapangan, keberadaan tembakau dan olahannya berupa kretek memberikan penghidupan langsung bagi banyak elemen masyarakat Indonesia.<\/em><\/p>\n\n\n\n Kalau mau lihat elemen elemen masyarakat yang penghidupannya dari kretek bisa jalan-jalan ke daerah sektor pertanian tembakau seperti Kabupaten Temanggung, sektor pertanian cengkeh di Maluku atau di Bali, sektor industri seperti di Kota Kretek Kudus Jawa Tengah. <\/p>\n\n\n\n Di sana, pasti terlihat banyak masyarakat yang ekonominya mengandalkan pada pertembakauan . Elemen masyarakatnya banyak sekali rupa-rupanya di tiap klaster tembakau, cengkeh dan industri. <\/p>\n\n\n\n Pada klaster pertanian tembakau terdapat banyak elemen diantaranya: <\/p>\n\n\n\n Pertama, petani tembakau yang terbagi petani kecil dengan lahan sendiri dan tidak luas, petani besar lahan sendiri dan besar,dan petani penggarap dengan lahan sewa <\/p>\n\n\n\n Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Wong setahu saya, pabrik-pabrik rokok, yang membantu negara menghentaskan pengangguran dan kemiskinan itu, sudah mematuhi poin-poin yang kalian buat. Soal lain-lainnya, ya tergantung bagaimana kalian melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam peraturan tersebut.Atau jangan-jangan, kalian ini cuma mengikuti arus saja, kalo mayoritas bilang, \"rokok biang segala hal negatif di Indonesia, maka kalian akan bilang yang sama. Biar ndak dikucilkan atau tetap pada posisi aman. Kok kalah sama ikan, yang berani berenang menantang arus.<\/p>\n\n\n\n Sukarji: Halah, itu alasan klasik para perokok saja. <\/p>\n\n\n\n Suraji: Ngaca, Kar. Kalian menyerang rokok ya alasan template saja. Baca deh berita ini, isinya template belaka. Menyuruh orang komprehensif, tapi kalian sendiri mengajari, bahwa untuk memutuskan sesuatu, cukup pakai satu hal saja. Soal anak kecil merokok, itu bukan karena harga yang kalian bilang \"murah\", tapi kerja pengawasan kalian yang sebenarnya murahan. Tinggal mau mengakui atau tidak!Ya mau bagaimana, uang antirokok masih manis rasanya. <\/p>\n\n\n\n Mbokku mbiyen ya Fatayat terus Muslimat. Sampai sekarang, setiap seminggu sekali, dari rumah ke rumah, kumpul-kumpul menghidupkan organisasi. Tapi sayang ga jadi DPR, jadi kalau liat anak-anaknya merokok, beliau tetap menasehati. \"Jangan merokok, Le, masih kecil.\" Tapi tentu saja, Mbokku yang tidak DPR itu, tidak lantas mencuci tangan dengan mengatakan \"rokok terlalu murah, bikin anak-anak jadi merokok\". S<\/p>\n\n\n\n ukarji: Eh, gimana kabar Si Laela?<\/p>\n\n\n\n Suraji: Jumatan dulu, Kar. Si Laela udah jadi milik orang sekarang. Ia dinikahi Parjo. Parjo perokok berat. Mungkin itulah alasan Laela memilih Parjo. Laela yakin di balik lelaki yang merokok \"berat\", ada keromantisan ketika sang istri yang melintingkan.<\/p>\n\n\n\n Tulisan ini menanggapi Anggota Komisi IX DPR: Perokok Anak Naik karena Harga Rokok Murah<\/a><\/p>\n","post_title":"Sukarji dan Suraji dalam Berbincang Harga Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sukarji-dan-suraji-dalam-berbincang-harga-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-11 12:54:44","post_modified_gmt":"2020-09-11 05:54:44","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7070","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7067,"post_author":"877","post_date":"2020-09-10 15:26:21","post_date_gmt":"2020-09-10 08:26:21","post_content":"\n Semenjak kretek diproduksi massal oleh Nitisemito, saudagar asal Kota Kretek Kudus Jawa Tengah sekitar abad 20, kretek menjadi salah satu industri padat karya dan tahan goncangan ekonomi global dari dulu hingga sekarang. Banyak literasi sejarah kretek yang mengatakan demikian. Buktinya lagi, sampai detik ini masih terlihat eksistensi industri rokok kretek yang tersebar di bumi Nusantara.