Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n
Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup.
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n
Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n
Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup.
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n
Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n
Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n
Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup.
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. Terakhir kecerdasannya teruji saat Mbah Ipud memecahkan bacaan yang tertulis pada prasasti kuno yang ada di dalam Masjid al-Aqsho Menara Kudus. Saat itu banyak ahli arkeolog dari beberapa universitas terkemuka se Indonesia dan ditambah dari Malaysia didatangkan oleh yayasan menara Kudus bekerjasama dengan pemerintah, untuk menggali informasi tentang hari jadi masjid Menara yang konon berkaitan hari jadi kota Kudus. Namun para arkeolog terkendala membaca tulisan tersebut, karena selain tidak jelas termakan usia, juga banyak simbol dan angka-angka. Dengan jeli dan ditemani rokok kretek, tulisan tersebut sebagian besar terbaca oleh Mbah Ipud.<\/p>\n\n\n\n Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. Walaupun dikasih kelebihan (\u2018alim dan cerdas) Mbah Ipud ini orangnya sederhana, bawaannya santai. Sering bergaul dengan murid-murid walaupun irit omong. Selain ke\u2019alimannya dan kecerdasannya, yang diingat para santrinya adalah rokok kreteknya. Terlihat saat dimanapun dan saat apapun, rokok kreteknya selalu ada dikantong sakunya. Mbah Ipud pasti akan mencari tempat untuk merokok dimanapun dan pada acara apapun. Ia tergolong perokok yang santun, tidak mau merokok disembarang tempat.<\/p>\n\n\n\n Terakhir kecerdasannya teruji saat Mbah Ipud memecahkan bacaan yang tertulis pada prasasti kuno yang ada di dalam Masjid al-Aqsho Menara Kudus. Saat itu banyak ahli arkeolog dari beberapa universitas terkemuka se Indonesia dan ditambah dari Malaysia didatangkan oleh yayasan menara Kudus bekerjasama dengan pemerintah, untuk menggali informasi tentang hari jadi masjid Menara yang konon berkaitan hari jadi kota Kudus. Namun para arkeolog terkendala membaca tulisan tersebut, karena selain tidak jelas termakan usia, juga banyak simbol dan angka-angka. Dengan jeli dan ditemani rokok kretek, tulisan tersebut sebagian besar terbaca oleh Mbah Ipud.<\/p>\n\n\n\n Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. Baca: Berebut Berkah Kiai Dari Sepuntung Kretek<\/a><\/p>\n\n\n\n Walaupun dikasih kelebihan (\u2018alim dan cerdas) Mbah Ipud ini orangnya sederhana, bawaannya santai. Sering bergaul dengan murid-murid walaupun irit omong. Selain ke\u2019alimannya dan kecerdasannya, yang diingat para santrinya adalah rokok kreteknya. Terlihat saat dimanapun dan saat apapun, rokok kreteknya selalu ada dikantong sakunya. Mbah Ipud pasti akan mencari tempat untuk merokok dimanapun dan pada acara apapun. Ia tergolong perokok yang santun, tidak mau merokok disembarang tempat.<\/p>\n\n\n\n Terakhir kecerdasannya teruji saat Mbah Ipud memecahkan bacaan yang tertulis pada prasasti kuno yang ada di dalam Masjid al-Aqsho Menara Kudus. Saat itu banyak ahli arkeolog dari beberapa universitas terkemuka se Indonesia dan ditambah dari Malaysia didatangkan oleh yayasan menara Kudus bekerjasama dengan pemerintah, untuk menggali informasi tentang hari jadi masjid Menara yang konon berkaitan hari jadi kota Kudus. Namun para arkeolog terkendala membaca tulisan tersebut, karena selain tidak jelas termakan usia, juga banyak simbol dan angka-angka. Dengan jeli dan ditemani rokok kretek, tulisan tersebut sebagian besar terbaca oleh Mbah Ipud.<\/p>\n\n\n\n Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. Yang jadi penasaran, kapan Mbah Ipud belajar matematik pada sistem kalkulator? Andaikan punya ijazah hanya lulusan sekolah madrasah, paling lulus tingkat MTS atau SLTP. Saking ahlinya dalam ilmu falaq, ia pernah diminta mengajar sebagai dosen di sekolah tinggi agama Islam (STAIN) Kudus. Sayangnya, ia tidak meneruskan mengajar di STAIN, terganjal administrasi dengan tidak punya ijazah formal.<\/p>\n\n\n\n Baca: Berebut Berkah Kiai Dari Sepuntung Kretek<\/a><\/p>\n\n\n\n Walaupun dikasih kelebihan (\u2018alim dan cerdas) Mbah Ipud ini orangnya sederhana, bawaannya santai. Sering bergaul dengan murid-murid walaupun irit omong. Selain ke\u2019alimannya dan kecerdasannya, yang diingat para santrinya adalah rokok kreteknya. Terlihat saat dimanapun dan saat apapun, rokok kreteknya selalu ada dikantong sakunya. Mbah Ipud pasti akan mencari tempat untuk merokok dimanapun dan pada acara apapun. Ia tergolong perokok yang santun, tidak mau merokok disembarang tempat.<\/p>\n\n\n\n Terakhir kecerdasannya teruji saat Mbah Ipud memecahkan bacaan yang tertulis pada prasasti kuno yang ada di dalam Masjid al-Aqsho Menara Kudus. Saat itu banyak ahli arkeolog dari beberapa universitas terkemuka se Indonesia dan ditambah dari Malaysia didatangkan oleh yayasan menara Kudus bekerjasama dengan pemerintah, untuk menggali informasi tentang hari jadi masjid Menara yang konon berkaitan hari jadi kota Kudus. Namun para arkeolog terkendala membaca tulisan tersebut, karena selain tidak jelas termakan usia, juga banyak simbol dan angka-angka. Dengan jeli dan ditemani rokok kretek, tulisan tersebut sebagian besar terbaca oleh Mbah Ipud.<\/p>\n\n\n\n Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. Selanjutnya, latihan dengan memakai rumus yang tercatat dalam kitab badi\u2019atul misal<\/em> sebuah buku didalamnya banyak rumus pasti untuk menghitung dalam penentuan tanggal atau bulan. Terkini KH. Saifuddin Lutfi atau mbah Ipud lewat kreasinya menciptakan cara menghitung dengan rumusan yang di fitur kalkulator, seperti cos, sin dan lain sebagainya. Temuan mbah Ipud ini diajarkan ke para santri di Kudus. <\/p>\n\n\n\n Yang jadi penasaran, kapan Mbah Ipud belajar matematik pada sistem kalkulator? Andaikan punya ijazah hanya lulusan sekolah madrasah, paling lulus tingkat MTS atau SLTP. Saking ahlinya dalam ilmu falaq, ia pernah diminta mengajar sebagai dosen di sekolah tinggi agama Islam (STAIN) Kudus. Sayangnya, ia tidak meneruskan mengajar di STAIN, terganjal administrasi dengan tidak punya ijazah formal.<\/p>\n\n\n\n Baca: Berebut Berkah Kiai Dari Sepuntung Kretek<\/a><\/p>\n\n\n\n Walaupun dikasih kelebihan (\u2018alim dan cerdas) Mbah Ipud ini orangnya sederhana, bawaannya santai. Sering bergaul dengan murid-murid walaupun irit omong. Selain ke\u2019alimannya dan kecerdasannya, yang diingat para santrinya adalah rokok kreteknya. Terlihat saat dimanapun dan saat apapun, rokok kreteknya selalu ada dikantong sakunya. Mbah Ipud pasti akan mencari tempat untuk merokok dimanapun dan pada acara apapun. Ia tergolong perokok yang santun, tidak mau merokok disembarang tempat.<\/p>\n\n\n\n Terakhir kecerdasannya teruji saat Mbah Ipud memecahkan bacaan yang tertulis pada prasasti kuno yang ada di dalam Masjid al-Aqsho Menara Kudus. Saat itu banyak ahli arkeolog dari beberapa universitas terkemuka se Indonesia dan ditambah dari Malaysia didatangkan oleh yayasan menara Kudus bekerjasama dengan pemerintah, untuk menggali informasi tentang hari jadi masjid Menara yang konon berkaitan hari jadi kota Kudus. Namun para arkeolog terkendala membaca tulisan tersebut, karena selain tidak jelas termakan usia, juga banyak simbol dan angka-angka. Dengan jeli dan ditemani rokok kretek, tulisan tersebut sebagian besar terbaca oleh Mbah Ipud.<\/p>\n\n\n\n Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. Semua disiplin ilmu benar-benar ia kuasai, ilmu falaq salah satunya. Salah satu disiplin ilmu jarang orang bisa, dan tergolong langka. Ilmu falaq itu ilmu perbintangan (astronomi), atau sederhananya ilmu untuk menentukan tanggal dengan memakai metode rumus matematik (hitungan). Perkembangan latihan ilmu falaq di Kudus, mulanya pakai rubu\u2019<\/em> (seperempat dari bulan) yang digambarkan dalam kertas di atas kertas ada tulisan dan angka sebagai rumus dan terdapat benang tertempel dipojok fungsinya untuk ditarik garis lurus, dari garis lurus tersebut terlihat kepastian tanggal. <\/p>\n\n\n\n Selanjutnya, latihan dengan memakai rumus yang tercatat dalam kitab badi\u2019atul misal<\/em> sebuah buku didalamnya banyak rumus pasti untuk menghitung dalam penentuan tanggal atau bulan. Terkini KH. Saifuddin Lutfi atau mbah Ipud lewat kreasinya menciptakan cara menghitung dengan rumusan yang di fitur kalkulator, seperti cos, sin dan lain sebagainya. Temuan mbah Ipud ini diajarkan ke para santri di Kudus. <\/p>\n\n\n\n Yang jadi penasaran, kapan Mbah Ipud belajar matematik pada sistem kalkulator? Andaikan punya ijazah hanya lulusan sekolah madrasah, paling lulus tingkat MTS atau SLTP. Saking ahlinya dalam ilmu falaq, ia pernah diminta mengajar sebagai dosen di sekolah tinggi agama Islam (STAIN) Kudus. Sayangnya, ia tidak meneruskan mengajar di STAIN, terganjal administrasi dengan tidak punya ijazah formal.<\/p>\n\n\n\n Baca: Berebut Berkah Kiai Dari Sepuntung Kretek<\/a><\/p>\n\n\n\n Walaupun dikasih kelebihan (\u2018alim dan cerdas) Mbah Ipud ini orangnya sederhana, bawaannya santai. Sering bergaul dengan murid-murid walaupun irit omong. Selain ke\u2019alimannya dan kecerdasannya, yang diingat para santrinya adalah rokok kreteknya. Terlihat saat dimanapun dan saat apapun, rokok kreteknya selalu ada dikantong sakunya. Mbah Ipud pasti akan mencari tempat untuk merokok dimanapun dan pada acara apapun. Ia tergolong perokok yang santun, tidak mau merokok disembarang tempat.<\/p>\n\n\n\n Terakhir kecerdasannya teruji saat Mbah Ipud memecahkan bacaan yang tertulis pada prasasti kuno yang ada di dalam Masjid al-Aqsho Menara Kudus. Saat itu banyak ahli arkeolog dari beberapa universitas terkemuka se Indonesia dan ditambah dari Malaysia didatangkan oleh yayasan menara Kudus bekerjasama dengan pemerintah, untuk menggali informasi tentang hari jadi masjid Menara yang konon berkaitan hari jadi kota Kudus. Namun para arkeolog terkendala membaca tulisan tersebut, karena selain tidak jelas termakan usia, juga banyak simbol dan angka-angka. Dengan jeli dan ditemani rokok kretek, tulisan tersebut sebagian besar terbaca oleh Mbah Ipud.