Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n
Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n
Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya. <\/p>\n\n\n\n Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Bandar undara Internasional Nyi Ageng Serang Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 637 hektar. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3600 meter merski kini di tahap awal baru disediakan sekitar 3250 meter saja. Akses yang tinggi untuk masuk dan keluar dari Yogyakarta menggunakan jalur transportas udara menjadi salah satu alasan mengapa bandara ini dibangun. Pasalnya, bandara lainnya yang saat ini masih beroperasi yaitu Adi Sucipto sudah tak mampu lagi menerima 6 juta penumpang tiap tahunnya karena kapasitasnya yang hanya 1.2 juta penumpang saja.<\/p>\n\n\n\n Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya. <\/p>\n\n\n\n Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Hingga kini bangunan tersebut masih tampak gagah berdiri dan masih aktif untuk digunakan. Keindahan ornamennya juga membuatnya menjadi salah satu dari berbagai Masjid indah yang ada di tanah air. Jika tengah berkunjung ke Sumatera Utara, Masjid Raya Medan boleh menjadi salah satu destinasi wisata religi anda.<\/p>\n","post_title":"Smokers Travellers: Jejak Keemasan Tembakau Deli di Masjid Raya Al-Ma\u2019shun Medan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"jejak-keemasan-tembakau-deli-di-masjid-raya-al-mashun-medan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-30 10:37:28","post_modified_gmt":"2019-06-30 03:37:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5834","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5806,"post_author":"919","post_date":"2019-06-23 08:33:39","post_date_gmt":"2019-06-23 01:33:39","post_content":"\n Bandar undara Internasional Nyi Ageng Serang Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 637 hektar. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3600 meter merski kini di tahap awal baru disediakan sekitar 3250 meter saja. Akses yang tinggi untuk masuk dan keluar dari Yogyakarta menggunakan jalur transportas udara menjadi salah satu alasan mengapa bandara ini dibangun. Pasalnya, bandara lainnya yang saat ini masih beroperasi yaitu Adi Sucipto sudah tak mampu lagi menerima 6 juta penumpang tiap tahunnya karena kapasitasnya yang hanya 1.2 juta penumpang saja.<\/p>\n\n\n\n Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya. <\/p>\n\n\n\n Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Masjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang masjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.<\/p>\n\n\n\n Hingga kini bangunan tersebut masih tampak gagah berdiri dan masih aktif untuk digunakan. Keindahan ornamennya juga membuatnya menjadi salah satu dari berbagai Masjid indah yang ada di tanah air. Jika tengah berkunjung ke Sumatera Utara, Masjid Raya Medan boleh menjadi salah satu destinasi wisata religi anda.<\/p>\n","post_title":"Smokers Travellers: Jejak Keemasan Tembakau Deli di Masjid Raya Al-Ma\u2019shun Medan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"jejak-keemasan-tembakau-deli-di-masjid-raya-al-mashun-medan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-30 10:37:28","post_modified_gmt":"2019-06-30 03:37:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5834","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5806,"post_author":"919","post_date":"2019-06-23 08:33:39","post_date_gmt":"2019-06-23 01:33:39","post_content":"\n Bandar undara Internasional Nyi Ageng Serang Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 637 hektar. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3600 meter merski kini di tahap awal baru disediakan sekitar 3250 meter saja. Akses yang tinggi untuk masuk dan keluar dari Yogyakarta menggunakan jalur transportas udara menjadi salah satu alasan mengapa bandara ini dibangun. Pasalnya, bandara lainnya yang saat ini masih beroperasi yaitu Adi Sucipto sudah tak mampu lagi menerima 6 juta penumpang tiap tahunnya karena kapasitasnya yang hanya 1.2 juta penumpang saja.<\/p>\n\n\n\n Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya. <\/p>\n\n\n\n Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tidak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda maupun jendela-jendela lengkung itu mengingatkan desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan.<\/p>\n\n\n\n Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Masjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang masjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.<\/p>\n\n\n\n Hingga kini bangunan tersebut masih tampak gagah berdiri dan masih aktif untuk digunakan. Keindahan ornamennya juga membuatnya menjadi salah satu dari berbagai Masjid indah yang ada di tanah air. Jika tengah berkunjung ke Sumatera Utara, Masjid Raya Medan boleh menjadi salah satu destinasi wisata religi anda.<\/p>\n","post_title":"Smokers Travellers: Jejak Keemasan Tembakau Deli di Masjid Raya Al-Ma\u2019shun Medan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"jejak-keemasan-tembakau-deli-di-masjid-raya-al-mashun-medan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-30 10:37:28","post_modified_gmt":"2019-06-30 03:37:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5834","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5806,"post_author":"919","post_date":"2019-06-23 08:33:39","post_date_gmt":"2019-06-23 01:33:39","post_content":"\n Bandar undara Internasional Nyi Ageng Serang Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 637 hektar. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3600 meter merski kini di tahap awal baru disediakan sekitar 3250 meter saja. Akses yang tinggi untuk masuk dan keluar dari Yogyakarta menggunakan jalur transportas udara menjadi salah satu alasan mengapa bandara ini dibangun. Pasalnya, bandara lainnya yang saat ini masih beroperasi yaitu Adi Sucipto sudah tak mampu lagi menerima 6 juta penumpang tiap tahunnya karena kapasitasnya yang hanya 1.2 juta penumpang saja.<\/p>\n\n\n\n Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya. <\/p>\n\n\n\n Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Seluruh ornamentasi di dalam masjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.<\/p>\n\n\n\n Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tidak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda maupun jendela-jendela lengkung itu mengingatkan desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan.<\/p>\n\n\n\n Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Masjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang masjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.<\/p>\n\n\n\n Hingga kini bangunan tersebut masih tampak gagah berdiri dan masih aktif untuk digunakan. Keindahan ornamennya juga membuatnya menjadi salah satu dari berbagai Masjid indah yang ada di tanah air. Jika tengah berkunjung ke Sumatera Utara, Masjid Raya Medan boleh menjadi salah satu destinasi wisata religi anda.<\/p>\n","post_title":"Smokers Travellers: Jejak Keemasan Tembakau Deli di Masjid Raya Al-Ma\u2019shun Medan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"jejak-keemasan-tembakau-deli-di-masjid-raya-al-mashun-medan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-30 10:37:28","post_modified_gmt":"2019-06-30 03:37:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5834","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5806,"post_author":"919","post_date":"2019-06-23 08:33:39","post_date_gmt":"2019-06-23 01:33:39","post_content":"\n Bandar undara Internasional Nyi Ageng Serang Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 637 hektar. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3600 meter merski kini di tahap awal baru disediakan sekitar 3250 meter saja. Akses yang tinggi untuk masuk dan keluar dari Yogyakarta menggunakan jalur transportas udara menjadi salah satu alasan mengapa bandara ini dibangun. Pasalnya, bandara lainnya yang saat ini masih beroperasi yaitu Adi Sucipto sudah tak mampu lagi menerima 6 juta penumpang tiap tahunnya karena kapasitasnya yang hanya 1.2 juta penumpang saja.