<\/p>\n\n\n\n Justru perjalanan rokok kretek di Indonesia terkendala kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak. Perjalanan rokok kretek pelan-pelan tergerus keberadaan regulasi. Dahulu industri kecil dan besar jumlahnya ribuan, sekarang tinggal ratusan. <\/p>\n\n\n\n Tak lain bukan karena kurangnya bahan baku, bukan karena guncangan ekonomi, tapi lebih terpengaruh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang tidak berpihak. Salah satunya terbitnya PP 109 yang memasukkan tembakau termasuk kategori zat adiktif dan pungutan pajak berupa cukai selalu naik tiap tahunnya. <\/p>\n\n\n\n Ghirah pungutan pajak berupa cukai saat ini tidak lagi semata-mata pungutan untuk menambah pemasukan APBN. Lebih dari itu pajak cukai saat ini untuk pengendalian tembakau dan olahannya. <\/p>\n\n\n\n Fakta riil di lapangan, keberadaan tembakau dan olahannya berupa kretek memberikan penghidupan langsung bagi banyak elemen masyarakat Indonesia.<\/em><\/p>\n\n\n\n Kalau mau lihat elemen elemen masyarakat yang penghidupannya dari kretek bisa jalan-jalan ke daerah sektor pertanian tembakau seperti Kabupaten Temanggung, sektor pertanian cengkeh di Maluku atau di Bali, sektor industri seperti di Kota Kretek Kudus Jawa Tengah. <\/p>\n\n\n\n Di sana, pasti terlihat banyak masyarakat yang ekonominya mengandalkan pada pertembakauan . Elemen masyarakatnya banyak sekali rupa-rupanya di tiap klaster tembakau, cengkeh dan industri. <\/p>\n\n\n\n Pada klaster pertanian tembakau terdapat banyak elemen diantaranya: <\/p>\n\n\n\n Pertama, petani tembakau yang terbagi petani kecil dengan lahan sendiri dan tidak luas, petani besar lahan sendiri dan besar,dan petani penggarap dengan lahan sewa <\/p>\n\n\n\n Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Suraji: Ya, bisa. Wong kalian ini sudah banyak bikin peraturan soal dunia pertembakauan di Indonesia. Coba baca-baca ulang PP 109 dan seabrek peraturan lainnya. Apakah peraturan itu hanya sebagai bukti bahwa orang-orang atas biar terlihat sudah bekerja? Tapi pengamalan atas peraturan yang mereka buat sendiri, diabaikan? Atau memang dengan menyalahkan \"rokok\" adalah satu dari sekian banyak tujuan mengamankan kepercayaan publik? <\/p>\n\n\n\n Wong setahu saya, pabrik-pabrik rokok, yang membantu negara menghentaskan pengangguran dan kemiskinan itu, sudah mematuhi poin-poin yang kalian buat. Soal lain-lainnya, ya tergantung bagaimana kalian melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam peraturan tersebut.Atau jangan-jangan, kalian ini cuma mengikuti arus saja, kalo mayoritas bilang, \"rokok biang segala hal negatif di Indonesia, maka kalian akan bilang yang sama. Biar ndak dikucilkan atau tetap pada posisi aman. Kok kalah sama ikan, yang berani berenang menantang arus.<\/p>\n\n\n\n Sukarji: Halah, itu alasan klasik para perokok saja. <\/p>\n\n\n\n Suraji: Ngaca, Kar. Kalian menyerang rokok ya alasan template saja. Baca deh berita ini, isinya template belaka. Menyuruh orang komprehensif, tapi kalian sendiri mengajari, bahwa untuk memutuskan sesuatu, cukup pakai satu hal saja. Soal anak kecil merokok, itu bukan karena harga yang kalian bilang \"murah\", tapi kerja pengawasan kalian yang sebenarnya murahan. Tinggal mau mengakui atau tidak!Ya mau bagaimana, uang antirokok masih manis rasanya. <\/p>\n\n\n\n Mbokku mbiyen ya Fatayat terus Muslimat. Sampai sekarang, setiap seminggu sekali, dari rumah ke rumah, kumpul-kumpul menghidupkan organisasi. Tapi sayang ga jadi DPR, jadi kalau liat anak-anaknya merokok, beliau tetap menasehati. \"Jangan merokok, Le, masih kecil.