<\/p>\n\n\n\n Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. Baca: Dalil-dalil Akurat yang Membolehkan Merokok<\/a><\/p>\n\n\n\n Semua disiplin ilmu benar-benar ia kuasai, ilmu falaq salah satunya. Salah satu disiplin ilmu jarang orang bisa, dan tergolong langka. Ilmu falaq itu ilmu perbintangan (astronomi), atau sederhananya ilmu untuk menentukan tanggal dengan memakai metode rumus matematik (hitungan). Perkembangan latihan ilmu falaq di Kudus, mulanya pakai rubu\u2019<\/em> (seperempat dari bulan) yang digambarkan dalam kertas di atas kertas ada tulisan dan angka sebagai rumus dan terdapat benang tertempel dipojok fungsinya untuk ditarik garis lurus, dari garis lurus tersebut terlihat kepastian tanggal. <\/p>\n\n\n\n Selanjutnya, latihan dengan memakai rumus yang tercatat dalam kitab badi\u2019atul misal<\/em> sebuah buku didalamnya banyak rumus pasti untuk menghitung dalam penentuan tanggal atau bulan. Terkini KH. Saifuddin Lutfi atau mbah Ipud lewat kreasinya menciptakan cara menghitung dengan rumusan yang di fitur kalkulator, seperti cos, sin dan lain sebagainya. Temuan mbah Ipud ini diajarkan ke para santri di Kudus. <\/p>\n\n\n\n Yang jadi penasaran, kapan Mbah Ipud belajar matematik pada sistem kalkulator? Andaikan punya ijazah hanya lulusan sekolah madrasah, paling lulus tingkat MTS atau SLTP. Saking ahlinya dalam ilmu falaq, ia pernah diminta mengajar sebagai dosen di sekolah tinggi agama Islam (STAIN) Kudus. Sayangnya, ia tidak meneruskan mengajar di STAIN, terganjal administrasi dengan tidak punya ijazah formal.<\/p>\n\n\n\n Baca: Berebut Berkah Kiai Dari Sepuntung Kretek<\/a><\/p>\n\n\n\n Walaupun dikasih kelebihan (\u2018alim dan cerdas) Mbah Ipud ini orangnya sederhana, bawaannya santai. Sering bergaul dengan murid-murid walaupun irit omong. Selain ke\u2019alimannya dan kecerdasannya, yang diingat para santrinya adalah rokok kreteknya. Terlihat saat dimanapun dan saat apapun, rokok kreteknya selalu ada dikantong sakunya. Mbah Ipud pasti akan mencari tempat untuk merokok dimanapun dan pada acara apapun. Ia tergolong perokok yang santun, tidak mau merokok disembarang tempat.<\/p>\n\n\n\n Terakhir kecerdasannya teruji saat Mbah Ipud memecahkan bacaan yang tertulis pada prasasti kuno yang ada di dalam Masjid al-Aqsho Menara Kudus. Saat itu banyak ahli arkeolog dari beberapa universitas terkemuka se Indonesia dan ditambah dari Malaysia didatangkan oleh yayasan menara Kudus bekerjasama dengan pemerintah, untuk menggali informasi tentang hari jadi masjid Menara yang konon berkaitan hari jadi kota Kudus. Namun para arkeolog terkendala membaca tulisan tersebut, karena selain tidak jelas termakan usia, juga banyak simbol dan angka-angka. Dengan jeli dan ditemani rokok kretek, tulisan tersebut sebagian besar terbaca oleh Mbah Ipud.<\/p>\n\n\n\n Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. Kata-kata di atas keluar dari sosok orang yang \u2018alim serta cerdas, ia adalah KH. Saifuddin Lutfi terkenal dengan sebutan Mbah Ipud. Menurut cerita KH. Sya\u2019roni Ahmadi, ia adalah orang cerdas. Dulu saat masih dibangku sekolah sukanya tidur, anehnya saat ditanya ia bisa menjawab. Anehnya lagi, kitab dan buku yang dibawa tidak terlihat catatan layaknya murid lainnya. Kalau disuruh pilih, Mbah Ipud dan 1000 bahkan jutaan kamu sambil menunjuk ke aku yang saat itu didepan KH. Sya\u2019roni, masih pilih Ipud.<\/p>\n\n\n\n Baca: Dalil-dalil Akurat yang Membolehkan Merokok<\/a><\/p>\n\n\n\n Semua disiplin ilmu benar-benar ia kuasai, ilmu falaq salah satunya. Salah satu disiplin ilmu jarang orang bisa, dan tergolong langka. Ilmu falaq itu ilmu perbintangan (astronomi), atau sederhananya ilmu untuk menentukan tanggal dengan memakai metode rumus matematik (hitungan). Perkembangan latihan ilmu falaq di Kudus, mulanya pakai rubu\u2019<\/em> (seperempat dari bulan) yang digambarkan dalam kertas di atas kertas ada tulisan dan angka sebagai rumus dan terdapat benang tertempel dipojok fungsinya untuk ditarik garis lurus, dari garis lurus tersebut terlihat kepastian tanggal. <\/p>\n\n\n\n Selanjutnya, latihan dengan memakai rumus yang tercatat dalam kitab badi\u2019atul misal<\/em> sebuah buku didalamnya banyak rumus pasti untuk menghitung dalam penentuan tanggal atau bulan. Terkini KH. Saifuddin Lutfi atau mbah Ipud lewat kreasinya menciptakan cara menghitung dengan rumusan yang di fitur kalkulator, seperti cos, sin dan lain sebagainya. Temuan mbah Ipud ini diajarkan ke para santri di Kudus. <\/p>\n\n\n\n Yang jadi penasaran, kapan Mbah Ipud belajar matematik pada sistem kalkulator? Andaikan punya ijazah hanya lulusan sekolah madrasah, paling lulus tingkat MTS atau SLTP. Saking ahlinya dalam ilmu falaq, ia pernah diminta mengajar sebagai dosen di sekolah tinggi agama Islam (STAIN) Kudus. Sayangnya, ia tidak meneruskan mengajar di STAIN, terganjal administrasi dengan tidak punya ijazah formal.<\/p>\n\n\n\n Baca: Berebut Berkah Kiai Dari Sepuntung Kretek<\/a><\/p>\n\n\n\n Walaupun dikasih kelebihan (\u2018alim dan cerdas) Mbah Ipud ini orangnya sederhana, bawaannya santai. Sering bergaul dengan murid-murid walaupun irit omong. Selain ke\u2019alimannya dan kecerdasannya, yang diingat para santrinya adalah rokok kreteknya. Terlihat saat dimanapun dan saat apapun, rokok kreteknya selalu ada dikantong sakunya. Mbah Ipud pasti akan mencari tempat untuk merokok dimanapun dan pada acara apapun. Ia tergolong perokok yang santun, tidak mau merokok disembarang tempat.<\/p>\n\n\n\n Terakhir kecerdasannya teruji saat Mbah Ipud memecahkan bacaan yang tertulis pada prasasti kuno yang ada di dalam Masjid al-Aqsho Menara Kudus. Saat itu banyak ahli arkeolog dari beberapa universitas terkemuka se Indonesia dan ditambah dari Malaysia didatangkan oleh yayasan menara Kudus bekerjasama dengan pemerintah, untuk menggali informasi tentang hari jadi masjid Menara yang konon berkaitan hari jadi kota Kudus. Namun para arkeolog terkendala membaca tulisan tersebut, karena selain tidak jelas termakan usia, juga banyak simbol dan angka-angka. Dengan jeli dan ditemani rokok kretek, tulisan tersebut sebagian besar terbaca oleh Mbah Ipud.<\/p>\n\n\n\n Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. \u201cYang merokok, yang sehat. Yang merokok, yang hidup.\u201d <\/em>Inilah kata-kata salah satu Ulama\u2019 tersohor dikalangan santri kota Kudus dan sekitarnya. Sepintas kata-kata tersebut sederhana dan biasa. Namun bernuansa Mantiqi sebutan dikalangan para santri. <\/p>\n\n\n\n Kata-kata di atas keluar dari sosok orang yang \u2018alim serta cerdas, ia adalah KH. Saifuddin Lutfi terkenal dengan sebutan Mbah Ipud. Menurut cerita KH. Sya\u2019roni Ahmadi, ia adalah orang cerdas. Dulu saat masih dibangku sekolah sukanya tidur, anehnya saat ditanya ia bisa menjawab. Anehnya lagi, kitab dan buku yang dibawa tidak terlihat catatan layaknya murid lainnya. Kalau disuruh pilih, Mbah Ipud dan 1000 bahkan jutaan kamu sambil menunjuk ke aku yang saat itu didepan KH. Sya\u2019roni, masih pilih Ipud.<\/p>\n\n\n\n Baca: Dalil-dalil Akurat yang Membolehkan Merokok<\/a><\/p>\n\n\n\n Semua disiplin ilmu benar-benar ia kuasai, ilmu falaq salah satunya. Salah satu disiplin ilmu jarang orang bisa, dan tergolong langka. Ilmu falaq itu ilmu perbintangan (astronomi), atau sederhananya ilmu untuk menentukan tanggal dengan memakai metode rumus matematik (hitungan). Perkembangan latihan ilmu falaq di Kudus, mulanya pakai rubu\u2019<\/em> (seperempat dari bulan) yang digambarkan dalam kertas di atas kertas ada tulisan dan angka sebagai rumus dan terdapat benang tertempel dipojok fungsinya untuk ditarik garis lurus, dari garis lurus tersebut terlihat kepastian tanggal. <\/p>\n\n\n\n Selanjutnya, latihan dengan memakai rumus yang tercatat dalam kitab badi\u2019atul misal<\/em> sebuah buku didalamnya banyak rumus pasti untuk menghitung dalam penentuan tanggal atau bulan. Terkini KH. Saifuddin Lutfi atau mbah Ipud lewat kreasinya menciptakan cara menghitung dengan rumusan yang di fitur kalkulator, seperti cos, sin dan lain sebagainya. Temuan mbah Ipud ini diajarkan ke para santri di Kudus. <\/p>\n\n\n\n Yang jadi penasaran, kapan Mbah Ipud belajar matematik pada sistem kalkulator? Andaikan punya ijazah hanya lulusan sekolah madrasah, paling lulus tingkat MTS atau SLTP. Saking ahlinya dalam ilmu falaq, ia pernah diminta mengajar sebagai dosen di sekolah tinggi agama Islam (STAIN) Kudus. Sayangnya, ia tidak meneruskan mengajar di STAIN, terganjal administrasi dengan tidak punya ijazah formal.<\/p>\n\n\n\n Baca: Berebut Berkah Kiai Dari Sepuntung Kretek<\/a><\/p>\n\n\n\n Walaupun dikasih kelebihan (\u2018alim dan cerdas) Mbah Ipud ini orangnya sederhana, bawaannya santai. Sering bergaul dengan murid-murid walaupun irit omong. Selain ke\u2019alimannya dan kecerdasannya, yang diingat para santrinya adalah rokok kreteknya. Terlihat saat dimanapun dan saat apapun, rokok kreteknya selalu ada dikantong sakunya. Mbah Ipud pasti akan mencari tempat untuk merokok dimanapun dan pada acara apapun. Ia tergolong perokok yang santun, tidak mau merokok disembarang tempat.<\/p>\n\n\n\n Terakhir kecerdasannya teruji saat Mbah Ipud memecahkan bacaan yang tertulis pada prasasti kuno yang ada di dalam Masjid al-Aqsho Menara Kudus. Saat itu banyak ahli arkeolog dari beberapa universitas terkemuka se Indonesia dan ditambah dari Malaysia didatangkan oleh yayasan menara Kudus bekerjasama dengan pemerintah, untuk menggali informasi tentang hari jadi masjid Menara yang konon berkaitan hari jadi kota Kudus. Namun para arkeolog terkendala membaca tulisan tersebut, karena selain tidak jelas termakan usia, juga banyak simbol dan angka-angka. Dengan jeli dan ditemani rokok kretek, tulisan tersebut sebagian besar terbaca oleh Mbah Ipud.<\/p>\n\n\n\n Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. Kiai-kiai lain tertawa hingga suasa jadi ramai dan sambil mengangguk-nganggukkan kepala, lalu KH. Fathur Rahman berkata, \u201ckuwe ancen dakik mbah\u201d<\/em> (kamu memang cerdas mbah). Setelah KH. Sya\u2019roni Ahmadi ke ruangan aula obrolan dihentikan dan dilanjutkan acara pembukaan pembacaan Alquran dengan hafalan (khataman Alquran) dimulai. Acara dibuka langsung oleh KH. Sya\u2019roni Ahmadi beserta barokah do\u2019anya. \u201cYang merokok, yang sehat. Yang merokok, yang hidup.