logo boleh merokok putih 2

Kerja, Marilyn Monroe, Bung Karno, dan Sebatang Rokok

“Entah lebih lanjut selama 45 menit itu mereka bicara apa, entah apakah Bung Karno yang dikenal flamboyan itu menyalakan rokok si Marilyn Monroe atau tidak. Entah apakah Bung Karno memperkenalkan kretek pada Marilyn, atau terlalu asik bicara terbius oleh kecantikannya.”

[dropcap]S[/dropcap]etiap orang, apapun itu profesinya, pasti pernah mengalami kejenuhan pada pekerjaan yang setiap hari dilakukannya selama bertahun-tahun. Seperti seorang penjahit di pabrik garmen yang telah bekerja belasan tahun pasti juga pernah mengalaminya, dengan segala keterbatasan akses yang dimiliki seorang buruh pabrik harus tetap bekerja menekuni profesi itu. Mungkin semata untuk bisa mendapatkan upah, atau mungkin dengan alasan apapun dia memang mencintai pekerjaannya.

Orang mungkin merasa beruntung tidak menjadi buruh pabrik, walau seorang buruh pabrik bisa jadi tak merasa sial atas pekerjaanya. Seorang penulis misalnya, profesi yang mungkin dalam beberapa tahun terakhir begitu mendapatkan tempat yang terhormat dalam dunia kerja, tak berarti tak pernah mengalami kejenuhan dalam pekerjaannya. Seperti halnya buruh pabrik, bertahun menulis juga mungkin membuat orang menjadi jenuh dan lelah.

Seorang teman pernah berkata, “Jika kamu merasa sedang stres atas situasi dan berbagai masalah yang menimpamu, maka menulislah, dan niscaya akan bisa sedikit meredakan problematika. Namun jika pekerjaanmu adalah menulis, maka kamu tak akan bisa menjadikan menulis sebagai sebuah obat untuk menghilangkan stres.”

Ketika rasa jenuh melanda, dan situasi serta kondisi memungkinkan untuk beranjak pergi dari apa yang biasanya kita lakukan sehari-hari, maka mungkin memilih untuk beranjak dari zona nyaman yang selama ini ada bisa menjadi pilihan untuk menghilangkan rasa jenuh. Harus memulai dari awal memang, tak masalah jika tantangan akan sesuatu hal yang baru bisa menjadi cara ampuh menghilangkan rasa jenuh karena ada hal baru.

Empat paragraf tulisan ini mungkin juga terasa menjenuhkan, seperti sebuah tulisan tentang motivasi untuk orang-orang yang sedang mengalami depresi atau kebingunan. Atau sebenarnya si penulis juga sedang merasa kebingungan, tak memiliki ide untuk menuliskan sesuatu yang berhubungan dengan tema dari website ini.

Melanjutkan ke paragraf kelima dan seterusnya juga sebenarnya cukup membingungkan hendak dibawa ke mana tulisan ini. Sampai di sini, yakin bahwa si penulis akan cukup lama terdiam memandangi layar komputer sembari tangannya memegang dan mengelus dagu. “Sebentar, bakar rokok dulu satu batang, siapa tahu akan dapat ide akan melanjutkan tulisan ini ke arah mana,” yakin dalam hati si penulis bicara seperti itu.

Benar, sebatang rokok sudah selesai dan lanjut batang rokok kedua, belum pula ada bayangan akan tulisan ini. Padahal sudah pula bergeser sejenak melihat media sosial untuk mencari-cari ide, mendengarkan musik kesukaan, tapi tetap saja tak ada ide.

Ya, kadang memang memang dalam situasi tertentu kita seperti tak punya ide untuk menceritakan sesuatu dalam sebuah tulisan. Faktornya pasti banyak dan memang sangat tergantung pada subyektifitas dari penulisnya. Sementara penulis juga kadang memang terdesak oleh target untuk menceritakan sesuatu, hingga pada waktu tertentu ia akan menulis saja sesuatu yang kerap kali menjadi satu tulisan yang tak menarik. Termasuk tulisan ini.

Bayangkan saja, awal mulanya tugas menulis tentang Marilyn Monroe, perempuan perokok yang menjadi idola dunia pada kisaran tahun 50-an. Bahkan tokoh besar negeri ini, Bung Karno, adalah salah seorang yang mengaguminya. Beruntung Bung Karno pernah menjumpainya di sebuah pesta saat ia sedang dalam kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat.

Kabarnya mereka sempat berbincang selama 45 menit, dan Bung Karno mengatakan bahwa Marilyn Monroe adalah seorang yang sangat terkenal di Indonesia. Namun sebaliknya, Bung Karno yang sebenarnya juga sangat terkenal di dunia pada masa itu ternyata tak begitu dikenali oleh Marilyn. Bahkan Marilyn sempat menyapa Bung Karno dengan sebutan Pangeran Soekarno.

Entah lebih lanjut selama 45 menit itu mereka bicara apa, entah apakah Bung Karno yang dikenal flamboyan itu menyalakan rokok si Marilyn Monroe atau tidak. Entah apakah Bung Karno memperkenalkan kretek pada Marilyn, atau terlalu asik bicara terbius oleh kecantikannya.

Lepas dari cerita pertemuan mereka, ada satu ungkapan menarik dari Marilyn Monroe yang mungkin tepat untuk celoteh di lembaran ini. “Just because you fail once doesn’t mean you’re gonna fail at everything.” Begitu kata Marilyn. Ya, benar rasanya bahwa satu kegagalan bukan berarti kegagalan dalam semua hal. Sama juga dengan satu kejenuhan, bukan berarti akan berarti akan merasakan kejenuhan selamanya.

Hmmm…. Apa lagi ya? Jika sedang mengalami saat-saat yang membingungkan, mungkin sebaiknya mencoba sesuatu hal yang baru, apapun itu. Mungkin begitu pesan moral dari celoteh ini, entah bagian mana pula yang tak bermoral dari celoteh ini. Jika dirasa cukup aneh tulisan ini, mohon dimaklumi karena si penulis sepertinya sedang mengalami kejenuhan dan kebingungan.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Alfa Gumilang

Alfa Gumilang

Mantan Sekjend Komunitas Kretek. Saat ini aktif di Komite Nasional Pelestarian Kretek dan juru kunci portal Kabar Buruh.