<\/p>\n\n\n\n Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya. <\/p>\n\n\n\n Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat \u2018beranda\u2019 serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan Art Nouveau<\/em> periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam.<\/p>\n\n\n\n Seluruh ornamentasi di dalam masjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.<\/p>\n\n\n\n Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tidak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda maupun jendela-jendela lengkung itu mengingatkan desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan.<\/p>\n\n\n\n Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Masjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang masjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.<\/p>\n\n\n\n Hingga kini bangunan tersebut masih tampak gagah berdiri dan masih aktif untuk digunakan. Keindahan ornamennya juga membuatnya menjadi salah satu dari berbagai Masjid indah yang ada di tanah air. Jika tengah berkunjung ke Sumatera Utara, Masjid Raya Medan boleh menjadi salah satu destinasi wisata religi anda.<\/p>\n","post_title":"Smokers Travellers: Jejak Keemasan Tembakau Deli di Masjid Raya Al-Ma\u2019shun Medan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"jejak-keemasan-tembakau-deli-di-masjid-raya-al-mashun-medan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-30 10:37:28","post_modified_gmt":"2019-06-30 03:37:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5834","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5806,"post_author":"919","post_date":"2019-06-23 08:33:39","post_date_gmt":"2019-06-23 01:33:39","post_content":"\n Bandar undara Internasional Nyi Ageng Serang Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 637 hektar. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3600 meter merski kini di tahap awal baru disediakan sekitar 3250 meter saja. Akses yang tinggi untuk masuk dan keluar dari Yogyakarta menggunakan jalur transportas udara menjadi salah satu alasan mengapa bandara ini dibangun. Pasalnya, bandara lainnya yang saat ini masih beroperasi yaitu Adi Sucipto sudah tak mampu lagi menerima 6 juta penumpang tiap tahunnya karena kapasitasnya yang hanya 1.2 juta penumpang saja.<\/p>\n\n\n\n Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya. <\/p>\n\n\n\n Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa, Melayu dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak seperti masjid-masjid kebanyakan. Empat penjuru masjid masing-masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing-masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.<\/p>\n\n\n\n Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat \u2018beranda\u2019 serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan Art Nouveau<\/em> periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam.<\/p>\n\n\n\n Seluruh ornamentasi di dalam masjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.<\/p>\n\n\n\n Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tidak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda maupun jendela-jendela lengkung itu mengingatkan desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan.<\/p>\n\n\n\n Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Masjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang masjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.<\/p>\n\n\n\n Hingga kini bangunan tersebut masih tampak gagah berdiri dan masih aktif untuk digunakan. Keindahan ornamennya juga membuatnya menjadi salah satu dari berbagai Masjid indah yang ada di tanah air. Jika tengah berkunjung ke Sumatera Utara, Masjid Raya Medan boleh menjadi salah satu destinasi wisata religi anda.<\/p>\n","post_title":"Smokers Travellers: Jejak Keemasan Tembakau Deli di Masjid Raya Al-Ma\u2019shun Medan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"jejak-keemasan-tembakau-deli-di-masjid-raya-al-mashun-medan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-30 10:37:28","post_modified_gmt":"2019-06-30 03:37:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5834","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5806,"post_author":"919","post_date":"2019-06-23 08:33:39","post_date_gmt":"2019-06-23 01:33:39","post_content":"\n Bandar undara Internasional Nyi Ageng Serang Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 637 hektar. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3600 meter merski kini di tahap awal baru disediakan sekitar 3250 meter saja. Akses yang tinggi untuk masuk dan keluar dari Yogyakarta menggunakan jalur transportas udara menjadi salah satu alasan mengapa bandara ini dibangun. Pasalnya, bandara lainnya yang saat ini masih beroperasi yaitu Adi Sucipto sudah tak mampu lagi menerima 6 juta penumpang tiap tahunnya karena kapasitasnya yang hanya 1.2 juta penumpang saja.<\/p>\n\n\n\n Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya. <\/p>\n\n\n\n Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Arsitektur pembangunan Masjid Raya Medan awalnya diserahkan oleh orang Belanda bernama, Van Erp yang kebetulan juga menjadi otak di balik keindahan Istana Maimun Medan. Namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah<\/p>\n\n\n\n JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa, Melayu dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak seperti masjid-masjid kebanyakan. Empat penjuru masjid masing-masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing-masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.<\/p>\n\n\n\n Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat \u2018beranda\u2019 serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan Art Nouveau<\/em> periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam.<\/p>\n\n\n\n Seluruh ornamentasi di dalam masjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.<\/p>\n\n\n\n Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tidak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda maupun jendela-jendela lengkung itu mengingatkan desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan.<\/p>\n\n\n\n Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Masjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang masjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.<\/p>\n\n\n\n Hingga kini bangunan tersebut masih tampak gagah berdiri dan masih aktif untuk digunakan. Keindahan ornamennya juga membuatnya menjadi salah satu dari berbagai Masjid indah yang ada di tanah air. Jika tengah berkunjung ke Sumatera Utara, Masjid Raya Medan boleh menjadi salah satu destinasi wisata religi anda.<\/p>\n","post_title":"Smokers Travellers: Jejak Keemasan Tembakau Deli di Masjid Raya Al-Ma\u2019shun Medan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"jejak-keemasan-tembakau-deli-di-masjid-raya-al-mashun-medan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-30 10:37:28","post_modified_gmt":"2019-06-30 03:37:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5834","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5806,"post_author":"919","post_date":"2019-06-23 08:33:39","post_date_gmt":"2019-06-23 01:33:39","post_content":"\n Bandar undara Internasional Nyi Ageng Serang Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 637 hektar. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3600 meter merski kini di tahap awal baru disediakan sekitar 3250 meter saja. Akses yang tinggi untuk masuk dan keluar dari Yogyakarta menggunakan jalur transportas udara menjadi salah satu alasan mengapa bandara ini dibangun. Pasalnya, bandara lainnya yang saat ini masih beroperasi yaitu Adi Sucipto sudah tak mampu lagi menerima 6 juta penumpang tiap tahunnya karena kapasitasnya yang hanya 1.2 juta penumpang saja.