\u201d <\/em>Inilah kata-kata salah satu Ulama\u2019 tersohor dikalangan santri kota Kudus dan sekitarnya. Sepintas kata-kata tersebut sederhana dan biasa. Namun bernuansa Mantiqi sebutan dikalangan para santri. <\/p>\n\n\n\n Kata-kata di atas keluar dari sosok orang yang \u2018alim serta cerdas, ia adalah KH. Saifuddin Lutfi terkenal dengan sebutan Mbah Ipud. Menurut cerita KH. Sya\u2019roni Ahmadi, ia adalah orang cerdas. Dulu saat masih dibangku sekolah sukanya tidur, anehnya saat ditanya ia bisa menjawab. Anehnya lagi, kitab dan buku yang dibawa tidak terlihat catatan layaknya murid lainnya. Kalau disuruh pilih, Mbah Ipud dan 1000 bahkan jutaan kamu sambil menunjuk ke aku yang saat itu didepan KH. Sya\u2019roni, masih pilih Ipud.<\/p>\n\n\n\n Baca: Dalil-dalil Akurat yang Membolehkan Merokok<\/a><\/p>\n\n\n\n Semua disiplin ilmu benar-benar ia kuasai, ilmu falaq salah satunya. Salah satu disiplin ilmu jarang orang bisa, dan tergolong langka. Ilmu falaq itu ilmu perbintangan (astronomi), atau sederhananya ilmu untuk menentukan tanggal dengan memakai metode rumus matematik (hitungan). Perkembangan latihan ilmu falaq di Kudus, mulanya pakai rubu\u2019<\/em> (seperempat dari bulan) yang digambarkan dalam kertas di atas kertas ada tulisan dan angka sebagai rumus dan terdapat benang tertempel dipojok fungsinya untuk ditarik garis lurus, dari garis lurus tersebut terlihat kepastian tanggal. <\/p>\n\n\n\n Selanjutnya, latihan dengan memakai rumus yang tercatat dalam kitab badi\u2019atul misal<\/em> sebuah buku didalamnya banyak rumus pasti untuk menghitung dalam penentuan tanggal atau bulan. Terkini KH. Saifuddin Lutfi atau mbah Ipud lewat kreasinya menciptakan cara menghitung dengan rumusan yang di fitur kalkulator, seperti cos, sin dan lain sebagainya. Temuan mbah Ipud ini diajarkan ke para santri di Kudus. <\/p>\n\n\n\n Yang jadi penasaran, kapan Mbah Ipud belajar matematik pada sistem kalkulator? Andaikan punya ijazah hanya lulusan sekolah madrasah, paling lulus tingkat MTS atau SLTP. Saking ahlinya dalam ilmu falaq, ia pernah diminta mengajar sebagai dosen di sekolah tinggi agama Islam (STAIN) Kudus. Sayangnya, ia tidak meneruskan mengajar di STAIN, terganjal administrasi dengan tidak punya ijazah formal.<\/p>\n\n\n\n Baca: Berebut Berkah Kiai Dari Sepuntung Kretek<\/a><\/p>\n\n\n\n Walaupun dikasih kelebihan (\u2018alim dan cerdas) Mbah Ipud ini orangnya sederhana, bawaannya santai. Sering bergaul dengan murid-murid walaupun irit omong. Selain ke\u2019alimannya dan kecerdasannya, yang diingat para santrinya adalah rokok kreteknya. Terlihat saat dimanapun dan saat apapun, rokok kreteknya selalu ada dikantong sakunya. Mbah Ipud pasti akan mencari tempat untuk merokok dimanapun dan pada acara apapun. Ia tergolong perokok yang santun, tidak mau merokok disembarang tempat.<\/p>\n\n\n\n Terakhir kecerdasannya teruji saat Mbah Ipud memecahkan bacaan yang tertulis pada prasasti kuno yang ada di dalam Masjid al-Aqsho Menara Kudus. Saat itu banyak ahli arkeolog dari beberapa universitas terkemuka se Indonesia dan ditambah dari Malaysia didatangkan oleh yayasan menara Kudus bekerjasama dengan pemerintah, untuk menggali informasi tentang hari jadi masjid Menara yang konon berkaitan hari jadi kota Kudus. Namun para arkeolog terkendala membaca tulisan tersebut, karena selain tidak jelas termakan usia, juga banyak simbol dan angka-angka. Dengan jeli dan ditemani rokok kretek, tulisan tersebut sebagian besar terbaca oleh Mbah Ipud.<\/p>\n\n\n\n Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. \u201cwong seng udud iku mesti urip, seng mati mesti ora udud, wong seng udud wong seng sehat, mergo loro ora iso ngrasakno nikmati udud<\/em> (orang yang merokok itu pasti orang hidup, orang yang sudah meninggal pasti tidak akan merokok, orang yang merokok orang yang sehat, karena orang yang sakit tidak bisa merasakan nikmatnya merokok). <\/p>\n\n\n\n Kiai-kiai lain tertawa hingga suasa jadi ramai dan sambil mengangguk-nganggukkan kepala, lalu KH. Fathur Rahman berkata, \u201ckuwe ancen dakik mbah\u201d<\/em> (kamu memang cerdas mbah). Setelah KH. Sya\u2019roni Ahmadi ke ruangan aula obrolan dihentikan dan dilanjutkan acara pembukaan pembacaan Alquran dengan hafalan (khataman Alquran) dimulai. Acara dibuka langsung oleh KH. Sya\u2019roni Ahmadi beserta barokah do\u2019anya. \u201cYang merokok, yang sehat. Yang merokok, yang hidup.\u201d <\/em>Inilah kata-kata salah satu Ulama\u2019 tersohor dikalangan santri kota Kudus dan sekitarnya. Sepintas kata-kata tersebut sederhana dan biasa. Namun bernuansa Mantiqi sebutan dikalangan para santri. <\/p>\n\n\n\n Kata-kata di atas keluar dari sosok orang yang \u2018alim serta cerdas, ia adalah KH. Saifuddin Lutfi terkenal dengan sebutan Mbah Ipud. Menurut cerita KH. Sya\u2019roni Ahmadi, ia adalah orang cerdas. Dulu saat masih dibangku sekolah sukanya tidur, anehnya saat ditanya ia bisa menjawab. Anehnya lagi, kitab dan buku yang dibawa tidak terlihat catatan layaknya murid lainnya. Kalau disuruh pilih, Mbah Ipud dan 1000 bahkan jutaan kamu sambil menunjuk ke aku yang saat itu didepan KH. Sya\u2019roni, masih pilih Ipud.<\/p>\n\n\n\n Baca: Dalil-dalil Akurat yang Membolehkan Merokok<\/a><\/p>\n\n\n\n Semua disiplin ilmu benar-benar ia kuasai, ilmu falaq salah satunya. Salah satu disiplin ilmu jarang orang bisa, dan tergolong langka. Ilmu falaq itu ilmu perbintangan (astronomi), atau sederhananya ilmu untuk menentukan tanggal dengan memakai metode rumus matematik (hitungan). Perkembangan latihan ilmu falaq di Kudus, mulanya pakai rubu\u2019<\/em> (seperempat dari bulan) yang digambarkan dalam kertas di atas kertas ada tulisan dan angka sebagai rumus dan terdapat benang tertempel dipojok fungsinya untuk ditarik garis lurus, dari garis lurus tersebut terlihat kepastian tanggal. <\/p>\n\n\n\n Selanjutnya, latihan dengan memakai rumus yang tercatat dalam kitab badi\u2019atul misal<\/em> sebuah buku didalamnya banyak rumus pasti untuk menghitung dalam penentuan tanggal atau bulan. Terkini KH. Saifuddin Lutfi atau mbah Ipud lewat kreasinya menciptakan cara menghitung dengan rumusan yang di fitur kalkulator, seperti cos, sin dan lain sebagainya. Temuan mbah Ipud ini diajarkan ke para santri di Kudus. <\/p>\n\n\n\n Yang jadi penasaran, kapan Mbah Ipud belajar matematik pada sistem kalkulator? Andaikan punya ijazah hanya lulusan sekolah madrasah, paling lulus tingkat MTS atau SLTP. Saking ahlinya dalam ilmu falaq, ia pernah diminta mengajar sebagai dosen di sekolah tinggi agama Islam (STAIN) Kudus. Sayangnya, ia tidak meneruskan mengajar di STAIN, terganjal administrasi dengan tidak punya ijazah formal.<\/p>\n\n\n\n Baca: Berebut Berkah Kiai Dari Sepuntung Kretek<\/a><\/p>\n\n\n\n Walaupun dikasih kelebihan (\u2018alim dan cerdas) Mbah Ipud ini orangnya sederhana, bawaannya santai. Sering bergaul dengan murid-murid walaupun irit omong. Selain ke\u2019alimannya dan kecerdasannya, yang diingat para santrinya adalah rokok kreteknya. Terlihat saat dimanapun dan saat apapun, rokok kreteknya selalu ada dikantong sakunya. Mbah Ipud pasti akan mencari tempat untuk merokok dimanapun dan pada acara apapun. Ia tergolong perokok yang santun, tidak mau merokok disembarang tempat.<\/p>\n\n\n\n Terakhir kecerdasannya teruji saat Mbah Ipud memecahkan bacaan yang tertulis pada prasasti kuno yang ada di dalam Masjid al-Aqsho Menara Kudus. Saat itu banyak ahli arkeolog dari beberapa universitas terkemuka se Indonesia dan ditambah dari Malaysia didatangkan oleh yayasan menara Kudus bekerjasama dengan pemerintah, untuk menggali informasi tentang hari jadi masjid Menara yang konon berkaitan hari jadi kota Kudus. Namun para arkeolog terkendala membaca tulisan tersebut, karena selain tidak jelas termakan usia, juga banyak simbol dan angka-angka. Dengan jeli dan ditemani rokok kretek, tulisan tersebut sebagian besar terbaca oleh Mbah Ipud.<\/p>\n\n\n\n Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. Mbah Ipud menyahut obrolan tersebut dengan berkata \u201cwong seng udud iku wedi mati, nyatane nek mati disumet meneh<\/em> (orang yang merokok itu takut mati, nyatanya kalau rokoknya mati disulut kembali).<\/p>\n\n\n\n \u201cwong seng udud iku mesti urip, seng mati mesti ora udud, wong seng udud wong seng sehat, mergo loro ora iso ngrasakno nikmati udud<\/em> (orang yang merokok itu pasti orang hidup, orang yang sudah meninggal pasti tidak akan merokok, orang yang merokok orang yang sehat, karena orang yang sakit tidak bisa merasakan nikmatnya merokok). <\/p>\n\n\n\n Kiai-kiai lain tertawa hingga suasa jadi ramai dan sambil mengangguk-nganggukkan kepala, lalu KH. Fathur Rahman berkata, \u201ckuwe ancen dakik mbah\u201d<\/em> (kamu memang cerdas mbah). Setelah KH. Sya\u2019roni Ahmadi ke ruangan aula obrolan dihentikan dan dilanjutkan acara pembukaan pembacaan Alquran dengan hafalan (khataman Alquran) dimulai. Acara dibuka langsung oleh KH. Sya\u2019roni Ahmadi beserta barokah do\u2019anya. \u201cYang merokok, yang sehat. Yang merokok, yang hidup.\u201d <\/em>Inilah kata-kata salah satu Ulama\u2019 tersohor dikalangan santri kota Kudus dan sekitarnya. Sepintas kata-kata tersebut sederhana dan biasa. Namun bernuansa Mantiqi sebutan dikalangan para santri. <\/p>\n\n\n\n Kata-kata di atas keluar dari sosok orang yang \u2018alim serta cerdas, ia adalah KH. Saifuddin Lutfi terkenal dengan sebutan Mbah Ipud. Menurut cerita KH. Sya\u2019roni Ahmadi, ia adalah orang cerdas. Dulu saat masih dibangku sekolah sukanya tidur, anehnya saat ditanya ia bisa menjawab. Anehnya lagi, kitab dan buku yang dibawa tidak terlihat catatan layaknya murid lainnya. Kalau disuruh pilih, Mbah Ipud dan 1000 bahkan jutaan kamu sambil menunjuk ke aku yang saat itu didepan KH. Sya\u2019roni, masih pilih Ipud.<\/p>\n\n\n\n Baca: Dalil-dalil Akurat yang Membolehkan Merokok<\/a><\/p>\n\n\n\n Semua disiplin ilmu benar-benar ia kuasai, ilmu falaq salah satunya. Salah satu disiplin ilmu jarang orang bisa, dan tergolong langka. Ilmu falaq itu ilmu perbintangan (astronomi), atau sederhananya ilmu untuk menentukan tanggal dengan memakai metode rumus matematik (hitungan). Perkembangan latihan ilmu falaq di Kudus, mulanya pakai rubu\u2019<\/em> (seperempat dari bulan) yang digambarkan dalam kertas di atas kertas ada tulisan dan angka sebagai rumus dan terdapat benang tertempel dipojok fungsinya untuk ditarik garis lurus, dari garis lurus tersebut terlihat kepastian tanggal. <\/p>\n\n\n\n Selanjutnya, latihan dengan memakai rumus yang tercatat dalam kitab badi\u2019atul misal<\/em> sebuah buku didalamnya banyak rumus pasti untuk menghitung dalam penentuan tanggal atau bulan. Terkini KH. Saifuddin Lutfi atau mbah Ipud lewat kreasinya menciptakan cara menghitung dengan rumusan yang di fitur kalkulator, seperti cos, sin dan lain sebagainya. Temuan mbah Ipud ini diajarkan ke para santri di Kudus. <\/p>\n\n\n\n Yang jadi penasaran, kapan Mbah Ipud belajar matematik pada sistem kalkulator? Andaikan punya ijazah hanya lulusan sekolah madrasah, paling lulus tingkat MTS atau SLTP. Saking ahlinya dalam ilmu falaq, ia pernah diminta mengajar sebagai dosen di sekolah tinggi agama Islam (STAIN) Kudus. Sayangnya, ia tidak meneruskan mengajar di STAIN, terganjal administrasi dengan tidak punya ijazah formal.