logo boleh merokok putih 2

Lalu Muhammad Zohri, Sprinter Tercepat dari Kabupaten Penghasil Tembakau Berkualitas

Lalu Muhammad Zohri mewarisi keuletan petani tembakau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Siapa yang tak kenal Lalu Muhammad Zohri, anak bangsa kelahiran 1 Juli 2000  yang berhasil mencatatkan namanya menjadi sprinter tercepat di Kejuaraan Dunia Atletik Junior U-20 di Tampere, Finlandia pada 12 Juli 2018.

Sebagaimana yang diberitakan banyak media, Zohri memang bukan atlet yang diperhitungkan sebelumnya, tetapi ia berhasil membuktikan bahwa ia adalah anak bangsa yang tidak dapat disepelekan begitu saja. Zohri, sapaan akrabnya, berhasil finis pertama dengan catatan waktu 10,18 detik, mengunghuli pelari asal Amerika Serikat, Anthony Schwartz (10,22) dan Eric Harrison (10,22).

Di umurnya yang masih sangat muda, Zohri dipercaya mewakili Indonesia dalam ajang Asian Games.  Zohri tercatat sebagai atlet termuda dibanding atlet dari negara lainnya. Meski belum dapat memboyong mendali, Zohri tetap mencatatkan prestasi membanggakan dalam perhelatan pesta olahraga terbesar se-Asia tersebut.

Sebelum melenggang ke babak final, Zohri berhasil mencatatkan waktu terbaik pada pertandingan-pertandingan sebelumnya. Saat semifinal misalnya, sprinter  18 tahun ini berhasil mencatatkan waktu 10,24 detik dan finis tepat di belakang atlet asal Arab Saudi, Mohammed Abdullah Abkar dengan catatan waktu 10,21 detik. Hingga akhirnya catatan waktu itu membawanya melaju ke babak final.

Zohri adalah seorang anak yang ulet. Kehidupan pribadi yang tidak berpihak kepadanya, mulai dari ditinggal kedua orangnya menghadap Sang Pencipta saat masih anak-anak hingga hidup dengan segala keterbatasan, ternyata tidak membuatnya menyerah dalam menggelorakan semangat juangnya.

I Komang Budugama, pelatih atletik Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar (PPLP) NTB yang juga melatih Zohri mengungkapkan bahwa Zohri adalah pribadi yang ulet dan tidak gampang menyerah. Komang Budugama menceritakan Zohri terus berlatih di tengah badannya terasa sakit karena digeber berlatih.

“Saya larang latihan, tetapi ia tetap ngeyel dan ingin tetap berlatih,” tegas Komang Budugama, sebagaimana yang diberitakan Lombok Post.

Selepas menjadi juara dunia pun, meski banyak mata, sanjungan dan orang-orang yang berbondong-bondong datang dengan menenteng bantuan, juga tidak membuat Zohri menjadi besar kepala.

Zohri matang dan besar di tengah Kabupaten Lombok yang hampir seluruh masyarakatnya bertani tembakau. Kultur petani yang ulet, tidak gampang menyerang dan terus merawat tanaman bersejarah yang banyak menopang kehidupan masyarakat Indonesia dan juga negara,  barangkali ikut serta memengaruhi kepribadian Zohri dalam berusaha terus mengharumkan nama bangsa.

Petani tembakau terus bersemangat menanam dan dengan sabar merawat tembakau, meski tak pernah henti digencet dengan segala hal yang dilakukan oleh Antirokok, baik melalui iklan-iklan maupun regulasi yang mempersempit ruang gerak perekonomian tembakau. Begitu juga dengan Zohri, ia terus saja berlari meski lawannya lebih tua dan diunggulkan ketimbang dirinya, hingga akhirnya ia dapat membungkap semua orang yang menyepelekannya.

Ada satu hal yang penting dari kehidupan Zohri, ia berhasil mematahkan stigma buruk tembakau yang selalu digemborkan gerakan antitembakau. Bahwa Zohri hidup di dalam kabupaten yang masyhur memproduksi tembakau, Zohri tetap mampu berlari kencang dan menjadi yang tercepat di kawasan Asia dan dunia.

Maju terus, Zohri!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Rinanda

Rinanda

Hobi jalan-jalan dan jajan. Bercita-cita punya butik.