<\/p>\n\n\n\n Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya. <\/p>\n\n\n\n Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Menurut catatan sejarah, Masjid Raya ini dibangun tahun 1906 dan baru selesai tahun 1909. Seluruh biaya pembangunannya ditanggung oleh Sultan Maimun al Rasyid Perkasa Alamsyah, hasil dari penjualan tembakau. Konon, biaya sebesar satu juta gulden digelontorkan untuk membangun masjid yang menjadi pintu masuk ajaran agama Islam di Sumatera Utara itu.<\/p>\n\n\n\n Arsitektur pembangunan Masjid Raya Medan awalnya diserahkan oleh orang Belanda bernama, Van Erp yang kebetulan juga menjadi otak di balik keindahan Istana Maimun Medan. Namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah<\/p>\n\n\n\n JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa, Melayu dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak seperti masjid-masjid kebanyakan. Empat penjuru masjid masing-masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing-masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.<\/p>\n\n\n\n Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat \u2018beranda\u2019 serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan Art Nouveau<\/em> periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam.<\/p>\n\n\n\n Seluruh ornamentasi di dalam masjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.<\/p>\n\n\n\n Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tidak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda maupun jendela-jendela lengkung itu mengingatkan desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan.<\/p>\n\n\n\n Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Masjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang masjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.<\/p>\n\n\n\n Hingga kini bangunan tersebut masih tampak gagah berdiri dan masih aktif untuk digunakan. Keindahan ornamennya juga membuatnya menjadi salah satu dari berbagai Masjid indah yang ada di tanah air. Jika tengah berkunjung ke Sumatera Utara, Masjid Raya Medan boleh menjadi salah satu destinasi wisata religi anda.<\/p>\n","post_title":"Smokers Travellers: Jejak Keemasan Tembakau Deli di Masjid Raya Al-Ma\u2019shun Medan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"jejak-keemasan-tembakau-deli-di-masjid-raya-al-mashun-medan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-30 10:37:28","post_modified_gmt":"2019-06-30 03:37:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5834","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5806,"post_author":"919","post_date":"2019-06-23 08:33:39","post_date_gmt":"2019-06-23 01:33:39","post_content":"\n Bandar undara Internasional Nyi Ageng Serang Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 637 hektar. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3600 meter merski kini di tahap awal baru disediakan sekitar 3250 meter saja. Akses yang tinggi untuk masuk dan keluar dari Yogyakarta menggunakan jalur transportas udara menjadi salah satu alasan mengapa bandara ini dibangun. Pasalnya, bandara lainnya yang saat ini masih beroperasi yaitu Adi Sucipto sudah tak mampu lagi menerima 6 juta penumpang tiap tahunnya karena kapasitasnya yang hanya 1.2 juta penumpang saja.<\/p>\n\n\n\n Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya. <\/p>\n\n\n\n Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Bukan hanya PSMS Medan yang menggambarkan keagungan Tembakau Deli. Lepas dari kesebelasan berjuluk Ayam Kinantan tersebut, Mari sejenak berkunjung ke Masjid Raya Al-Ma\u2019shun atau yang lebih popular disebut dengan Masjid Raya Medan. Terletak di Jl. Sisingamangaraja No.61, sekilas tak ada aroma tembakau atau ornamen tanaman tersebut di dalamnya. Namun pembangunan rumah ibadah kebanggan umat muslim di Sumatera Utara itu ternyata berkaitan dengan Tembakau Deli.<\/p>\n\n\n\n Menurut catatan sejarah, Masjid Raya ini dibangun tahun 1906 dan baru selesai tahun 1909. Seluruh biaya pembangunannya ditanggung oleh Sultan Maimun al Rasyid Perkasa Alamsyah, hasil dari penjualan tembakau. Konon, biaya sebesar satu juta gulden digelontorkan untuk membangun masjid yang menjadi pintu masuk ajaran agama Islam di Sumatera Utara itu.<\/p>\n\n\n\n Arsitektur pembangunan Masjid Raya Medan awalnya diserahkan oleh orang Belanda bernama, Van Erp yang kebetulan juga menjadi otak di balik keindahan Istana Maimun Medan. Namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah<\/p>\n\n\n\n JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa, Melayu dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak seperti masjid-masjid kebanyakan. Empat penjuru masjid masing-masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing-masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.<\/p>\n\n\n\n Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat \u2018beranda\u2019 serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan Art Nouveau<\/em> periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam.<\/p>\n\n\n\n Seluruh ornamentasi di dalam masjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.<\/p>\n\n\n\n Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tidak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda maupun jendela-jendela lengkung itu mengingatkan desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan.<\/p>\n\n\n\n Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Masjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang masjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.<\/p>\n\n\n\n Hingga kini bangunan tersebut masih tampak gagah berdiri dan masih aktif untuk digunakan. Keindahan ornamennya juga membuatnya menjadi salah satu dari berbagai Masjid indah yang ada di tanah air. Jika tengah berkunjung ke Sumatera Utara, Masjid Raya Medan boleh menjadi salah satu destinasi wisata religi anda.<\/p>\n","post_title":"Smokers Travellers: Jejak Keemasan Tembakau Deli di Masjid Raya Al-Ma\u2019shun Medan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"jejak-keemasan-tembakau-deli-di-masjid-raya-al-mashun-medan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-30 10:37:28","post_modified_gmt":"2019-06-30 03:37:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5834","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5806,"post_author":"919","post_date":"2019-06-23 08:33:39","post_date_gmt":"2019-06-23 01:33:39","post_content":"\n Bandar undara Internasional Nyi Ageng Serang Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 637 hektar. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3600 meter merski kini di tahap awal baru disediakan sekitar 3250 meter saja. Akses yang tinggi untuk masuk dan keluar dari Yogyakarta menggunakan jalur transportas udara menjadi salah satu alasan mengapa bandara ini dibangun. Pasalnya, bandara lainnya yang saat ini masih beroperasi yaitu Adi Sucipto sudah tak mampu lagi menerima 6 juta penumpang tiap tahunnya karena kapasitasnya yang hanya 1.2 juta penumpang saja.<\/p>\n\n\n\n Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya. <\/p>\n\n\n\n Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Jika menengok kepada logo klub sepak bola asal Sumatera Utara yang musim lalu berlaga di Liga 1, PSMS Medan maka terpampang kehebatan dari Tembakau Deli. Saking terkenalnya tembakau Deli dan juga begitu melekatnya tembakau Deli bagi masyarakat Deli, bahkan juga masyarakat Sumatra Utara, tembakau kemudian dijadikan simbol-simbol publik.<\/p>\n\n\n\n Bukan hanya PSMS Medan yang menggambarkan keagungan Tembakau Deli. Lepas dari kesebelasan berjuluk Ayam Kinantan tersebut, Mari sejenak berkunjung ke Masjid Raya Al-Ma\u2019shun atau yang lebih popular disebut dengan Masjid Raya Medan. Terletak di Jl. Sisingamangaraja No.61, sekilas tak ada aroma tembakau atau ornamen tanaman tersebut di dalamnya. Namun pembangunan rumah ibadah kebanggan umat muslim di Sumatera Utara itu ternyata berkaitan dengan Tembakau Deli.