<\/p>\n\n\n\n Baca: Berebut Berkah Kiai Dari Sepuntung Kretek<\/a><\/p>\n\n\n\n Walaupun dikasih kelebihan (\u2018alim dan cerdas) Mbah Ipud ini orangnya sederhana, bawaannya santai. Sering bergaul dengan murid-murid walaupun irit omong. Selain ke\u2019alimannya dan kecerdasannya, yang diingat para santrinya adalah rokok kreteknya. Terlihat saat dimanapun dan saat apapun, rokok kreteknya selalu ada dikantong sakunya. Mbah Ipud pasti akan mencari tempat untuk merokok dimanapun dan pada acara apapun. Ia tergolong perokok yang santun, tidak mau merokok disembarang tempat.<\/p>\n\n\n\n Terakhir kecerdasannya teruji saat Mbah Ipud memecahkan bacaan yang tertulis pada prasasti kuno yang ada di dalam Masjid al-Aqsho Menara Kudus. Saat itu banyak ahli arkeolog dari beberapa universitas terkemuka se Indonesia dan ditambah dari Malaysia didatangkan oleh yayasan menara Kudus bekerjasama dengan pemerintah, untuk menggali informasi tentang hari jadi masjid Menara yang konon berkaitan hari jadi kota Kudus. Namun para arkeolog terkendala membaca tulisan tersebut, karena selain tidak jelas termakan usia, juga banyak simbol dan angka-angka. Dengan jeli dan ditemani rokok kretek, tulisan tersebut sebagian besar terbaca oleh Mbah Ipud.<\/p>\n\n\n\n Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. Beliau pun sambil memegang gelas teh hangat lalu meminumnya. Kiai-kiai lain ada yang tersenyum dan ada yang tertawa. Ternyata keadaan KH. Fathur Rahman belum sembuh dari sakit patah tulang bagian lengan kanan. Setelah minum beliau menceritakan keaadan tangan kanannya belum pulih dengan baik. Beliau sering merasakan nyeri dan ngilu pada lengannya, apalagi saat kena hawa dingin, atau air yang dingin. Masak dengan keadaan tangan kanan begini harus merokok pakai tangan kiri, dikira sombong, sudah ambil rokok dengan tangan kiri, menyulut dengan tangan kiri, merokok dengan tangan kiri dilihat orang gak matching, merokok itu pakai tangan kanan mengikuti sunnah Rosul saat makan, kata KH. Fathur Rahman. <\/p>\n\n\n\n Mbah Ipud menyahut obrolan tersebut dengan berkata \u201cwong seng udud iku wedi mati, nyatane nek mati disumet meneh<\/em> (orang yang merokok itu takut mati, nyatanya kalau rokoknya mati disulut kembali).<\/p>\n\n\n\n \u201cwong seng udud iku mesti urip, seng mati mesti ora udud, wong seng udud wong seng sehat, mergo loro ora iso ngrasakno nikmati udud<\/em> (orang yang merokok itu pasti orang hidup, orang yang sudah meninggal pasti tidak akan merokok, orang yang merokok orang yang sehat, karena orang yang sakit tidak bisa merasakan nikmatnya merokok). <\/p>\n\n\n\n Kiai-kiai lain tertawa hingga suasa jadi ramai dan sambil mengangguk-nganggukkan kepala, lalu KH. Fathur Rahman berkata, \u201ckuwe ancen dakik mbah\u201d<\/em> (kamu memang cerdas mbah). Setelah KH. Sya\u2019roni Ahmadi ke ruangan aula obrolan dihentikan dan dilanjutkan acara pembukaan pembacaan Alquran dengan hafalan (khataman Alquran) dimulai. Acara dibuka langsung oleh KH. Sya\u2019roni Ahmadi beserta barokah do\u2019anya. \u201cYang merokok, yang sehat. Yang merokok, yang hidup.\u201d <\/em>Inilah kata-kata salah satu Ulama\u2019 tersohor dikalangan santri kota Kudus dan sekitarnya. Sepintas kata-kata tersebut sederhana dan biasa. Namun bernuansa Mantiqi sebutan dikalangan para santri. <\/p>\n\n\n\n Kata-kata di atas keluar dari sosok orang yang \u2018alim serta cerdas, ia adalah KH. Saifuddin Lutfi terkenal dengan sebutan Mbah Ipud. Menurut cerita KH. Sya\u2019roni Ahmadi, ia adalah orang cerdas. Dulu saat masih dibangku sekolah sukanya tidur, anehnya saat ditanya ia bisa menjawab. Anehnya lagi, kitab dan buku yang dibawa tidak terlihat catatan layaknya murid lainnya. Kalau disuruh pilih, Mbah Ipud dan 1000 bahkan jutaan kamu sambil menunjuk ke aku yang saat itu didepan KH. Sya\u2019roni, masih pilih Ipud.<\/p>\n\n\n\n Baca: Dalil-dalil Akurat yang Membolehkan Merokok<\/a><\/p>\n\n\n\n Semua disiplin ilmu benar-benar ia kuasai, ilmu falaq salah satunya. Salah satu disiplin ilmu jarang orang bisa, dan tergolong langka. Ilmu falaq itu ilmu perbintangan (astronomi), atau sederhananya ilmu untuk menentukan tanggal dengan memakai metode rumus matematik (hitungan). Perkembangan latihan ilmu falaq di Kudus, mulanya pakai rubu\u2019<\/em> (seperempat dari bulan) yang digambarkan dalam kertas di atas kertas ada tulisan dan angka sebagai rumus dan terdapat benang tertempel dipojok fungsinya untuk ditarik garis lurus, dari garis lurus tersebut terlihat kepastian tanggal. <\/p>\n\n\n\n Selanjutnya, latihan dengan memakai rumus yang tercatat dalam kitab badi\u2019atul misal<\/em> sebuah buku didalamnya banyak rumus pasti untuk menghitung dalam penentuan tanggal atau bulan. Terkini KH. Saifuddin Lutfi atau mbah Ipud lewat kreasinya menciptakan cara menghitung dengan rumusan yang di fitur kalkulator, seperti cos, sin dan lain sebagainya. Temuan mbah Ipud ini diajarkan ke para santri di Kudus. <\/p>\n\n\n\n Yang jadi penasaran, kapan Mbah Ipud belajar matematik pada sistem kalkulator? Andaikan punya ijazah hanya lulusan sekolah madrasah, paling lulus tingkat MTS atau SLTP. Saking ahlinya dalam ilmu falaq, ia pernah diminta mengajar sebagai dosen di sekolah tinggi agama Islam (STAIN) Kudus. Sayangnya, ia tidak meneruskan mengajar di STAIN, terganjal administrasi dengan tidak punya ijazah formal.<\/p>\n\n\n\n Baca: Berebut Berkah Kiai Dari Sepuntung Kretek<\/a><\/p>\n\n\n\n Walaupun dikasih kelebihan (\u2018alim dan cerdas) Mbah Ipud ini orangnya sederhana, bawaannya santai. Sering bergaul dengan murid-murid walaupun irit omong. Selain ke\u2019alimannya dan kecerdasannya, yang diingat para santrinya adalah rokok kreteknya. Terlihat saat dimanapun dan saat apapun, rokok kreteknya selalu ada dikantong sakunya. Mbah Ipud pasti akan mencari tempat untuk merokok dimanapun dan pada acara apapun. Ia tergolong perokok yang santun, tidak mau merokok disembarang tempat.<\/p>\n\n\n\n Terakhir kecerdasannya teruji saat Mbah Ipud memecahkan bacaan yang tertulis pada prasasti kuno yang ada di dalam Masjid al-Aqsho Menara Kudus. Saat itu banyak ahli arkeolog dari beberapa universitas terkemuka se Indonesia dan ditambah dari Malaysia didatangkan oleh yayasan menara Kudus bekerjasama dengan pemerintah, untuk menggali informasi tentang hari jadi masjid Menara yang konon berkaitan hari jadi kota Kudus. Namun para arkeolog terkendala membaca tulisan tersebut, karena selain tidak jelas termakan usia, juga banyak simbol dan angka-angka. Dengan jeli dan ditemani rokok kretek, tulisan tersebut sebagian besar terbaca oleh Mbah Ipud.<\/p>\n\n\n\n Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. \u201cwong loro yo mangan karo ngumbe disik, ngono ae kudu ora kolu<\/em> (orang sakit sementara makan dan minum saja, gitu aja kadang gak enak dan gak pingin)\u201d.<\/p>\n\n\n\n Beliau pun sambil memegang gelas teh hangat lalu meminumnya. Kiai-kiai lain ada yang tersenyum dan ada yang tertawa. Ternyata keadaan KH. Fathur Rahman belum sembuh dari sakit patah tulang bagian lengan kanan. Setelah minum beliau menceritakan keaadan tangan kanannya belum pulih dengan baik. Beliau sering merasakan nyeri dan ngilu pada lengannya, apalagi saat kena hawa dingin, atau air yang dingin. Masak dengan keadaan tangan kanan begini harus merokok pakai tangan kiri, dikira sombong, sudah ambil rokok dengan tangan kiri, menyulut dengan tangan kiri, merokok dengan tangan kiri dilihat orang gak matching, merokok itu pakai tangan kanan mengikuti sunnah Rosul saat makan, kata KH. Fathur Rahman. <\/p>\n\n\n\n Mbah Ipud menyahut obrolan tersebut dengan berkata \u201cwong seng udud iku wedi mati, nyatane nek mati disumet meneh<\/em> (orang yang merokok itu takut mati, nyatanya kalau rokoknya mati disulut kembali).<\/p>\n\n\n\n \u201cwong seng udud iku mesti urip, seng mati mesti ora udud, wong seng udud wong seng sehat, mergo loro ora iso ngrasakno nikmati udud<\/em> (orang yang merokok itu pasti orang hidup, orang yang sudah meninggal pasti tidak akan merokok, orang yang merokok orang yang sehat, karena orang yang sakit tidak bisa merasakan nikmatnya merokok). <\/p>\n\n\n\n Kiai-kiai lain tertawa hingga suasa jadi ramai dan sambil mengangguk-nganggukkan kepala, lalu KH. Fathur Rahman berkata, \u201ckuwe ancen dakik mbah\u201d<\/em> (kamu memang cerdas mbah). Setelah KH. Sya\u2019roni Ahmadi ke ruangan aula obrolan dihentikan dan dilanjutkan acara pembukaan pembacaan Alquran dengan hafalan (khataman Alquran) dimulai. Acara dibuka langsung oleh KH. Sya\u2019roni Ahmadi beserta barokah do\u2019anya. \u201cYang merokok, yang sehat. Yang merokok, yang hidup.\u201d <\/em>Inilah kata-kata salah satu Ulama\u2019 tersohor dikalangan santri kota Kudus dan sekitarnya. Sepintas kata-kata tersebut sederhana dan biasa. Namun bernuansa Mantiqi sebutan dikalangan para santri. <\/p>\n\n\n\n Kata-kata di atas keluar dari sosok orang yang \u2018alim serta cerdas, ia adalah KH. Saifuddin Lutfi terkenal dengan sebutan Mbah Ipud. Menurut cerita KH. Sya\u2019roni Ahmadi, ia adalah orang cerdas. Dulu saat masih dibangku sekolah sukanya tidur, anehnya saat ditanya ia bisa menjawab. Anehnya lagi, kitab dan buku yang dibawa tidak terlihat catatan layaknya murid lainnya. Kalau disuruh pilih, Mbah Ipud dan 1000 bahkan jutaan kamu sambil menunjuk ke aku yang saat itu didepan KH. Sya\u2019roni, masih pilih Ipud.