\" Tapi tentu saja, Mbokku yang tidak DPR itu, tidak lantas mencuci tangan dengan mengatakan \"rokok terlalu murah, bikin anak-anak jadi merokok\". S<\/p>\n\n\n\n ukarji: Eh, gimana kabar Si Laela?<\/p>\n\n\n\n Suraji: Jumatan dulu, Kar. Si Laela udah jadi milik orang sekarang. Ia dinikahi Parjo. Parjo perokok berat. Mungkin itulah alasan Laela memilih Parjo. Laela yakin di balik lelaki yang merokok \"berat\", ada keromantisan ketika sang istri yang melintingkan.<\/p>\n\n\n\n Tulisan ini menanggapi Anggota Komisi IX DPR: Perokok Anak Naik karena Harga Rokok Murah<\/a><\/p>\n","post_title":"Sukarji dan Suraji dalam Berbincang Harga Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sukarji-dan-suraji-dalam-berbincang-harga-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-11 12:54:44","post_modified_gmt":"2020-09-11 05:54:44","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7070","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7067,"post_author":"877","post_date":"2020-09-10 15:26:21","post_date_gmt":"2020-09-10 08:26:21","post_content":"\n Semenjak kretek diproduksi massal oleh Nitisemito, saudagar asal Kota Kretek Kudus Jawa Tengah sekitar abad 20, kretek menjadi salah satu industri padat karya dan tahan goncangan ekonomi global dari dulu hingga sekarang. Banyak literasi sejarah kretek yang mengatakan demikian. Buktinya lagi, sampai detik ini masih terlihat eksistensi industri rokok kretek yang tersebar di bumi Nusantara.<\/p>\n\n\n\n Justru perjalanan rokok kretek di Indonesia terkendala kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak. Perjalanan rokok kretek pelan-pelan tergerus keberadaan regulasi. Dahulu industri kecil dan besar jumlahnya ribuan, sekarang tinggal ratusan. <\/p>\n\n\n\n Tak lain bukan karena kurangnya bahan baku, bukan karena guncangan ekonomi, tapi lebih terpengaruh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang tidak berpihak. Salah satunya terbitnya PP 109 yang memasukkan tembakau termasuk kategori zat adiktif dan pungutan pajak berupa cukai selalu naik tiap tahunnya. <\/p>\n\n\n\n Ghirah pungutan pajak berupa cukai saat ini tidak lagi semata-mata pungutan untuk menambah pemasukan APBN. Lebih dari itu pajak cukai saat ini untuk pengendalian tembakau dan olahannya. <\/p>\n\n\n\n Fakta riil di lapangan, keberadaan tembakau dan olahannya berupa kretek memberikan penghidupan langsung bagi banyak elemen masyarakat Indonesia.<\/em><\/p>\n\n\n\n Kalau mau lihat elemen elemen masyarakat yang penghidupannya dari kretek bisa jalan-jalan ke daerah sektor pertanian tembakau seperti Kabupaten Temanggung, sektor pertanian cengkeh di Maluku atau di Bali, sektor industri seperti di Kota Kretek Kudus Jawa Tengah. <\/p>\n\n\n\n Di sana, pasti terlihat banyak masyarakat yang ekonominya mengandalkan pada pertembakauan . Elemen masyarakatnya banyak sekali rupa-rupanya di tiap klaster tembakau, cengkeh dan industri. <\/p>\n\n\n\n Pada klaster pertanian tembakau terdapat banyak elemen diantaranya: <\/p>\n\n\n\n Pertama, petani tembakau yang terbagi petani kecil dengan lahan sendiri dan tidak luas, petani besar lahan sendiri dan besar,dan petani penggarap dengan lahan sewa <\/p>\n\n\n\n Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi penentu mengapa tingwe bisa menjadi tren di kalangan anak muda saat ini. Pertama, tentu adalah kehadiran tembakau gayo yang fenomenal itu. Tembakau<\/a> berwarna hijau yang jika dibakar aromanya mirip ganja itu tengah gandrung di kalangan anak muda. Bahkan harga jual tembakau hijau gayo tergolong paling tinggi ketimbang harga tembakau lainnya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kedua, tentu saja karena faktor harga rokok yang makin tinggi. Mau diakui atau tidak, tren tingwe ini naik ketika pemerintah menaikkan tarif cukai hingga angka 23%. Hal ini tentu membuat harga rokok naik signifikan dan menjadikannya terbilang mahal untuk sebagian orang.