<\/p>\n\n\n\n Menurut catatan sejarah, Masjid Raya ini dibangun tahun 1906 dan baru selesai tahun 1909. Seluruh biaya pembangunannya ditanggung oleh Sultan Maimun al Rasyid Perkasa Alamsyah, hasil dari penjualan tembakau. Konon, biaya sebesar satu juta gulden digelontorkan untuk membangun masjid yang menjadi pintu masuk ajaran agama Islam di Sumatera Utara itu.<\/p>\n\n\n\n Arsitektur pembangunan Masjid Raya Medan awalnya diserahkan oleh orang Belanda bernama, Van Erp yang kebetulan juga menjadi otak di balik keindahan Istana Maimun Medan. Namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah<\/p>\n\n\n\n JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa, Melayu dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak seperti masjid-masjid kebanyakan. Empat penjuru masjid masing-masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing-masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.<\/p>\n\n\n\n Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat \u2018beranda\u2019 serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan Art Nouveau<\/em> periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam.<\/p>\n\n\n\n Seluruh ornamentasi di dalam masjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.<\/p>\n\n\n\n Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tidak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda maupun jendela-jendela lengkung itu mengingatkan desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan.<\/p>\n\n\n\n Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Masjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang masjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.<\/p>\n\n\n\n Hingga kini bangunan tersebut masih tampak gagah berdiri dan masih aktif untuk digunakan. Keindahan ornamennya juga membuatnya menjadi salah satu dari berbagai Masjid indah yang ada di tanah air. Jika tengah berkunjung ke Sumatera Utara, Masjid Raya Medan boleh menjadi salah satu destinasi wisata religi anda.<\/p>\n","post_title":"Smokers Travellers: Jejak Keemasan Tembakau Deli di Masjid Raya Al-Ma\u2019shun Medan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"jejak-keemasan-tembakau-deli-di-masjid-raya-al-mashun-medan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-30 10:37:28","post_modified_gmt":"2019-06-30 03:37:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5834","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5806,"post_author":"919","post_date":"2019-06-23 08:33:39","post_date_gmt":"2019-06-23 01:33:39","post_content":"\n Bandar undara Internasional Nyi Ageng Serang Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 637 hektar. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3600 meter merski kini di tahap awal baru disediakan sekitar 3250 meter saja. Akses yang tinggi untuk masuk dan keluar dari Yogyakarta menggunakan jalur transportas udara menjadi salah satu alasan mengapa bandara ini dibangun. Pasalnya, bandara lainnya yang saat ini masih beroperasi yaitu Adi Sucipto sudah tak mampu lagi menerima 6 juta penumpang tiap tahunnya karena kapasitasnya yang hanya 1.2 juta penumpang saja.<\/p>\n\n\n\n Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya. <\/p>\n\n\n\n Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Sebutlah Tembakau Deli<\/a>, tanaman dan komoditi yang memberikan historis panjang tentang kemasyhuran Tanah Sumatera. Jika Tembakau Deli dikatakan sebagai salah satu warisan budaya maka pendapat tersebut bukan merupakan sesuatu yang berlebihan. Dari Tembakau Deli, sejarah interaksi nusantara dengan suku bangsa lain pun ada. Tembakau Deli pula lah yang menjadi salah satu pemicu kebangkitan ekonomi Sumatera Utara.<\/p>\n\n\n\n Jika menengok kepada logo klub sepak bola asal Sumatera Utara yang musim lalu berlaga di Liga 1, PSMS Medan maka terpampang kehebatan dari Tembakau Deli. Saking terkenalnya tembakau Deli dan juga begitu melekatnya tembakau Deli bagi masyarakat Deli, bahkan juga masyarakat Sumatra Utara, tembakau kemudian dijadikan simbol-simbol publik.<\/p>\n\n\n\n Bukan hanya PSMS Medan yang menggambarkan keagungan Tembakau Deli. Lepas dari kesebelasan berjuluk Ayam Kinantan tersebut, Mari sejenak berkunjung ke Masjid Raya Al-Ma\u2019shun atau yang lebih popular disebut dengan Masjid Raya Medan. Terletak di Jl. Sisingamangaraja No.61, sekilas tak ada aroma tembakau atau ornamen tanaman tersebut di dalamnya. Namun pembangunan rumah ibadah kebanggan umat muslim di Sumatera Utara itu ternyata berkaitan dengan Tembakau Deli.<\/p>\n\n\n\n Menurut catatan sejarah, Masjid Raya ini dibangun tahun 1906 dan baru selesai tahun 1909. Seluruh biaya pembangunannya ditanggung oleh Sultan Maimun al Rasyid Perkasa Alamsyah, hasil dari penjualan tembakau. Konon, biaya sebesar satu juta gulden digelontorkan untuk membangun masjid yang menjadi pintu masuk ajaran agama Islam di Sumatera Utara itu.<\/p>\n\n\n\n Arsitektur pembangunan Masjid Raya Medan awalnya diserahkan oleh orang Belanda bernama, Van Erp yang kebetulan juga menjadi otak di balik keindahan Istana Maimun Medan. Namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah<\/p>\n\n\n\n JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa, Melayu dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak seperti masjid-masjid kebanyakan. Empat penjuru masjid masing-masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing-masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.<\/p>\n\n\n\n Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat \u2018beranda\u2019 serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan Art Nouveau<\/em> periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam.<\/p>\n\n\n\n Seluruh ornamentasi di dalam masjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.<\/p>\n\n\n\n Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tidak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda maupun jendela-jendela lengkung itu mengingatkan desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan.<\/p>\n\n\n\n Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Masjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang masjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.<\/p>\n\n\n\n Hingga kini bangunan tersebut masih tampak gagah berdiri dan masih aktif untuk digunakan. Keindahan ornamennya juga membuatnya menjadi salah satu dari berbagai Masjid indah yang ada di tanah air. Jika tengah berkunjung ke Sumatera Utara, Masjid Raya Medan boleh menjadi salah satu destinasi wisata religi anda.<\/p>\n","post_title":"Smokers Travellers: Jejak Keemasan Tembakau Deli di Masjid Raya Al-Ma\u2019shun Medan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"jejak-keemasan-tembakau-deli-di-masjid-raya-al-mashun-medan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-30 10:37:28","post_modified_gmt":"2019-06-30 03:37:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5834","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5806,"post_author":"919","post_date":"2019-06-23 08:33:39","post_date_gmt":"2019-06-23 01:33:39","post_content":"\n Bandar undara Internasional Nyi Ageng Serang Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 637 hektar. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3600 meter merski kini di tahap awal baru disediakan sekitar 3250 meter saja. Akses yang tinggi untuk masuk dan keluar dari Yogyakarta menggunakan jalur transportas udara menjadi salah satu alasan mengapa bandara ini dibangun. Pasalnya, bandara lainnya yang saat ini masih beroperasi yaitu Adi Sucipto sudah tak mampu lagi menerima 6 juta penumpang tiap tahunnya karena kapasitasnya yang hanya 1.2 juta penumpang saja.<\/p>\n\n\n\n Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya. <\/p>\n\n\n\n Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Syahdan, daerah Medan nan elok dengan pemandangan indahnya merupakan tanah subur yang dielu-elukan umat manusia. Tak hanya rempah-rempah dan kopi yang merupakan primadona di sana, namun tanaman tembakau juga adalah mutiara yang pernah menjadi komoditi yang dielu-elukan masyarakat dunia.