<\/p>\n\n\n\n Baca: Dalil-dalil Akurat yang Membolehkan Merokok<\/a><\/p>\n\n\n\n Semua disiplin ilmu benar-benar ia kuasai, ilmu falaq salah satunya. Salah satu disiplin ilmu jarang orang bisa, dan tergolong langka. Ilmu falaq itu ilmu perbintangan (astronomi), atau sederhananya ilmu untuk menentukan tanggal dengan memakai metode rumus matematik (hitungan). Perkembangan latihan ilmu falaq di Kudus, mulanya pakai rubu\u2019<\/em> (seperempat dari bulan) yang digambarkan dalam kertas di atas kertas ada tulisan dan angka sebagai rumus dan terdapat benang tertempel dipojok fungsinya untuk ditarik garis lurus, dari garis lurus tersebut terlihat kepastian tanggal. <\/p>\n\n\n\n Selanjutnya, latihan dengan memakai rumus yang tercatat dalam kitab badi\u2019atul misal<\/em> sebuah buku didalamnya banyak rumus pasti untuk menghitung dalam penentuan tanggal atau bulan. Terkini KH. Saifuddin Lutfi atau mbah Ipud lewat kreasinya menciptakan cara menghitung dengan rumusan yang di fitur kalkulator, seperti cos, sin dan lain sebagainya. Temuan mbah Ipud ini diajarkan ke para santri di Kudus. <\/p>\n\n\n\n Yang jadi penasaran, kapan Mbah Ipud belajar matematik pada sistem kalkulator? Andaikan punya ijazah hanya lulusan sekolah madrasah, paling lulus tingkat MTS atau SLTP. Saking ahlinya dalam ilmu falaq, ia pernah diminta mengajar sebagai dosen di sekolah tinggi agama Islam (STAIN) Kudus. Sayangnya, ia tidak meneruskan mengajar di STAIN, terganjal administrasi dengan tidak punya ijazah formal.<\/p>\n\n\n\n Baca: Berebut Berkah Kiai Dari Sepuntung Kretek<\/a><\/p>\n\n\n\n Walaupun dikasih kelebihan (\u2018alim dan cerdas) Mbah Ipud ini orangnya sederhana, bawaannya santai. Sering bergaul dengan murid-murid walaupun irit omong. Selain ke\u2019alimannya dan kecerdasannya, yang diingat para santrinya adalah rokok kreteknya. Terlihat saat dimanapun dan saat apapun, rokok kreteknya selalu ada dikantong sakunya. Mbah Ipud pasti akan mencari tempat untuk merokok dimanapun dan pada acara apapun. Ia tergolong perokok yang santun, tidak mau merokok disembarang tempat.<\/p>\n\n\n\n Terakhir kecerdasannya teruji saat Mbah Ipud memecahkan bacaan yang tertulis pada prasasti kuno yang ada di dalam Masjid al-Aqsho Menara Kudus. Saat itu banyak ahli arkeolog dari beberapa universitas terkemuka se Indonesia dan ditambah dari Malaysia didatangkan oleh yayasan menara Kudus bekerjasama dengan pemerintah, untuk menggali informasi tentang hari jadi masjid Menara yang konon berkaitan hari jadi kota Kudus. Namun para arkeolog terkendala membaca tulisan tersebut, karena selain tidak jelas termakan usia, juga banyak simbol dan angka-angka. Dengan jeli dan ditemani rokok kretek, tulisan tersebut sebagian besar terbaca oleh Mbah Ipud.<\/p>\n\n\n\n Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. Namun saat itu, ketika Mbah Ipud menyodorkan rokoknya, KH. Fathur Rahman menolak dengan berkata \u201c wong loro kok ngrokok iku jenenge kemaki (orang keadaan sakit tapi malah merokok namanya sombong)\u201d, kelakar KH. Fathur Rahman. <\/p>\n\n\n\n \u201cwong loro yo mangan karo ngumbe disik, ngono ae kudu ora kolu<\/em> (orang sakit sementara makan dan minum saja, gitu aja kadang gak enak dan gak pingin)\u201d.<\/p>\n\n\n\n Beliau pun sambil memegang gelas teh hangat lalu meminumnya. Kiai-kiai lain ada yang tersenyum dan ada yang tertawa. Ternyata keadaan KH. Fathur Rahman belum sembuh dari sakit patah tulang bagian lengan kanan. Setelah minum beliau menceritakan keaadan tangan kanannya belum pulih dengan baik. Beliau sering merasakan nyeri dan ngilu pada lengannya, apalagi saat kena hawa dingin, atau air yang dingin. Masak dengan keadaan tangan kanan begini harus merokok pakai tangan kiri, dikira sombong, sudah ambil rokok dengan tangan kiri, menyulut dengan tangan kiri, merokok dengan tangan kiri dilihat orang gak matching, merokok itu pakai tangan kanan mengikuti sunnah Rosul saat makan, kata KH. Fathur Rahman. <\/p>\n\n\n\n Mbah Ipud menyahut obrolan tersebut dengan berkata \u201cwong seng udud iku wedi mati, nyatane nek mati disumet meneh<\/em> (orang yang merokok itu takut mati, nyatanya kalau rokoknya mati disulut kembali).<\/p>\n\n\n\n \u201cwong seng udud iku mesti urip, seng mati mesti ora udud, wong seng udud wong seng sehat, mergo loro ora iso ngrasakno nikmati udud<\/em> (orang yang merokok itu pasti orang hidup, orang yang sudah meninggal pasti tidak akan merokok, orang yang merokok orang yang sehat, karena orang yang sakit tidak bisa merasakan nikmatnya merokok). <\/p>\n\n\n\n Kiai-kiai lain tertawa hingga suasa jadi ramai dan sambil mengangguk-nganggukkan kepala, lalu KH. Fathur Rahman berkata, \u201ckuwe ancen dakik mbah\u201d<\/em> (kamu memang cerdas mbah). Setelah KH. Sya\u2019roni Ahmadi ke ruangan aula obrolan dihentikan dan dilanjutkan acara pembukaan pembacaan Alquran dengan hafalan (khataman Alquran) dimulai. Acara dibuka langsung oleh KH. Sya\u2019roni Ahmadi beserta barokah do\u2019anya. \u201cYang merokok, yang sehat. Yang merokok, yang hidup.\u201d <\/em>Inilah kata-kata salah satu Ulama\u2019 tersohor dikalangan santri kota Kudus dan sekitarnya. Sepintas kata-kata tersebut sederhana dan biasa. Namun bernuansa Mantiqi sebutan dikalangan para santri. <\/p>\n\n\n\n Kata-kata di atas keluar dari sosok orang yang \u2018alim serta cerdas, ia adalah KH. Saifuddin Lutfi terkenal dengan sebutan Mbah Ipud. Menurut cerita KH. Sya\u2019roni Ahmadi, ia adalah orang cerdas. Dulu saat masih dibangku sekolah sukanya tidur, anehnya saat ditanya ia bisa menjawab. Anehnya lagi, kitab dan buku yang dibawa tidak terlihat catatan layaknya murid lainnya. Kalau disuruh pilih, Mbah Ipud dan 1000 bahkan jutaan kamu sambil menunjuk ke aku yang saat itu didepan KH. Sya\u2019roni, masih pilih Ipud.<\/p>\n\n\n\n Baca: Dalil-dalil Akurat yang Membolehkan Merokok<\/a><\/p>\n\n\n\n Semua disiplin ilmu benar-benar ia kuasai, ilmu falaq salah satunya. Salah satu disiplin ilmu jarang orang bisa, dan tergolong langka. Ilmu falaq itu ilmu perbintangan (astronomi), atau sederhananya ilmu untuk menentukan tanggal dengan memakai metode rumus matematik (hitungan). Perkembangan latihan ilmu falaq di Kudus, mulanya pakai rubu\u2019<\/em> (seperempat dari bulan) yang digambarkan dalam kertas di atas kertas ada tulisan dan angka sebagai rumus dan terdapat benang tertempel dipojok fungsinya untuk ditarik garis lurus, dari garis lurus tersebut terlihat kepastian tanggal. <\/p>\n\n\n\n Selanjutnya, latihan dengan memakai rumus yang tercatat dalam kitab badi\u2019atul misal<\/em> sebuah buku didalamnya banyak rumus pasti untuk menghitung dalam penentuan tanggal atau bulan. Terkini KH. Saifuddin Lutfi atau mbah Ipud lewat kreasinya menciptakan cara menghitung dengan rumusan yang di fitur kalkulator, seperti cos, sin dan lain sebagainya. Temuan mbah Ipud ini diajarkan ke para santri di Kudus. <\/p>\n\n\n\n Yang jadi penasaran, kapan Mbah Ipud belajar matematik pada sistem kalkulator? Andaikan punya ijazah hanya lulusan sekolah madrasah, paling lulus tingkat MTS atau SLTP. Saking ahlinya dalam ilmu falaq, ia pernah diminta mengajar sebagai dosen di sekolah tinggi agama Islam (STAIN) Kudus. Sayangnya, ia tidak meneruskan mengajar di STAIN, terganjal administrasi dengan tidak punya ijazah formal.<\/p>\n\n\n\n Baca: Berebut Berkah Kiai Dari Sepuntung Kretek<\/a><\/p>\n\n\n\n Walaupun dikasih kelebihan (\u2018alim dan cerdas) Mbah Ipud ini orangnya sederhana, bawaannya santai. Sering bergaul dengan murid-murid walaupun irit omong. Selain ke\u2019alimannya dan kecerdasannya, yang diingat para santrinya adalah rokok kreteknya. Terlihat saat dimanapun dan saat apapun, rokok kreteknya selalu ada dikantong sakunya. Mbah Ipud pasti akan mencari tempat untuk merokok dimanapun dan pada acara apapun. Ia tergolong perokok yang santun, tidak mau merokok disembarang tempat.<\/p>\n\n\n\n Terakhir kecerdasannya teruji saat Mbah Ipud memecahkan bacaan yang tertulis pada prasasti kuno yang ada di dalam Masjid al-Aqsho Menara Kudus. Saat itu banyak ahli arkeolog dari beberapa universitas terkemuka se Indonesia dan ditambah dari Malaysia didatangkan oleh yayasan menara Kudus bekerjasama dengan pemerintah, untuk menggali informasi tentang hari jadi masjid Menara yang konon berkaitan hari jadi kota Kudus. Namun para arkeolog terkendala membaca tulisan tersebut, karena selain tidak jelas termakan usia, juga banyak simbol dan angka-angka. Dengan jeli dan ditemani rokok kretek, tulisan tersebut sebagian besar terbaca oleh Mbah Ipud.<\/p>\n\n\n\n Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. Yang sudang datang langsung menempati ruangan aula, Kiai duduk bersebelahan dengan Kiai lainya, para santri duduk mengelompok dengan santri lain. Sambil menunggu peserta lain, para Kiai ngobrol sambil minum teh, kopi dan snack seadanya. Di awal obrolan Mbah Ipud minta asbak, kayaknya beliau ini ingin merokok, akhirnya aku carikan asbak, dan setelah ketemu aku berikan kepada beliau. Ternyata benar, setelah ada asbak Mabh Ipud mengeluarkan rokoknya, sambil menawarkan ke Kiai lainnya, termasuk ke KH. Fathur Rahman yang juga suka merokok. <\/p>\n\n\n\n Namun saat itu, ketika Mbah Ipud menyodorkan rokoknya, KH. Fathur Rahman menolak dengan berkata \u201c wong loro kok ngrokok iku jenenge kemaki (orang keadaan sakit tapi malah merokok namanya sombong)\u201d, kelakar KH. Fathur Rahman. <\/p>\n\n\n\n \u201cwong loro yo mangan karo ngumbe disik, ngono ae kudu ora kolu<\/em> (orang sakit sementara makan dan minum saja, gitu aja kadang gak enak dan gak pingin)\u201d.<\/p>\n\n\n\n Beliau pun sambil memegang gelas teh hangat lalu meminumnya. Kiai-kiai lain ada yang tersenyum dan ada yang tertawa. Ternyata keadaan KH. Fathur Rahman belum sembuh dari sakit patah tulang bagian lengan kanan. Setelah minum beliau menceritakan keaadan tangan kanannya belum pulih dengan baik. Beliau sering merasakan nyeri dan ngilu pada lengannya, apalagi saat kena hawa dingin, atau air yang dingin. Masak dengan keadaan tangan kanan begini harus merokok pakai tangan kiri, dikira sombong, sudah ambil rokok dengan tangan kiri, menyulut dengan tangan kiri, merokok dengan tangan kiri dilihat orang gak matching, merokok itu pakai tangan kanan mengikuti sunnah Rosul saat makan, kata KH. Fathur Rahman. <\/p>\n\n\n\n Mbah Ipud menyahut obrolan tersebut dengan berkata \u201cwong seng udud iku wedi mati, nyatane nek mati disumet meneh<\/em> (orang yang merokok itu takut mati, nyatanya kalau rokoknya mati disulut kembali).