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Hal inilah yang kemudian membuat mereka mencoba beralih ke tingwe yang secara ekonomi terbilang jauh lebih murah. Hanya dengan modal uang Rp 20 ribu, mereka bisa sebats sampai satu minggu. Perbandingan yang cukup jauh dibandingkan dengan membeli rokok di pasaran.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Keadaan pandemi yang membuat perekonomian semakin sulit dan perkara sebats jadi makin sering kemudian menjadikannya berlipatganda lagi. Sudah harga mahal, uang susah dicari, maka tingwe menjadi solusi. Daripada uang habis untuk rokok yang mahal, ya mending untuk tingwe. Begitu kira-kira.\u00a0<\/strong><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Namun, faktor yang menjadi fondasi utama dari fenomenalnya tingwe ini adalah kemampuan para pedagang tembakau iris beradaptasi dengan pasar. Kini rokok tingwe tidak melulu soal tembakau yang berat, tapi juga memiliki variasi rasa. Malah ada tembakau iris yang diberikan saus rasa-rasa yang pernah ada. Maksudnya rasa rokok yang pernah ada begitu lo.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Bagi penggemar rokok putihan, ada rasa Malboro. Bagi penggemar Dji Sam Soe atau Djarum Super, tembakau dengan rasa itu juga ada. Bahkan tembakau dengan rasa-rasa susu atau sirup juga ada. Ini kemudian yang melengkapi tembakau khas macam gayo hingga bisa disukai oleh pasar perokok.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Tanpa hal terakhir, saya kira rokok tingwe tidak bakal menjadi fenomenal seperti sekarang. Karena adaptasi yang dikakukan oleh para pedagang lah kemudian tingwe bisa jadi tren di kalangan anak muda. Karena adaptasi bagi perokok dan pedagang rokok adalah keniscayaan, mengingat negara ini kerap membuat kebijakan ngaco yang harus disikapi dengan perlawanan.\u00a0<\/p>\r\n","post_title":"Beberapa Alasan Kenapa Rokok Tingwe Menjadi Tren di Masyarakat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"beberapa-alasan-kenapa-rokok-tingwe-menjadi-tren-di-masyarakat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-05-26 12:16:26","post_modified_gmt":"2021-05-26 05:16:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7051","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":19},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Sukarji: Kok bisa begitu?<\/p>\n\n\n\n Suraji: Ya, bisa. Wong kalian ini sudah banyak bikin peraturan soal dunia pertembakauan di Indonesia. Coba baca-baca ulang PP 109 dan seabrek peraturan lainnya. Apakah peraturan itu hanya sebagai bukti bahwa orang-orang atas biar terlihat sudah bekerja? Tapi pengamalan atas peraturan yang mereka buat sendiri, diabaikan? Atau memang dengan menyalahkan \"rokok\" adalah satu dari sekian banyak tujuan mengamankan kepercayaan publik? <\/p>\n\n\n\n Wong setahu saya, pabrik-pabrik rokok, yang membantu negara menghentaskan pengangguran dan kemiskinan itu, sudah mematuhi poin-poin yang kalian buat. Soal lain-lainnya, ya tergantung bagaimana kalian melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam peraturan tersebut.Atau jangan-jangan, kalian ini cuma mengikuti arus saja, kalo mayoritas bilang, \"rokok biang segala hal negatif di Indonesia, maka kalian akan bilang yang sama. Biar ndak dikucilkan atau tetap pada posisi aman. Kok kalah sama ikan, yang berani berenang menantang arus.