<\/p>\n\n\n\n Sebutlah Tembakau Deli<\/a>, tanaman dan komoditi yang memberikan historis panjang tentang kemasyhuran Tanah Sumatera. Jika Tembakau Deli dikatakan sebagai salah satu warisan budaya maka pendapat tersebut bukan merupakan sesuatu yang berlebihan. Dari Tembakau Deli, sejarah interaksi nusantara dengan suku bangsa lain pun ada. Tembakau Deli pula lah yang menjadi salah satu pemicu kebangkitan ekonomi Sumatera Utara.<\/p>\n\n\n\n Jika menengok kepada logo klub sepak bola asal Sumatera Utara yang musim lalu berlaga di Liga 1, PSMS Medan maka terpampang kehebatan dari Tembakau Deli. Saking terkenalnya tembakau Deli dan juga begitu melekatnya tembakau Deli bagi masyarakat Deli, bahkan juga masyarakat Sumatra Utara, tembakau kemudian dijadikan simbol-simbol publik.<\/p>\n\n\n\n Bukan hanya PSMS Medan yang menggambarkan keagungan Tembakau Deli. Lepas dari kesebelasan berjuluk Ayam Kinantan tersebut, Mari sejenak berkunjung ke Masjid Raya Al-Ma\u2019shun atau yang lebih popular disebut dengan Masjid Raya Medan. Terletak di Jl. Sisingamangaraja No.61, sekilas tak ada aroma tembakau atau ornamen tanaman tersebut di dalamnya. Namun pembangunan rumah ibadah kebanggan umat muslim di Sumatera Utara itu ternyata berkaitan dengan Tembakau Deli.<\/p>\n\n\n\n Menurut catatan sejarah, Masjid Raya ini dibangun tahun 1906 dan baru selesai tahun 1909. Seluruh biaya pembangunannya ditanggung oleh Sultan Maimun al Rasyid Perkasa Alamsyah, hasil dari penjualan tembakau. Konon, biaya sebesar satu juta gulden digelontorkan untuk membangun masjid yang menjadi pintu masuk ajaran agama Islam di Sumatera Utara itu.<\/p>\n\n\n\n Arsitektur pembangunan Masjid Raya Medan awalnya diserahkan oleh orang Belanda bernama, Van Erp yang kebetulan juga menjadi otak di balik keindahan Istana Maimun Medan. Namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah<\/p>\n\n\n\n JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa, Melayu dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak seperti masjid-masjid kebanyakan. Empat penjuru masjid masing-masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing-masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.<\/p>\n\n\n\n Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat \u2018beranda\u2019 serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan Art Nouveau<\/em> periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam.<\/p>\n\n\n\n Seluruh ornamentasi di dalam masjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.<\/p>\n\n\n\n Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tidak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda maupun jendela-jendela lengkung itu mengingatkan desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan.<\/p>\n\n\n\n Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Masjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang masjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.<\/p>\n\n\n\n Hingga kini bangunan tersebut masih tampak gagah berdiri dan masih aktif untuk digunakan. Keindahan ornamennya juga membuatnya menjadi salah satu dari berbagai Masjid indah yang ada di tanah air. Jika tengah berkunjung ke Sumatera Utara, Masjid Raya Medan boleh menjadi salah satu destinasi wisata religi anda.<\/p>\n","post_title":"Smokers Travellers: Jejak Keemasan Tembakau Deli di Masjid Raya Al-Ma\u2019shun Medan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"jejak-keemasan-tembakau-deli-di-masjid-raya-al-mashun-medan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-30 10:37:28","post_modified_gmt":"2019-06-30 03:37:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5834","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5806,"post_author":"919","post_date":"2019-06-23 08:33:39","post_date_gmt":"2019-06-23 01:33:39","post_content":"\n Bandar undara Internasional Nyi Ageng Serang Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 637 hektar. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3600 meter merski kini di tahap awal baru disediakan sekitar 3250 meter saja. Akses yang tinggi untuk masuk dan keluar dari Yogyakarta menggunakan jalur transportas udara menjadi salah satu alasan mengapa bandara ini dibangun. Pasalnya, bandara lainnya yang saat ini masih beroperasi yaitu Adi Sucipto sudah tak mampu lagi menerima 6 juta penumpang tiap tahunnya karena kapasitasnya yang hanya 1.2 juta penumpang saja.<\/p>\n\n\n\n Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya. <\/p>\n\n\n\n Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Hanya jika boleh memberi saran kepada pihak pengelola, perampasan rokok tentu mesti dipertimbangkan ulang. Sekali lagi rokok adalah produk legal dan mempunyai aturan yang sudah disepakati terkait pengkonsumsiannya. Lagian, saya kira para perokok sekarang juga sudah mulai tertib terhadap aturan dan tidak ingin merugikan terhadap yang lainnya.<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Tiga Jam Lebih Menyaksikan Konser Musik Tanpa Asap Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pengalaman-tiga-jam-lebih-menyaksikan-konser-musik-tanpa-asap-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-09-04 07:32:19","post_modified_gmt":"2019-09-04 00:32:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6017","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5834,"post_author":"919","post_date":"2019-06-30 10:37:17","post_date_gmt":"2019-06-30 03:37:17","post_content":"\n Syahdan, daerah Medan nan elok dengan pemandangan indahnya merupakan tanah subur yang dielu-elukan umat manusia. Tak hanya rempah-rempah dan kopi yang merupakan primadona di sana, namun tanaman tembakau juga adalah mutiara yang pernah menjadi komoditi yang dielu-elukan masyarakat dunia.<\/p>\n\n\n\n Sebutlah Tembakau Deli<\/a>, tanaman dan komoditi yang memberikan historis panjang tentang kemasyhuran Tanah Sumatera. Jika Tembakau Deli dikatakan sebagai salah satu warisan budaya maka pendapat tersebut bukan merupakan sesuatu yang berlebihan. Dari Tembakau Deli, sejarah interaksi nusantara dengan suku bangsa lain pun ada. Tembakau Deli pula lah yang menjadi salah satu pemicu kebangkitan ekonomi Sumatera Utara.<\/p>\n\n\n\n Jika menengok kepada logo klub sepak bola asal Sumatera Utara yang musim lalu berlaga di Liga 1, PSMS Medan maka terpampang kehebatan dari Tembakau Deli. Saking terkenalnya tembakau Deli dan juga begitu melekatnya tembakau Deli bagi masyarakat Deli, bahkan juga masyarakat Sumatra Utara, tembakau kemudian dijadikan simbol-simbol publik.<\/p>\n\n\n\n Bukan hanya PSMS Medan yang menggambarkan keagungan Tembakau Deli. Lepas dari kesebelasan berjuluk Ayam Kinantan tersebut, Mari sejenak berkunjung ke Masjid Raya Al-Ma\u2019shun atau yang lebih popular disebut dengan Masjid Raya Medan. Terletak di Jl. Sisingamangaraja No.61, sekilas tak ada aroma tembakau atau ornamen tanaman tersebut di dalamnya. Namun pembangunan rumah ibadah kebanggan umat muslim di Sumatera Utara itu ternyata berkaitan dengan Tembakau Deli.<\/p>\n\n\n\n Menurut catatan sejarah, Masjid Raya ini dibangun tahun 1906 dan baru selesai tahun 1909. Seluruh biaya pembangunannya ditanggung oleh Sultan Maimun al Rasyid Perkasa Alamsyah, hasil dari penjualan tembakau. Konon, biaya sebesar satu juta gulden digelontorkan untuk membangun masjid yang menjadi pintu masuk ajaran agama Islam di Sumatera Utara itu.<\/p>\n\n\n\n Arsitektur pembangunan Masjid Raya Medan awalnya diserahkan oleh orang Belanda bernama, Van Erp yang kebetulan juga menjadi otak di balik keindahan Istana Maimun Medan. Namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah<\/p>\n\n\n\n JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa, Melayu dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak seperti masjid-masjid kebanyakan. Empat penjuru masjid masing-masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing-masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.