<\/p>\n\n\n\n \u201cwong seng udud iku mesti urip, seng mati mesti ora udud, wong seng udud wong seng sehat, mergo loro ora iso ngrasakno nikmati udud<\/em> (orang yang merokok itu pasti orang hidup, orang yang sudah meninggal pasti tidak akan merokok, orang yang merokok orang yang sehat, karena orang yang sakit tidak bisa merasakan nikmatnya merokok). <\/p>\n\n\n\n Kiai-kiai lain tertawa hingga suasa jadi ramai dan sambil mengangguk-nganggukkan kepala, lalu KH. Fathur Rahman berkata, \u201ckuwe ancen dakik mbah\u201d<\/em> (kamu memang cerdas mbah). Setelah KH. Sya\u2019roni Ahmadi ke ruangan aula obrolan dihentikan dan dilanjutkan acara pembukaan pembacaan Alquran dengan hafalan (khataman Alquran) dimulai. Acara dibuka langsung oleh KH. Sya\u2019roni Ahmadi beserta barokah do\u2019anya. \u201cYang merokok, yang sehat. Yang merokok, yang hidup.\u201d <\/em>Inilah kata-kata salah satu Ulama\u2019 tersohor dikalangan santri kota Kudus dan sekitarnya. Sepintas kata-kata tersebut sederhana dan biasa. Namun bernuansa Mantiqi sebutan dikalangan para santri. <\/p>\n\n\n\n Kata-kata di atas keluar dari sosok orang yang \u2018alim serta cerdas, ia adalah KH. Saifuddin Lutfi terkenal dengan sebutan Mbah Ipud. Menurut cerita KH. Sya\u2019roni Ahmadi, ia adalah orang cerdas. Dulu saat masih dibangku sekolah sukanya tidur, anehnya saat ditanya ia bisa menjawab. Anehnya lagi, kitab dan buku yang dibawa tidak terlihat catatan layaknya murid lainnya. Kalau disuruh pilih, Mbah Ipud dan 1000 bahkan jutaan kamu sambil menunjuk ke aku yang saat itu didepan KH. Sya\u2019roni, masih pilih Ipud.<\/p>\n\n\n\n Baca: Dalil-dalil Akurat yang Membolehkan Merokok<\/a><\/p>\n\n\n\n Semua disiplin ilmu benar-benar ia kuasai, ilmu falaq salah satunya. Salah satu disiplin ilmu jarang orang bisa, dan tergolong langka. Ilmu falaq itu ilmu perbintangan (astronomi), atau sederhananya ilmu untuk menentukan tanggal dengan memakai metode rumus matematik (hitungan). Perkembangan latihan ilmu falaq di Kudus, mulanya pakai rubu\u2019<\/em> (seperempat dari bulan) yang digambarkan dalam kertas di atas kertas ada tulisan dan angka sebagai rumus dan terdapat benang tertempel dipojok fungsinya untuk ditarik garis lurus, dari garis lurus tersebut terlihat kepastian tanggal. <\/p>\n\n\n\n Selanjutnya, latihan dengan memakai rumus yang tercatat dalam kitab badi\u2019atul misal<\/em> sebuah buku didalamnya banyak rumus pasti untuk menghitung dalam penentuan tanggal atau bulan. Terkini KH. Saifuddin Lutfi atau mbah Ipud lewat kreasinya menciptakan cara menghitung dengan rumusan yang di fitur kalkulator, seperti cos, sin dan lain sebagainya. Temuan mbah Ipud ini diajarkan ke para santri di Kudus. <\/p>\n\n\n\n Yang jadi penasaran, kapan Mbah Ipud belajar matematik pada sistem kalkulator? Andaikan punya ijazah hanya lulusan sekolah madrasah, paling lulus tingkat MTS atau SLTP. Saking ahlinya dalam ilmu falaq, ia pernah diminta mengajar sebagai dosen di sekolah tinggi agama Islam (STAIN) Kudus. Sayangnya, ia tidak meneruskan mengajar di STAIN, terganjal administrasi dengan tidak punya ijazah formal.<\/p>\n\n\n\n Baca: Berebut Berkah Kiai Dari Sepuntung Kretek<\/a><\/p>\n\n\n\n Walaupun dikasih kelebihan (\u2018alim dan cerdas) Mbah Ipud ini orangnya sederhana, bawaannya santai. Sering bergaul dengan murid-murid walaupun irit omong. Selain ke\u2019alimannya dan kecerdasannya, yang diingat para santrinya adalah rokok kreteknya. Terlihat saat dimanapun dan saat apapun, rokok kreteknya selalu ada dikantong sakunya. Mbah Ipud pasti akan mencari tempat untuk merokok dimanapun dan pada acara apapun. Ia tergolong perokok yang santun, tidak mau merokok disembarang tempat.<\/p>\n\n\n\n Terakhir kecerdasannya teruji saat Mbah Ipud memecahkan bacaan yang tertulis pada prasasti kuno yang ada di dalam Masjid al-Aqsho Menara Kudus. Saat itu banyak ahli arkeolog dari beberapa universitas terkemuka se Indonesia dan ditambah dari Malaysia didatangkan oleh yayasan menara Kudus bekerjasama dengan pemerintah, untuk menggali informasi tentang hari jadi masjid Menara yang konon berkaitan hari jadi kota Kudus. Namun para arkeolog terkendala membaca tulisan tersebut, karena selain tidak jelas termakan usia, juga banyak simbol dan angka-angka. Dengan jeli dan ditemani rokok kretek, tulisan tersebut sebagian besar terbaca oleh Mbah Ipud.<\/p>\n\n\n\n Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. Saat itu yang datang sebagian para hafiz (orang yang hafal Alqur\u2019an) sebagai peserta disusul KH. Fathur Rahman BA, disusul KH. Sugiarto, dibelakangnya K. Fahruddin, kemudian ada KH. Daldiri dan beberapa santri hafiz. Acara ini terbilang khusus (tidak untuk umum), selain sebagian para Kiai hanya orang yang sudah khatam dan hafal Alquran yang datang. <\/p>\n\n\n\n Yang sudang datang langsung menempati ruangan aula, Kiai duduk bersebelahan dengan Kiai lainya, para santri duduk mengelompok dengan santri lain. Sambil menunggu peserta lain, para Kiai ngobrol sambil minum teh, kopi dan snack seadanya. Di awal obrolan Mbah Ipud minta asbak, kayaknya beliau ini ingin merokok, akhirnya aku carikan asbak, dan setelah ketemu aku berikan kepada beliau. Ternyata benar, setelah ada asbak Mabh Ipud mengeluarkan rokoknya, sambil menawarkan ke Kiai lainnya, termasuk ke KH. Fathur Rahman yang juga suka merokok. <\/p>\n\n\n\n Namun saat itu, ketika Mbah Ipud menyodorkan rokoknya, KH. Fathur Rahman menolak dengan berkata \u201c wong loro kok ngrokok iku jenenge kemaki (orang keadaan sakit tapi malah merokok namanya sombong)\u201d, kelakar KH. Fathur Rahman. <\/p>\n\n\n\n \u201cwong loro yo mangan karo ngumbe disik, ngono ae kudu ora kolu<\/em> (orang sakit sementara makan dan minum saja, gitu aja kadang gak enak dan gak pingin)\u201d.<\/p>\n\n\n\n Beliau pun sambil memegang gelas teh hangat lalu meminumnya. Kiai-kiai lain ada yang tersenyum dan ada yang tertawa. Ternyata keadaan KH. Fathur Rahman belum sembuh dari sakit patah tulang bagian lengan kanan. Setelah minum beliau menceritakan keaadan tangan kanannya belum pulih dengan baik. Beliau sering merasakan nyeri dan ngilu pada lengannya, apalagi saat kena hawa dingin, atau air yang dingin. Masak dengan keadaan tangan kanan begini harus merokok pakai tangan kiri, dikira sombong, sudah ambil rokok dengan tangan kiri, menyulut dengan tangan kiri, merokok dengan tangan kiri dilihat orang gak matching, merokok itu pakai tangan kanan mengikuti sunnah Rosul saat makan, kata KH. Fathur Rahman. <\/p>\n\n\n\n Mbah Ipud menyahut obrolan tersebut dengan berkata \u201cwong seng udud iku wedi mati, nyatane nek mati disumet meneh<\/em> (orang yang merokok itu takut mati, nyatanya kalau rokoknya mati disulut kembali).<\/p>\n\n\n\n \u201cwong seng udud iku mesti urip, seng mati mesti ora udud, wong seng udud wong seng sehat, mergo loro ora iso ngrasakno nikmati udud<\/em> (orang yang merokok itu pasti orang hidup, orang yang sudah meninggal pasti tidak akan merokok, orang yang merokok orang yang sehat, karena orang yang sakit tidak bisa merasakan nikmatnya merokok). <\/p>\n\n\n\n Kiai-kiai lain tertawa hingga suasa jadi ramai dan sambil mengangguk-nganggukkan kepala, lalu KH. Fathur Rahman berkata, \u201ckuwe ancen dakik mbah\u201d<\/em> (kamu memang cerdas mbah). Setelah KH. Sya\u2019roni Ahmadi ke ruangan aula obrolan dihentikan dan dilanjutkan acara pembukaan pembacaan Alquran dengan hafalan (khataman Alquran) dimulai. Acara dibuka langsung oleh KH. Sya\u2019roni Ahmadi beserta barokah do\u2019anya. \u201cYang merokok, yang sehat. Yang merokok, yang hidup.\u201d <\/em>Inilah kata-kata salah satu Ulama\u2019 tersohor dikalangan santri kota Kudus dan sekitarnya. Sepintas kata-kata tersebut sederhana dan biasa. Namun bernuansa Mantiqi sebutan dikalangan para santri. <\/p>\n\n\n\n Kata-kata di atas keluar dari sosok orang yang \u2018alim serta cerdas, ia adalah KH. Saifuddin Lutfi terkenal dengan sebutan Mbah Ipud. Menurut cerita KH. Sya\u2019roni Ahmadi, ia adalah orang cerdas. Dulu saat masih dibangku sekolah sukanya tidur, anehnya saat ditanya ia bisa menjawab. Anehnya lagi, kitab dan buku yang dibawa tidak terlihat catatan layaknya murid lainnya. Kalau disuruh pilih, Mbah Ipud dan 1000 bahkan jutaan kamu sambil menunjuk ke aku yang saat itu didepan KH. Sya\u2019roni, masih pilih Ipud.<\/p>\n\n\n\n Baca: Dalil-dalil Akurat yang Membolehkan Merokok<\/a><\/p>\n\n\n\n Semua disiplin ilmu benar-benar ia kuasai, ilmu falaq salah satunya. Salah satu disiplin ilmu jarang orang bisa, dan tergolong langka. Ilmu falaq itu ilmu perbintangan (astronomi), atau sederhananya ilmu untuk menentukan tanggal dengan memakai metode rumus matematik (hitungan). Perkembangan latihan ilmu falaq di Kudus, mulanya pakai rubu\u2019<\/em> (seperempat dari bulan) yang digambarkan dalam kertas di atas kertas ada tulisan dan angka sebagai rumus dan terdapat benang tertempel dipojok fungsinya untuk ditarik garis lurus, dari garis lurus tersebut terlihat kepastian tanggal. <\/p>\n\n\n\n Selanjutnya, latihan dengan memakai rumus yang tercatat dalam kitab badi\u2019atul misal<\/em> sebuah buku didalamnya banyak rumus pasti untuk menghitung dalam penentuan tanggal atau bulan. Terkini KH. Saifuddin Lutfi atau mbah Ipud lewat kreasinya menciptakan cara menghitung dengan rumusan yang di fitur kalkulator, seperti cos, sin dan lain sebagainya. Temuan mbah Ipud ini diajarkan ke para santri di Kudus. <\/p>\n\n\n\n Yang jadi penasaran, kapan Mbah Ipud belajar matematik pada sistem kalkulator? Andaikan punya ijazah hanya lulusan sekolah madrasah, paling lulus tingkat MTS atau SLTP. Saking ahlinya dalam ilmu falaq, ia pernah diminta mengajar sebagai dosen di sekolah tinggi agama Islam (STAIN) Kudus. Sayangnya, ia tidak meneruskan mengajar di STAIN, terganjal administrasi dengan tidak punya ijazah formal.<\/p>\n\n\n\n Baca: Berebut Berkah Kiai Dari Sepuntung Kretek<\/a><\/p>\n\n\n\n Walaupun dikasih kelebihan (\u2018alim dan cerdas) Mbah Ipud ini orangnya sederhana, bawaannya santai. Sering bergaul dengan murid-murid walaupun irit omong. Selain ke\u2019alimannya dan kecerdasannya, yang diingat para santrinya adalah rokok kreteknya. Terlihat saat dimanapun dan saat apapun, rokok kreteknya selalu ada dikantong sakunya. Mbah Ipud pasti akan mencari tempat untuk merokok dimanapun dan pada acara apapun. Ia tergolong perokok yang santun, tidak mau merokok disembarang tempat.<\/p>\n\n\n\n Terakhir kecerdasannya teruji saat Mbah Ipud memecahkan bacaan yang tertulis pada prasasti kuno yang ada di dalam Masjid al-Aqsho Menara Kudus. Saat itu banyak ahli arkeolog dari beberapa universitas terkemuka se Indonesia dan ditambah dari Malaysia didatangkan oleh yayasan menara Kudus bekerjasama dengan pemerintah, untuk menggali informasi tentang hari jadi masjid Menara yang konon berkaitan hari jadi kota Kudus. Namun para arkeolog terkendala membaca tulisan tersebut, karena selain tidak jelas termakan usia, juga banyak simbol dan angka-angka. Dengan jeli dan ditemani rokok kretek, tulisan tersebut sebagian besar terbaca oleh Mbah Ipud.