<\/p>\n\n\n\n Sukarji: Halah, itu alasan klasik para perokok saja. <\/p>\n\n\n\n Suraji: Ngaca, Kar. Kalian menyerang rokok ya alasan template saja. Baca deh berita ini, isinya template belaka. Menyuruh orang komprehensif, tapi kalian sendiri mengajari, bahwa untuk memutuskan sesuatu, cukup pakai satu hal saja. Soal anak kecil merokok, itu bukan karena harga yang kalian bilang \"murah\", tapi kerja pengawasan kalian yang sebenarnya murahan. Tinggal mau mengakui atau tidak!Ya mau bagaimana, uang antirokok masih manis rasanya. <\/p>\n\n\n\n Mbokku mbiyen ya Fatayat terus Muslimat. Sampai sekarang, setiap seminggu sekali, dari rumah ke rumah, kumpul-kumpul menghidupkan organisasi. Tapi sayang ga jadi DPR, jadi kalau liat anak-anaknya merokok, beliau tetap menasehati. \"Jangan merokok, Le, masih kecil.\" Tapi tentu saja, Mbokku yang tidak DPR itu, tidak lantas mencuci tangan dengan mengatakan \"rokok terlalu murah, bikin anak-anak jadi merokok\". S<\/p>\n\n\n\n ukarji: Eh, gimana kabar Si Laela?<\/p>\n\n\n\n Suraji: Jumatan dulu, Kar. Si Laela udah jadi milik orang sekarang. Ia dinikahi Parjo. Parjo perokok berat. Mungkin itulah alasan Laela memilih Parjo. Laela yakin di balik lelaki yang merokok \"berat\", ada keromantisan ketika sang istri yang melintingkan.<\/p>\n\n\n\n Tulisan ini menanggapi Anggota Komisi IX DPR: Perokok Anak Naik karena Harga Rokok Murah<\/a><\/p>\n","post_title":"Sukarji dan Suraji dalam Berbincang Harga Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sukarji-dan-suraji-dalam-berbincang-harga-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-11 12:54:44","post_modified_gmt":"2020-09-11 05:54:44","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7070","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7067,"post_author":"877","post_date":"2020-09-10 15:26:21","post_date_gmt":"2020-09-10 08:26:21","post_content":"\n Semenjak kretek diproduksi massal oleh Nitisemito, saudagar asal Kota Kretek Kudus Jawa Tengah sekitar abad 20, kretek menjadi salah satu industri padat karya dan tahan goncangan ekonomi global dari dulu hingga sekarang. Banyak literasi sejarah kretek yang mengatakan demikian. Buktinya lagi, sampai detik ini masih terlihat eksistensi industri rokok kretek yang tersebar di bumi Nusantara.<\/p>\n\n\n\n Justru perjalanan rokok kretek di Indonesia terkendala kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak. Perjalanan rokok kretek pelan-pelan tergerus keberadaan regulasi. Dahulu industri kecil dan besar jumlahnya ribuan, sekarang tinggal ratusan. <\/p>\n\n\n\n Tak lain bukan karena kurangnya bahan baku, bukan karena guncangan ekonomi, tapi lebih terpengaruh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang tidak berpihak. Salah satunya terbitnya PP 109 yang memasukkan tembakau termasuk kategori zat adiktif dan pungutan pajak berupa cukai selalu naik tiap tahunnya. <\/p>\n\n\n\n Ghirah pungutan pajak berupa cukai saat ini tidak lagi semata-mata pungutan untuk menambah pemasukan APBN. Lebih dari itu pajak cukai saat ini untuk pengendalian tembakau dan olahannya. <\/p>\n\n\n\n Fakta riil di lapangan, keberadaan tembakau dan olahannya berupa kretek memberikan penghidupan langsung bagi banyak elemen masyarakat Indonesia.