<\/p>\n\n\n\n Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat \u2018beranda\u2019 serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan Art Nouveau<\/em> periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam.<\/p>\n\n\n\n Seluruh ornamentasi di dalam masjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.<\/p>\n\n\n\n Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tidak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda maupun jendela-jendela lengkung itu mengingatkan desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan.<\/p>\n\n\n\n Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Masjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang masjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.<\/p>\n\n\n\n Hingga kini bangunan tersebut masih tampak gagah berdiri dan masih aktif untuk digunakan. Keindahan ornamennya juga membuatnya menjadi salah satu dari berbagai Masjid indah yang ada di tanah air. Jika tengah berkunjung ke Sumatera Utara, Masjid Raya Medan boleh menjadi salah satu destinasi wisata religi anda.<\/p>\n","post_title":"Smokers Travellers: Jejak Keemasan Tembakau Deli di Masjid Raya Al-Ma\u2019shun Medan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"jejak-keemasan-tembakau-deli-di-masjid-raya-al-mashun-medan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-30 10:37:28","post_modified_gmt":"2019-06-30 03:37:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5834","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5806,"post_author":"919","post_date":"2019-06-23 08:33:39","post_date_gmt":"2019-06-23 01:33:39","post_content":"\n Bandar undara Internasional Nyi Ageng Serang Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 637 hektar. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3600 meter merski kini di tahap awal baru disediakan sekitar 3250 meter saja. Akses yang tinggi untuk masuk dan keluar dari Yogyakarta menggunakan jalur transportas udara menjadi salah satu alasan mengapa bandara ini dibangun. Pasalnya, bandara lainnya yang saat ini masih beroperasi yaitu Adi Sucipto sudah tak mampu lagi menerima 6 juta penumpang tiap tahunnya karena kapasitasnya yang hanya 1.2 juta penumpang saja.<\/p>\n\n\n\n Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya. <\/p>\n\n\n\n Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Karena saya memarkir motor di luar area Kuningan City dan hanya dijaga sampai pukul 23:30, akhirnya kami pulang lebih cepat. Saat keluar venue saya memastikan tetap sebats dulu, mereview apa yang menarik terjadi di dalam sana. Saya lantas menarik kesimpulan bahwa dari pengalaman selama hampir tiga jam lebih menikmati konser tanpa rokok, tak terjadi apa-apa dari kami. Tak ada kekhawatiran berlebihan, perubahan mood karena tak merokok, atau keburukan lainnya. Semuanya sama saja dan normal-normal saja. Hanya jika boleh memberi saran kepada pihak pengelola, perampasan rokok tentu mesti dipertimbangkan ulang. Sekali lagi rokok adalah produk legal dan mempunyai aturan yang sudah disepakati terkait pengkonsumsiannya. Lagian, saya kira para perokok sekarang juga sudah mulai tertib terhadap aturan dan tidak ingin merugikan terhadap yang lainnya.<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Tiga Jam Lebih Menyaksikan Konser Musik Tanpa Asap Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pengalaman-tiga-jam-lebih-menyaksikan-konser-musik-tanpa-asap-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-09-04 07:32:19","post_modified_gmt":"2019-09-04 00:32:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6017","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5834,"post_author":"919","post_date":"2019-06-30 10:37:17","post_date_gmt":"2019-06-30 03:37:17","post_content":"\n Syahdan, daerah Medan nan elok dengan pemandangan indahnya merupakan tanah subur yang dielu-elukan umat manusia. Tak hanya rempah-rempah dan kopi yang merupakan primadona di sana, namun tanaman tembakau juga adalah mutiara yang pernah menjadi komoditi yang dielu-elukan masyarakat dunia.<\/p>\n\n\n\n Sebutlah Tembakau Deli<\/a>, tanaman dan komoditi yang memberikan historis panjang tentang kemasyhuran Tanah Sumatera. Jika Tembakau Deli dikatakan sebagai salah satu warisan budaya maka pendapat tersebut bukan merupakan sesuatu yang berlebihan. Dari Tembakau Deli, sejarah interaksi nusantara dengan suku bangsa lain pun ada. Tembakau Deli pula lah yang menjadi salah satu pemicu kebangkitan ekonomi Sumatera Utara.<\/p>\n\n\n\n Jika menengok kepada logo klub sepak bola asal Sumatera Utara yang musim lalu berlaga di Liga 1, PSMS Medan maka terpampang kehebatan dari Tembakau Deli. Saking terkenalnya tembakau Deli dan juga begitu melekatnya tembakau Deli bagi masyarakat Deli, bahkan juga masyarakat Sumatra Utara, tembakau kemudian dijadikan simbol-simbol publik.<\/p>\n\n\n\n Bukan hanya PSMS Medan yang menggambarkan keagungan Tembakau Deli. Lepas dari kesebelasan berjuluk Ayam Kinantan tersebut, Mari sejenak berkunjung ke Masjid Raya Al-Ma\u2019shun atau yang lebih popular disebut dengan Masjid Raya Medan. Terletak di Jl. Sisingamangaraja No.61, sekilas tak ada aroma tembakau atau ornamen tanaman tersebut di dalamnya. Namun pembangunan rumah ibadah kebanggan umat muslim di Sumatera Utara itu ternyata berkaitan dengan Tembakau Deli.<\/p>\n\n\n\n Menurut catatan sejarah, Masjid Raya ini dibangun tahun 1906 dan baru selesai tahun 1909. Seluruh biaya pembangunannya ditanggung oleh Sultan Maimun al Rasyid Perkasa Alamsyah, hasil dari penjualan tembakau. Konon, biaya sebesar satu juta gulden digelontorkan untuk membangun masjid yang menjadi pintu masuk ajaran agama Islam di Sumatera Utara itu.<\/p>\n\n\n\n Arsitektur pembangunan Masjid Raya Medan awalnya diserahkan oleh orang Belanda bernama, Van Erp yang kebetulan juga menjadi otak di balik keindahan Istana Maimun Medan. Namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah<\/p>\n\n\n\n JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa, Melayu dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak seperti masjid-masjid kebanyakan. Empat penjuru masjid masing-masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing-masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.<\/p>\n\n\n\n Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat \u2018beranda\u2019 serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan Art Nouveau<\/em> periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam.<\/p>\n\n\n\n Seluruh ornamentasi di dalam masjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.<\/p>\n\n\n\n Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tidak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda maupun jendela-jendela lengkung itu mengingatkan desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan.<\/p>\n\n\n\n Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Masjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang masjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.<\/p>\n\n\n\n Hingga kini bangunan tersebut masih tampak gagah berdiri dan masih aktif untuk digunakan. Keindahan ornamennya juga membuatnya menjadi salah satu dari berbagai Masjid indah yang ada di tanah air. Jika tengah berkunjung ke Sumatera Utara, Masjid Raya Medan boleh menjadi salah satu destinasi wisata religi anda.<\/p>\n","post_title":"Smokers Travellers: Jejak Keemasan Tembakau Deli di Masjid Raya Al-Ma\u2019shun Medan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"jejak-keemasan-tembakau-deli-di-masjid-raya-al-mashun-medan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-30 10:37:28","post_modified_gmt":"2019-06-30 03:37:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5834","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5806,"post_author":"919","post_date":"2019-06-23 08:33:39","post_date_gmt":"2019-06-23 01:33:39","post_content":"\n Bandar undara Internasional Nyi Ageng Serang Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 637 hektar. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3600 meter merski kini di tahap awal baru disediakan sekitar 3250 meter saja. Akses yang tinggi untuk masuk dan keluar dari Yogyakarta menggunakan jalur transportas udara menjadi salah satu alasan mengapa bandara ini dibangun. Pasalnya, bandara lainnya yang saat ini masih beroperasi yaitu Adi Sucipto sudah tak mampu lagi menerima 6 juta penumpang tiap tahunnya karena kapasitasnya yang hanya 1.2 juta penumpang saja.<\/p>\n\n\n\n Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya. <\/p>\n\n\n\n Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