<\/p>\n\n\n\n Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. Baca: Berebut Berkah Kiai Dari Sepuntung Kretek<\/a><\/p>\n\n\n\n Saat itu yang datang sebagian para hafiz (orang yang hafal Alqur\u2019an) sebagai peserta disusul KH. Fathur Rahman BA, disusul KH. Sugiarto, dibelakangnya K. Fahruddin, kemudian ada KH. Daldiri dan beberapa santri hafiz. Acara ini terbilang khusus (tidak untuk umum), selain sebagian para Kiai hanya orang yang sudah khatam dan hafal Alquran yang datang. <\/p>\n\n\n\n Yang sudang datang langsung menempati ruangan aula, Kiai duduk bersebelahan dengan Kiai lainya, para santri duduk mengelompok dengan santri lain. Sambil menunggu peserta lain, para Kiai ngobrol sambil minum teh, kopi dan snack seadanya. Di awal obrolan Mbah Ipud minta asbak, kayaknya beliau ini ingin merokok, akhirnya aku carikan asbak, dan setelah ketemu aku berikan kepada beliau. Ternyata benar, setelah ada asbak Mabh Ipud mengeluarkan rokoknya, sambil menawarkan ke Kiai lainnya, termasuk ke KH. Fathur Rahman yang juga suka merokok. <\/p>\n\n\n\n Namun saat itu, ketika Mbah Ipud menyodorkan rokoknya, KH. Fathur Rahman menolak dengan berkata \u201c wong loro kok ngrokok iku jenenge kemaki (orang keadaan sakit tapi malah merokok namanya sombong)\u201d, kelakar KH. Fathur Rahman. <\/p>\n\n\n\n \u201cwong loro yo mangan karo ngumbe disik, ngono ae kudu ora kolu<\/em> (orang sakit sementara makan dan minum saja, gitu aja kadang gak enak dan gak pingin)\u201d.<\/p>\n\n\n\n Beliau pun sambil memegang gelas teh hangat lalu meminumnya. Kiai-kiai lain ada yang tersenyum dan ada yang tertawa. Ternyata keadaan KH. Fathur Rahman belum sembuh dari sakit patah tulang bagian lengan kanan. Setelah minum beliau menceritakan keaadan tangan kanannya belum pulih dengan baik. Beliau sering merasakan nyeri dan ngilu pada lengannya, apalagi saat kena hawa dingin, atau air yang dingin. Masak dengan keadaan tangan kanan begini harus merokok pakai tangan kiri, dikira sombong, sudah ambil rokok dengan tangan kiri, menyulut dengan tangan kiri, merokok dengan tangan kiri dilihat orang gak matching, merokok itu pakai tangan kanan mengikuti sunnah Rosul saat makan, kata KH. Fathur Rahman. <\/p>\n\n\n\n Mbah Ipud menyahut obrolan tersebut dengan berkata \u201cwong seng udud iku wedi mati, nyatane nek mati disumet meneh<\/em> (orang yang merokok itu takut mati, nyatanya kalau rokoknya mati disulut kembali).<\/p>\n\n\n\n \u201cwong seng udud iku mesti urip, seng mati mesti ora udud, wong seng udud wong seng sehat, mergo loro ora iso ngrasakno nikmati udud<\/em> (orang yang merokok itu pasti orang hidup, orang yang sudah meninggal pasti tidak akan merokok, orang yang merokok orang yang sehat, karena orang yang sakit tidak bisa merasakan nikmatnya merokok). <\/p>\n\n\n\n Kiai-kiai lain tertawa hingga suasa jadi ramai dan sambil mengangguk-nganggukkan kepala, lalu KH. Fathur Rahman berkata, \u201ckuwe ancen dakik mbah\u201d<\/em> (kamu memang cerdas mbah). Setelah KH. Sya\u2019roni Ahmadi ke ruangan aula obrolan dihentikan dan dilanjutkan acara pembukaan pembacaan Alquran dengan hafalan (khataman Alquran) dimulai. Acara dibuka langsung oleh KH. Sya\u2019roni Ahmadi beserta barokah do\u2019anya. \u201cYang merokok, yang sehat. Yang merokok, yang hidup.\u201d <\/em>Inilah kata-kata salah satu Ulama\u2019 tersohor dikalangan santri kota Kudus dan sekitarnya. Sepintas kata-kata tersebut sederhana dan biasa. Namun bernuansa Mantiqi sebutan dikalangan para santri. <\/p>\n\n\n\n Kata-kata di atas keluar dari sosok orang yang \u2018alim serta cerdas, ia adalah KH. Saifuddin Lutfi terkenal dengan sebutan Mbah Ipud. Menurut cerita KH. Sya\u2019roni Ahmadi, ia adalah orang cerdas. Dulu saat masih dibangku sekolah sukanya tidur, anehnya saat ditanya ia bisa menjawab. Anehnya lagi, kitab dan buku yang dibawa tidak terlihat catatan layaknya murid lainnya. Kalau disuruh pilih, Mbah Ipud dan 1000 bahkan jutaan kamu sambil menunjuk ke aku yang saat itu didepan KH. Sya\u2019roni, masih pilih Ipud.<\/p>\n\n\n\n Baca: Dalil-dalil Akurat yang Membolehkan Merokok<\/a><\/p>\n\n\n\n Semua disiplin ilmu benar-benar ia kuasai, ilmu falaq salah satunya. Salah satu disiplin ilmu jarang orang bisa, dan tergolong langka. Ilmu falaq itu ilmu perbintangan (astronomi), atau sederhananya ilmu untuk menentukan tanggal dengan memakai metode rumus matematik (hitungan). Perkembangan latihan ilmu falaq di Kudus, mulanya pakai rubu\u2019<\/em> (seperempat dari bulan) yang digambarkan dalam kertas di atas kertas ada tulisan dan angka sebagai rumus dan terdapat benang tertempel dipojok fungsinya untuk ditarik garis lurus, dari garis lurus tersebut terlihat kepastian tanggal. <\/p>\n\n\n\n Selanjutnya, latihan dengan memakai rumus yang tercatat dalam kitab badi\u2019atul misal<\/em> sebuah buku didalamnya banyak rumus pasti untuk menghitung dalam penentuan tanggal atau bulan. Terkini KH. Saifuddin Lutfi atau mbah Ipud lewat kreasinya menciptakan cara menghitung dengan rumusan yang di fitur kalkulator, seperti cos, sin dan lain sebagainya. Temuan mbah Ipud ini diajarkan ke para santri di Kudus. <\/p>\n\n\n\n Yang jadi penasaran, kapan Mbah Ipud belajar matematik pada sistem kalkulator? Andaikan punya ijazah hanya lulusan sekolah madrasah, paling lulus tingkat MTS atau SLTP. Saking ahlinya dalam ilmu falaq, ia pernah diminta mengajar sebagai dosen di sekolah tinggi agama Islam (STAIN) Kudus. Sayangnya, ia tidak meneruskan mengajar di STAIN, terganjal administrasi dengan tidak punya ijazah formal.<\/p>\n\n\n\n Baca: Berebut Berkah Kiai Dari Sepuntung Kretek<\/a><\/p>\n\n\n\n Walaupun dikasih kelebihan (\u2018alim dan cerdas) Mbah Ipud ini orangnya sederhana, bawaannya santai. Sering bergaul dengan murid-murid walaupun irit omong. Selain ke\u2019alimannya dan kecerdasannya, yang diingat para santrinya adalah rokok kreteknya. Terlihat saat dimanapun dan saat apapun, rokok kreteknya selalu ada dikantong sakunya. Mbah Ipud pasti akan mencari tempat untuk merokok dimanapun dan pada acara apapun. Ia tergolong perokok yang santun, tidak mau merokok disembarang tempat.<\/p>\n\n\n\n Terakhir kecerdasannya teruji saat Mbah Ipud memecahkan bacaan yang tertulis pada prasasti kuno yang ada di dalam Masjid al-Aqsho Menara Kudus. Saat itu banyak ahli arkeolog dari beberapa universitas terkemuka se Indonesia dan ditambah dari Malaysia didatangkan oleh yayasan menara Kudus bekerjasama dengan pemerintah, untuk menggali informasi tentang hari jadi masjid Menara yang konon berkaitan hari jadi kota Kudus. Namun para arkeolog terkendala membaca tulisan tersebut, karena selain tidak jelas termakan usia, juga banyak simbol dan angka-angka. Dengan jeli dan ditemani rokok kretek, tulisan tersebut sebagian besar terbaca oleh Mbah Ipud.<\/p>\n\n\n\n Faktanya demikian, rokok kreteklah yang selalu menemani Mbah Ipud saat proses pembacaan prasasti yang memakan waktu sangat lama, tidak hanya satu atau dua minggu tapi berbulan-bulan. Diceritakan oleh adiknya yang juga memanggil kakanya dengan sebutan mbah Ipud, melihat dengan mata kepala sendiri disaat mengerjakan sesuatu yang penuh keseriusan berpikir tangan mbah Ipud tidak lepas dari sebatang rokok kretek, seperti saat menghitung untuk menetapkan tanggal dan bulan, dan kemarin saat membaca prasasti. Kalau dalam pekerjaan biasa, Mbah Ipud merokok sewajarnya, kadang meroko kadang ya tidak, sesuai kebutuhan.<\/p>\n\n\n\n Baca: KH. Aziz Masyhuri, Rokok dan Ijtima\u2019 MUI di Padang Panjang<\/a><\/p>\n\n\n\n Saking cerdasnya, mbah Ipud seringkali saat mengajar tidak pernah bawa kitab sendiri, layaknya seorang Kiai saat mengajar santrinya. Ia hanya melihat kitab santri yang didepannya dengan posisi terbalik, seakan-akan sudah hafal kitab tersebut.<\/p>\n\n\n\n Karya siir bahar (bait-bait puisi) berbahasa arab banyak beredar. Bahkan mbah Ipud sering menciptakan bahar yang hurufnya bermakna (hurufnya hidup), bagi santri disebut huruf abajadun. Seperti membuat puisi hari jadi Masjid Menara yang kaitannya dengan hari jadi kota kudus, dalam satu kalimat bermakna tersendiri dan jika dilihat nilai hitungan yang terkandung dalam hurufnya sesuai hitungan abajadun, punya makna tersendiri, berupa tanggal, bulan dan tahun. Itulah kelebihan orang cerdas, tidak sembarang orang bisa hal tersebut. Biasanya membuat siir bahar, hanya terkandung maknanya apa atau artinya apa dalam bahasa Indonesianya. Beda dengan Mbah Ipud, ia menciptakan siir bahar, selain punya arti dalam bahasa Indonesia juga punya arti berbentuk angka dan rumusan matematik. <\/p>\n\n\n\n Dikalangan orang-orang Kudus, banyak yang menganggap mbah Ipud itu orang laduni. Orang yang tanpa proses belajar mengajar, bisa dengan sendirinya menguasai disiplin ilmu. Bahkan cerita kecilnya, ia dahulu dirumah tidah pernah belajar, hobinya memancing di sungai dan bermain laying-layang. Keistimewaannya, apa yang ia lihat dan ia dengar langsung hafal dan memorinya tidak hilang walau termakan usia. <\/p>\n\n\n\n Inilah kisah orang \u2018alim dan cerdas yang selalu ditemani rokok kretek. Seakan-akan hanya rokok kretek sebagai teman setianya, menemani dalam kondisi apapaun, terlebih saat pikiran dan otak terforsir. Bersama rokok kretek pikiran berliannya muncul, bersama kretek otak dan pikirannya sehat dan hidup. Itulah kira-kira makna kata-kata, yang merokok yang sehat. Yang merokok yang hidup. Kemudian beliau berkata \u201cage ra ditumpai\u201d<\/em> (cepat dinaiki dijalankan), aku hanya tertawa. Setelah habis 3 batang rokok, beliau KH. Saifuddin Lutfi atau biasa dipanggil Mbah Iput ini masuk aula (ruangan acara), karena tamu undangan lainnya sudah mulai pada datang.