<\/em><\/p>\n\n\n\n Kalau mau lihat elemen elemen masyarakat yang penghidupannya dari kretek bisa jalan-jalan ke daerah sektor pertanian tembakau seperti Kabupaten Temanggung, sektor pertanian cengkeh di Maluku atau di Bali, sektor industri seperti di Kota Kretek Kudus Jawa Tengah. <\/p>\n\n\n\n Di sana, pasti terlihat banyak masyarakat yang ekonominya mengandalkan pada pertembakauan . Elemen masyarakatnya banyak sekali rupa-rupanya di tiap klaster tembakau, cengkeh dan industri. <\/p>\n\n\n\n Pada klaster pertanian tembakau terdapat banyak elemen diantaranya: <\/p>\n\n\n\n Pertama, petani tembakau yang terbagi petani kecil dengan lahan sendiri dan tidak luas, petani besar lahan sendiri dan besar,dan petani penggarap dengan lahan sewa <\/p>\n\n\n\n Kedua, buruh tani, yaitu orang bekerja ke petani tiap harinya. Terkadang buruh tani punya lahan tapi kecil, dan lahannya sering di nomor duakan saat menggarap, dan lebih diutamakan lahan majikannya. Namun mayoritas buruh tani tidak punya lahan, dan hidupnya menggantungkan dari hasil dia bekerja pada majikan (petani). Tidak sedikit buruh tani punya keahlian yang mumpuni dalam bertani. Bahkan terkadang kemampuan bertaninya mengalahkan majikannya.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, pengrajin keranjang tembakau; ia adalah pembuat keranjang tempat tembakau saat panen tiba. Namun biasanya untuk dapat stok keranjang dengan jumlah banyak, ia harus membuat jauh-jauh hari sebelum panen. Pembuat keranjang punya keahlian khusus, tidak sembarang orang bisa buatnya. Ukuran dan bobot keranjang syarat mutlak pengetahuan yang harus dimiliki. Keranjangnya memang khusus dijual ke petani tembakau. <\/p>\n\n\n\n Keempat, usaha transportasi; saat panen raya tembakau,di daerah pertembakauan banyak mobil pick up, truck lalu lalang di jalanan dengan membawa tembakau dari petani ke gudang. Ternyata mobil-mobil tersebut dipersiapkan untuk panen tembakau. Saat hari biasa, mobil-mobil tersebut jarang jalan\/ jarang dipakai. Bagi petani yang mapan biasanya punya sendiri, namun jumlahnya tidak banyak. Tetap membutuhkan armada lain saat panen raya tembakau tiba. <\/p>\n\n\n\n Pada Klaster industri batik skala kecil atau besar terbagi beberapa elemen orang yang hidup dari tembakau dan hasil olahannya. Seperti buruh giling, ia bekerja di industri rokok fokus menggiling atau membuat rokok dengan alat bantu sederhana terbuat dari kayu. Keahlian menggiling rokok ini bukan perkara mudah, ia sebelumnya harus berlatih giat guna dapat hasil menggiling sempurna sesuai permintaan industri dan konsumen. Menggiling rokok atau membuat rokok merupakan keahlian warisan nenek moyang. penggiling mengandalkan pengalaman dan jam terbang, semakin lama ia menggeluti penggilingan biasa semakin lincah, semakin cepat dan hasilnya rapi. Penggiling saat ini kebanyakan kaum hawa. Konon, dahulu posisi penggiling didominasi kaum adam. <\/p>\n\n\n\n Dalam klaster industri ada lagi yang dinamakan buruh mbatil, yaitu orang yang kerjaannya hanya merapikan rokok setelah dari penggilingan. Merapikan rokok dengan menggunting ujung hisap dan ujung bakar rokok. Karena biasanya rokok setelah dari penggilingan di tiap ujungnya terdapat tembakau yang tidak beraturan. Di industri rokok, kelas orang mbatil dibawah penggiling. Nah, biasanya pem mbatil senior (jam kerjanya sudah lama) akan naik tingkat ke penggiling. <\/p>\n\n\n\n Elemen industri selanjutnya adalah karyawan bagian manajemen dan marketing. Di industri rokok bagian manajemen dan marketing sangat dibutuhkan. Dan ia mayoritas tidak bisa menggiling rokok, namun tugasnya hanya mengatur jalannya perusahaan dan penjualan produk rokok. Bagian ini juga sebagai penentu eksistensi industri rokok. Manajemen amburadul dan pemasaran serta penjualan rokok sangat ditentukan bagian manajemen dan marketing. <\/p>\n\n\n\n Klaster selanjutnya yang hidupnya dari hasil pertembakauan adalah usaha percetakan bungkus rokok. Jasa yang ditawarkan dalam usaha ini, biasanya mulai dari pengadaan kertas pembungkus hingga desain grafisnya. Memang perusahaan percetakan banyak sekali, biasanya untuk kebutuhan yang berhubungan rokok usaha percetakannya fokus membuat barang yang berhubungan dengan rokok tidak yang lain.