The Adams sebagai band ketiga yang tampil lalu datang meneduhkan suasana. Betul, penonton langsung terbuai saat itu oleh suara yang beradu-adu antara Saleh Husein dan Ario Hendarwan. Sing along kemudian jadi hal yang wajib dilakukan saat itu, semuanya menikmati karaoke masal dari lagu-lagu yang dibawakan seperti Hanya Kau, Berwisata, Konservatif, hingga Halo Beni. Suasana kala itu semakin manis saat sang pianis The Adams (hingga kini belum saya ketahui namanya) selalu melemparkan senyumnya ke arah penonton. Ah sial, saat itu saya berada di posisi yang sangat jauh darinya, itu saja sudah membuat saya bergetar. Karena saya memarkir motor di luar area Kuningan City dan hanya dijaga sampai pukul 23:30, akhirnya kami pulang lebih cepat. Saat keluar venue saya memastikan tetap sebats dulu, mereview apa yang menarik terjadi di dalam sana. Saya lantas menarik kesimpulan bahwa dari pengalaman selama hampir tiga jam lebih menikmati konser tanpa rokok, tak terjadi apa-apa dari kami. Tak ada kekhawatiran berlebihan, perubahan mood karena tak merokok, atau keburukan lainnya. Semuanya sama saja dan normal-normal saja. Hanya jika boleh memberi saran kepada pihak pengelola, perampasan rokok tentu mesti dipertimbangkan ulang. Sekali lagi rokok adalah produk legal dan mempunyai aturan yang sudah disepakati terkait pengkonsumsiannya. Lagian, saya kira para perokok sekarang juga sudah mulai tertib terhadap aturan dan tidak ingin merugikan terhadap yang lainnya.<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Tiga Jam Lebih Menyaksikan Konser Musik Tanpa Asap Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pengalaman-tiga-jam-lebih-menyaksikan-konser-musik-tanpa-asap-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-09-04 07:32:19","post_modified_gmt":"2019-09-04 00:32:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6017","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5834,"post_author":"919","post_date":"2019-06-30 10:37:17","post_date_gmt":"2019-06-30 03:37:17","post_content":"\n Syahdan, daerah Medan nan elok dengan pemandangan indahnya merupakan tanah subur yang dielu-elukan umat manusia. Tak hanya rempah-rempah dan kopi yang merupakan primadona di sana, namun tanaman tembakau juga adalah mutiara yang pernah menjadi komoditi yang dielu-elukan masyarakat dunia.<\/p>\n\n\n\n Sebutlah Tembakau Deli<\/a>, tanaman dan komoditi yang memberikan historis panjang tentang kemasyhuran Tanah Sumatera. Jika Tembakau Deli dikatakan sebagai salah satu warisan budaya maka pendapat tersebut bukan merupakan sesuatu yang berlebihan. Dari Tembakau Deli, sejarah interaksi nusantara dengan suku bangsa lain pun ada. Tembakau Deli pula lah yang menjadi salah satu pemicu kebangkitan ekonomi Sumatera Utara.<\/p>\n\n\n\n Jika menengok kepada logo klub sepak bola asal Sumatera Utara yang musim lalu berlaga di Liga 1, PSMS Medan maka terpampang kehebatan dari Tembakau Deli. Saking terkenalnya tembakau Deli dan juga begitu melekatnya tembakau Deli bagi masyarakat Deli, bahkan juga masyarakat Sumatra Utara, tembakau kemudian dijadikan simbol-simbol publik.<\/p>\n\n\n\n Bukan hanya PSMS Medan yang menggambarkan keagungan Tembakau Deli. Lepas dari kesebelasan berjuluk Ayam Kinantan tersebut, Mari sejenak berkunjung ke Masjid Raya Al-Ma\u2019shun atau yang lebih popular disebut dengan Masjid Raya Medan. Terletak di Jl. Sisingamangaraja No.61, sekilas tak ada aroma tembakau atau ornamen tanaman tersebut di dalamnya. Namun pembangunan rumah ibadah kebanggan umat muslim di Sumatera Utara itu ternyata berkaitan dengan Tembakau Deli.<\/p>\n\n\n\n Menurut catatan sejarah, Masjid Raya ini dibangun tahun 1906 dan baru selesai tahun 1909. Seluruh biaya pembangunannya ditanggung oleh Sultan Maimun al Rasyid Perkasa Alamsyah, hasil dari penjualan tembakau. Konon, biaya sebesar satu juta gulden digelontorkan untuk membangun masjid yang menjadi pintu masuk ajaran agama Islam di Sumatera Utara itu.<\/p>\n\n\n\n Arsitektur pembangunan Masjid Raya Medan awalnya diserahkan oleh orang Belanda bernama, Van Erp yang kebetulan juga menjadi otak di balik keindahan Istana Maimun Medan. Namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah<\/p>\n\n\n\n JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa, Melayu dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak seperti masjid-masjid kebanyakan. Empat penjuru masjid masing-masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing-masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.<\/p>\n\n\n\n Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat \u2018beranda\u2019 serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan Art Nouveau<\/em> periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam.<\/p>\n\n\n\n Seluruh ornamentasi di dalam masjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.<\/p>\n\n\n\n Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tidak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda maupun jendela-jendela lengkung itu mengingatkan desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan.<\/p>\n\n\n\n Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Masjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang masjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.<\/p>\n\n\n\n Hingga kini bangunan tersebut masih tampak gagah berdiri dan masih aktif untuk digunakan. Keindahan ornamennya juga membuatnya menjadi salah satu dari berbagai Masjid indah yang ada di tanah air. Jika tengah berkunjung ke Sumatera Utara, Masjid Raya Medan boleh menjadi salah satu destinasi wisata religi anda.<\/p>\n","post_title":"Smokers Travellers: Jejak Keemasan Tembakau Deli di Masjid Raya Al-Ma\u2019shun Medan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"jejak-keemasan-tembakau-deli-di-masjid-raya-al-mashun-medan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-30 10:37:28","post_modified_gmt":"2019-06-30 03:37:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5834","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5806,"post_author":"919","post_date":"2019-06-23 08:33:39","post_date_gmt":"2019-06-23 01:33:39","post_content":"\n Bandar undara Internasional Nyi Ageng Serang Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 637 hektar. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3600 meter merski kini di tahap awal baru disediakan sekitar 3250 meter saja. Akses yang tinggi untuk masuk dan keluar dari Yogyakarta menggunakan jalur transportas udara menjadi salah satu alasan mengapa bandara ini dibangun. Pasalnya, bandara lainnya yang saat ini masih beroperasi yaitu Adi Sucipto sudah tak mampu lagi menerima 6 juta penumpang tiap tahunnya karena kapasitasnya yang hanya 1.2 juta penumpang saja.