<\/p>\n\n\n\n Baca: Berebut Berkah Kiai Dari Sepuntung Kretek<\/a><\/p>\n\n\n\n Saat itu yang datang sebagian para hafiz (orang yang hafal Alqur\u2019an) sebagai peserta disusul KH. Fathur Rahman BA, disusul KH. Sugiarto, dibelakangnya K. Fahruddin, kemudian ada KH. Daldiri dan beberapa santri hafiz. Acara ini terbilang khusus (tidak untuk umum), selain sebagian para Kiai hanya orang yang sudah khatam dan hafal Alquran yang datang. <\/p>\n\n\n\n Yang sudang datang langsung menempati ruangan aula, Kiai duduk bersebelahan dengan Kiai lainya, para santri duduk mengelompok dengan santri lain. Sambil menunggu peserta lain, para Kiai ngobrol sambil minum teh, kopi dan snack seadanya. Di awal obrolan Mbah Ipud minta asbak, kayaknya beliau ini ingin merokok, akhirnya aku carikan asbak, dan setelah ketemu aku berikan kepada beliau. Ternyata benar, setelah ada asbak Mabh Ipud mengeluarkan rokoknya, sambil menawarkan ke Kiai lainnya, termasuk ke KH. Fathur Rahman yang juga suka merokok. <\/p>\n\n\n\n Namun saat itu, ketika Mbah Ipud menyodorkan rokoknya, KH. Fathur Rahman menolak dengan berkata \u201c wong loro kok ngrokok iku jenenge kemaki (orang keadaan sakit tapi malah merokok namanya sombong)\u201d, kelakar KH. Fathur Rahman. <\/p>\n\n\n\n \u201cwong loro yo mangan karo ngumbe disik, ngono ae kudu ora kolu<\/em> (orang sakit sementara makan dan minum saja, gitu aja kadang gak enak dan gak pingin)\u201d.<\/p>\n\n\n\n Beliau pun sambil memegang gelas teh hangat lalu meminumnya. Kiai-kiai lain ada yang tersenyum dan ada yang tertawa. Ternyata keadaan KH. Fathur Rahman belum sembuh dari sakit patah tulang bagian lengan kanan. Setelah minum beliau menceritakan keaadan tangan kanannya belum pulih dengan baik. Beliau sering merasakan nyeri dan ngilu pada lengannya, apalagi saat kena hawa dingin, atau air yang dingin. Masak dengan keadaan tangan kanan begini harus merokok pakai tangan kiri, dikira sombong, sudah ambil rokok dengan tangan kiri, menyulut dengan tangan kiri, merokok dengan tangan kiri dilihat orang gak matching, merokok itu pakai tangan kanan mengikuti sunnah Rosul saat makan, kata KH. Fathur Rahman. <\/p>\n\n\n\n Mbah Ipud menyahut obrolan tersebut dengan berkata \u201cwong seng udud iku wedi mati, nyatane nek mati disumet meneh<\/em> (orang yang merokok itu takut mati, nyatanya kalau rokoknya mati disulut kembali).<\/p>\n\n\n\n \u201cwong seng udud iku mesti urip, seng mati mesti ora udud, wong seng udud wong seng sehat, mergo loro ora iso ngrasakno nikmati udud<\/em> (orang yang merokok itu pasti orang hidup, orang yang sudah meninggal pasti tidak akan merokok, orang yang merokok orang yang sehat, karena orang yang sakit tidak bisa merasakan nikmatnya merokok). <\/p>\n\n\n\n Kiai-kiai lain tertawa hingga suasa jadi ramai dan sambil mengangguk-nganggukkan kepala, lalu KH. Fathur Rahman berkata, \u201ckuwe ancen dakik mbah\u201d<\/em> (kamu memang cerdas mbah). Setelah KH. Sya\u2019roni Ahmadi ke ruangan aula obrolan dihentikan dan dilanjutkan acara pembukaan pembacaan Alquran dengan hafalan (khataman Alquran) dimulai. Acara dibuka langsung oleh KH. Sya\u2019roni Ahmadi beserta barokah do\u2019anya. \u201cYang merokok, yang sehat. Yang merokok, yang hidup.\u201d <\/em>Inilah kata-kata salah satu Ulama\u2019 tersohor dikalangan santri kota Kudus dan sekitarnya. Sepintas kata-kata tersebut sederhana dan biasa. Namun bernuansa Mantiqi sebutan dikalangan para santri. <\/p>\n\n\n\n Kata-kata di atas keluar dari sosok orang yang \u2018alim serta cerdas, ia adalah KH. Saifuddin Lutfi terkenal dengan sebutan Mbah Ipud. Menurut cerita KH. Sya\u2019roni Ahmadi, ia adalah orang cerdas. Dulu saat masih dibangku sekolah sukanya tidur, anehnya saat ditanya ia bisa menjawab. Anehnya lagi, kitab dan buku yang dibawa tidak terlihat catatan layaknya murid lainnya. Kalau disuruh pilih, Mbah Ipud dan 1000 bahkan jutaan kamu sambil menunjuk ke aku yang saat itu didepan KH. Sya\u2019roni, masih pilih Ipud.<\/p>\n\n\n\n Baca: Dalil-dalil Akurat yang Membolehkan Merokok<\/a><\/p>\n\n\n\n Semua disiplin ilmu benar-benar ia kuasai, ilmu falaq salah satunya. Salah satu disiplin ilmu jarang orang bisa, dan tergolong langka. Ilmu falaq itu ilmu perbintangan (astronomi), atau sederhananya ilmu untuk menentukan tanggal dengan memakai metode rumus matematik (hitungan). Perkembangan latihan ilmu falaq di Kudus, mulanya pakai rubu\u2019<\/em> (seperempat dari bulan) yang digambarkan dalam kertas di atas kertas ada tulisan dan angka sebagai rumus dan terdapat benang tertempel dipojok fungsinya untuk ditarik garis lurus, dari garis lurus tersebut terlihat kepastian tanggal. <\/p>\n\n\n\n Selanjutnya, latihan dengan memakai rumus yang tercatat dalam kitab badi\u2019atul misal<\/em> sebuah buku didalamnya banyak rumus pasti untuk menghitung dalam penentuan tanggal atau bulan. Terkini KH. Saifuddin Lutfi atau mbah Ipud lewat kreasinya menciptakan cara menghitung dengan rumusan yang di fitur kalkulator, seperti cos, sin dan lain sebagainya. Temuan mbah Ipud ini diajarkan ke para santri di Kudus. <\/p>\n\n\n\n Yang jadi penasaran, kapan Mbah Ipud belajar matematik pada sistem kalkulator? Andaikan punya ijazah hanya lulusan sekolah madrasah, paling lulus tingkat MTS atau SLTP. Saking ahlinya dalam ilmu falaq, ia pernah diminta mengajar sebagai dosen di sekolah tinggi agama Islam (STAIN) Kudus. Sayangnya, ia tidak meneruskan mengajar di STAIN, terganjal administrasi dengan tidak punya ijazah formal.<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Guyon Maton Para Kiai Penikmat Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"guyon-maton-para-kiai-penikmat-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-11-13 09:42:53","post_modified_gmt":"2019-11-13 02:42:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6226","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5752,"post_author":"877","post_date":"2019-05-24 09:29:45","post_date_gmt":"2019-05-24 02:29:45","post_content":"\n
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Guyon Maton Para Kiai Penikmat Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"guyon-maton-para-kiai-penikmat-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-11-13 09:42:53","post_modified_gmt":"2019-11-13 02:42:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6226","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5752,"post_author":"877","post_date":"2019-05-24 09:29:45","post_date_gmt":"2019-05-24 02:29:45","post_content":"\n
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Guyon Maton Para Kiai Penikmat Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"guyon-maton-para-kiai-penikmat-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-11-13 09:42:53","post_modified_gmt":"2019-11-13 02:42:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6226","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5752,"post_author":"877","post_date":"2019-05-24 09:29:45","post_date_gmt":"2019-05-24 02:29:45","post_content":"\n
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Guyon Maton Para Kiai Penikmat Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"guyon-maton-para-kiai-penikmat-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-11-13 09:42:53","post_modified_gmt":"2019-11-13 02:42:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6226","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5752,"post_author":"877","post_date":"2019-05-24 09:29:45","post_date_gmt":"2019-05-24 02:29:45","post_content":"\n
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Guyon Maton Para Kiai Penikmat Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"guyon-maton-para-kiai-penikmat-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-11-13 09:42:53","post_modified_gmt":"2019-11-13 02:42:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6226","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5752,"post_author":"877","post_date":"2019-05-24 09:29:45","post_date_gmt":"2019-05-24 02:29:45","post_content":"\n
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Guyon Maton Para Kiai Penikmat Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"guyon-maton-para-kiai-penikmat-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-11-13 09:42:53","post_modified_gmt":"2019-11-13 02:42:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6226","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5752,"post_author":"877","post_date":"2019-05-24 09:29:45","post_date_gmt":"2019-05-24 02:29:45","post_content":"\n
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Guyon Maton Para Kiai Penikmat Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"guyon-maton-para-kiai-penikmat-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-11-13 09:42:53","post_modified_gmt":"2019-11-13 02:42:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6226","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5752,"post_author":"877","post_date":"2019-05-24 09:29:45","post_date_gmt":"2019-05-24 02:29:45","post_content":"\n
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Guyon Maton Para Kiai Penikmat Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"guyon-maton-para-kiai-penikmat-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-11-13 09:42:53","post_modified_gmt":"2019-11-13 02:42:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6226","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5752,"post_author":"877","post_date":"2019-05-24 09:29:45","post_date_gmt":"2019-05-24 02:29:45","post_content":"\n
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Guyon Maton Para Kiai Penikmat Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"guyon-maton-para-kiai-penikmat-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-11-13 09:42:53","post_modified_gmt":"2019-11-13 02:42:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6226","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5752,"post_author":"877","post_date":"2019-05-24 09:29:45","post_date_gmt":"2019-05-24 02:29:45","post_content":"\n
<\/p>\n","post_title":"Mbah Ipud, Seorang \u2018Alim dan Cerdas yang Hobi Mengisap Rokok Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mbah-ipud-seorang-alim-dan-cerdas-yang-hobi-mengisap-rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-05-24 09:29:52","post_modified_gmt":"2019-05-24 02:29:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5752","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n","post_title":"Guyon Maton Para Kiai Penikmat Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"guyon-maton-para-kiai-penikmat-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-11-13 09:42:53","post_modified_gmt":"2019-11-13 02:42:53","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6226","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5752,"post_author":"877","post_date":"2019-05-24 09:29:45","post_date_gmt":"2019-05-24 02:29:45","post_content":"\n