<\/p>\n\n\n\n Efek domino pertembakauan lainnya adalah klaster pasar tradisional, tokok klotok sampai pada usaha penitipan sepeda dan motor. Usaha ini banyak dilihat di sekitar industri rokok. Mereka menjual semua kebutuhan hidup buruh rokok. Jadi buruh rokok tidak susah payah harus membeli kebutuhan tiap harinya. <\/p>\n\n\n\n Disini terlihat banyak elemen masyarakat yang hidupnya menggantungkan pada sektor pertembakauan dan hasil olahannya. Jika dijumlah sekitar kurang lebih ratusan ribu orang bahkan lebih. <\/p>\n\n\n\n Namun sayang, setelah memasuki pemerintahan reformasi, keberadaan mereka yang hidupnya dari hasil tembakau dan olahannya tidak pernah sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan regulasi. Yang ada, regulasi pemerintah justru berpihak pada kelompok orang yang ingin mematikan pangan mereka. Salah satu praktik ketidakadilan pemerintah dalam melindungi hajat hidup manusia di Indonesia, yang berhak mendapatkan perlindungan akan keberlangsungan hidupnya. <\/p>\n\n\n\n Salah satu contoh kebijakan menaikkan pungutan cukai, akan berimbas ke petani, buruh dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor tembakau dan olahannya. Cukai naik, hasil olahannya berupa rokok dipastikan naik. Ketika naik, daya beli melemah, pendapat industri melemah, pembelian bahan baku melemah, jumlah produksi melemah. Ketika jumlah produsen berkurang, maka pendapatan semua elemen sektor pertembakauan akan berkurang dan melemah, imbas dari kenaikan cukai. Masih banyak lagi regulasi semasa reformasi ini yang terbit dan ditunggangi kepentingan asing dan kepentingan anti rokok. Sekitar 10 tahun yang lalu, keberadaan rokok tingwe masih dianggap sebelah mata terutama oleh orang-orang yang hidup di ibukota serta pinggirannya seperti saya. 5 tahun lalu, mulai banyak orang yang saya lihat mengonsumsi rokok tingwe<\/a>, tapi stratanya masih sama seperti yang dulu. Kini, tingwe telah menjadi tren bahkan bagi orang-orang perkotaan yang urban.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Rokok lintingan sendiri atau rokok linting dewe ini memang menjadi fenomena setidaknya selama satu atau dua tahun terakhir. Kenaikan tarif cukai rokok yang tinggi membuatnya menjadi solusi bagi sebagian orang. Bahkan, lebih dari sekadar solusi, posisi tingwe di hadapan masyarakat kini menjadi lebih tinggi.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Dulu, tingwe seringkali diidentikkan dengan orang tua. Ya maklum, hingga saat ini juga masih banyak kakek-nenek yang merokok tingwe. Padahal ya tidak sedikit juga orang lanjut usia yang mengonsumsi rokok kretek yang ada di pasaran. Namun, tetap saja tingwe identik dengan orang tua karena kita dulu melihat mbah-mbah di kampung halaman mengonsumsinya.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Kini, merokok tingwe telah menjadi tren di kalangan anak muda (bahkan perkotaan). Mereka tak lagi malu biar pun disebut seperti orang tua jika mengonsumsi produk budaya ini. Bahkan mereka merasa keren saja gitu kalau mengonsumsi tingwe.\u00a0<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n
<\/p>\n","post_title":"Kretek, Penghidupan bagi Masyarakat dan Negara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-penghidupan-bagi-masyarakat-dan-negara","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-10 15:26:23","post_modified_gmt":"2020-09-10 08:26:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=7067","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":7051,"post_author":"853","post_date":"2020-09-04 12:10:34","post_date_gmt":"2020-09-04 05:10:34","post_content":"\r\n