<\/p>\n\n\n\n Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya. <\/p>\n\n\n\n Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Baca: Smoker Traveller: Hero Coffe Kota Tua Semarang<\/a><\/p>\n\n\n\n The Adams sebagai band ketiga yang tampil lalu datang meneduhkan suasana. Betul, penonton langsung terbuai saat itu oleh suara yang beradu-adu antara Saleh Husein dan Ario Hendarwan. Sing along kemudian jadi hal yang wajib dilakukan saat itu, semuanya menikmati karaoke masal dari lagu-lagu yang dibawakan seperti Hanya Kau, Berwisata, Konservatif, hingga Halo Beni. Suasana kala itu semakin manis saat sang pianis The Adams (hingga kini belum saya ketahui namanya) selalu melemparkan senyumnya ke arah penonton. Ah sial, saat itu saya berada di posisi yang sangat jauh darinya, itu saja sudah membuat saya bergetar. Karena saya memarkir motor di luar area Kuningan City dan hanya dijaga sampai pukul 23:30, akhirnya kami pulang lebih cepat. Saat keluar venue saya memastikan tetap sebats dulu, mereview apa yang menarik terjadi di dalam sana. Saya lantas menarik kesimpulan bahwa dari pengalaman selama hampir tiga jam lebih menikmati konser tanpa rokok, tak terjadi apa-apa dari kami. Tak ada kekhawatiran berlebihan, perubahan mood karena tak merokok, atau keburukan lainnya. Semuanya sama saja dan normal-normal saja. Hanya jika boleh memberi saran kepada pihak pengelola, perampasan rokok tentu mesti dipertimbangkan ulang. Sekali lagi rokok adalah produk legal dan mempunyai aturan yang sudah disepakati terkait pengkonsumsiannya. Lagian, saya kira para perokok sekarang juga sudah mulai tertib terhadap aturan dan tidak ingin merugikan terhadap yang lainnya.<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Tiga Jam Lebih Menyaksikan Konser Musik Tanpa Asap Rokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"pengalaman-tiga-jam-lebih-menyaksikan-konser-musik-tanpa-asap-rokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-09-04 07:32:19","post_modified_gmt":"2019-09-04 00:32:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6017","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5834,"post_author":"919","post_date":"2019-06-30 10:37:17","post_date_gmt":"2019-06-30 03:37:17","post_content":"\n Syahdan, daerah Medan nan elok dengan pemandangan indahnya merupakan tanah subur yang dielu-elukan umat manusia. Tak hanya rempah-rempah dan kopi yang merupakan primadona di sana, namun tanaman tembakau juga adalah mutiara yang pernah menjadi komoditi yang dielu-elukan masyarakat dunia.<\/p>\n\n\n\n Sebutlah Tembakau Deli<\/a>, tanaman dan komoditi yang memberikan historis panjang tentang kemasyhuran Tanah Sumatera. Jika Tembakau Deli dikatakan sebagai salah satu warisan budaya maka pendapat tersebut bukan merupakan sesuatu yang berlebihan. Dari Tembakau Deli, sejarah interaksi nusantara dengan suku bangsa lain pun ada. Tembakau Deli pula lah yang menjadi salah satu pemicu kebangkitan ekonomi Sumatera Utara.<\/p>\n\n\n\n Jika menengok kepada logo klub sepak bola asal Sumatera Utara yang musim lalu berlaga di Liga 1, PSMS Medan maka terpampang kehebatan dari Tembakau Deli. Saking terkenalnya tembakau Deli dan juga begitu melekatnya tembakau Deli bagi masyarakat Deli, bahkan juga masyarakat Sumatra Utara, tembakau kemudian dijadikan simbol-simbol publik.<\/p>\n\n\n\n Bukan hanya PSMS Medan yang menggambarkan keagungan Tembakau Deli. Lepas dari kesebelasan berjuluk Ayam Kinantan tersebut, Mari sejenak berkunjung ke Masjid Raya Al-Ma\u2019shun atau yang lebih popular disebut dengan Masjid Raya Medan. Terletak di Jl. Sisingamangaraja No.61, sekilas tak ada aroma tembakau atau ornamen tanaman tersebut di dalamnya. Namun pembangunan rumah ibadah kebanggan umat muslim di Sumatera Utara itu ternyata berkaitan dengan Tembakau Deli.<\/p>\n\n\n\n Menurut catatan sejarah, Masjid Raya ini dibangun tahun 1906 dan baru selesai tahun 1909. Seluruh biaya pembangunannya ditanggung oleh Sultan Maimun al Rasyid Perkasa Alamsyah, hasil dari penjualan tembakau. Konon, biaya sebesar satu juta gulden digelontorkan untuk membangun masjid yang menjadi pintu masuk ajaran agama Islam di Sumatera Utara itu.<\/p>\n\n\n\n Arsitektur pembangunan Masjid Raya Medan awalnya diserahkan oleh orang Belanda bernama, Van Erp yang kebetulan juga menjadi otak di balik keindahan Istana Maimun Medan. Namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah<\/p>\n\n\n\n JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa, Melayu dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak seperti masjid-masjid kebanyakan. Empat penjuru masjid masing-masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing-masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.<\/p>\n\n\n\n Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat \u2018beranda\u2019 serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan Art Nouveau<\/em> periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam.<\/p>\n\n\n\n Seluruh ornamentasi di dalam masjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.<\/p>\n\n\n\n Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tidak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda maupun jendela-jendela lengkung itu mengingatkan desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan.<\/p>\n\n\n\n Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Masjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang masjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.<\/p>\n\n\n\n Hingga kini bangunan tersebut masih tampak gagah berdiri dan masih aktif untuk digunakan. Keindahan ornamennya juga membuatnya menjadi salah satu dari berbagai Masjid indah yang ada di tanah air. Jika tengah berkunjung ke Sumatera Utara, Masjid Raya Medan boleh menjadi salah satu destinasi wisata religi anda.<\/p>\n","post_title":"Smokers Travellers: Jejak Keemasan Tembakau Deli di Masjid Raya Al-Ma\u2019shun Medan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"jejak-keemasan-tembakau-deli-di-masjid-raya-al-mashun-medan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-30 10:37:28","post_modified_gmt":"2019-06-30 03:37:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5834","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5806,"post_author":"919","post_date":"2019-06-23 08:33:39","post_date_gmt":"2019-06-23 01:33:39","post_content":"\n Bandar undara Internasional Nyi Ageng Serang Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 637 hektar. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3600 meter merski kini di tahap awal baru disediakan sekitar 3250 meter saja. Akses yang tinggi untuk masuk dan keluar dari Yogyakarta menggunakan jalur transportas udara menjadi salah satu alasan mengapa bandara ini dibangun. Pasalnya, bandara lainnya yang saat ini masih beroperasi yaitu Adi Sucipto sudah tak mampu lagi menerima 6 juta penumpang tiap tahunnya karena kapasitasnya yang hanya 1.2 juta penumpang saja.<\/p>\n\n\n\n Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya. <\/p>\n\n\n\n Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.<\/p>\n\n\n\n Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.<\/p>\n\n\n\n Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.<\/p>\n\n\n\n Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.<\/p>\n\n\n\n Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.<\/p>\n\n\n\n Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap. <\/p>\n\n\n\n Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.<\/p>\n\n\n\n Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer <\/em>di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang. <\/p>\n","post_title":"Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"smoker-travellers-menengok-fasilitas-ruangan-merokok-di-bandara-kulon-progo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-06-23 09:41:32","post_modified_gmt":"2019-06-23 02:41:32","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5806","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Sama seperti Goodnight Electric, The Upstairs menutupnya dengan bijak. Romansa penonton yang hadir akan\u00a0 Pensi ala anak SMA di awal 2000an dan hingga sepuluh tahun setelahnya tak mereka kecewakan. Jimi dkk memilih lagu Matraman sebegai tembang penutup, lagu yang menurut Jimi (saat populer) bisa diputar hingga berulang kali dalam satu hari di radio-radio lokal. Lagu yang kemudian menjadi soundtrack skena persahabatan, cinta, dan tawuran anak SMA kala itu.\u00a0<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n