\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Produk tembakau merupakan komoditas strategis Jawa Tengah, sehingga pembinaan dan pemberdayaan petani tembakau berpotensi besar dan berperan strategis dalam percepatan peningkatan pendapatan petani dan buruh atau percepatan penurunan angka kemiskinan petani dan buruh. Produk tembakau sebagai sumberdaya yang unik dan memiliki potensi bagi segenap aspek ekonomis, lingkungan, budaya masyarakat Jawa Tengah.<\/p>\n","post_title":"Fakta Empiris Pertembakauan Jawa Tengah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"fakta-empiris-pertembakauan-jawa-tengah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-12-18 08:35:23","post_modified_gmt":"2019-12-18 01:35:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6270,"post_author":"878","post_date":"2019-12-13 07:09:25","post_date_gmt":"2019-12-13 00:09:25","post_content":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n
\"\"\/<\/figure>\n\n\n\n

Produk tembakau merupakan komoditas strategis Jawa Tengah, sehingga pembinaan dan pemberdayaan petani tembakau berpotensi besar dan berperan strategis dalam percepatan peningkatan pendapatan petani dan buruh atau percepatan penurunan angka kemiskinan petani dan buruh. Produk tembakau sebagai sumberdaya yang unik dan memiliki potensi bagi segenap aspek ekonomis, lingkungan, budaya masyarakat Jawa Tengah.<\/p>\n","post_title":"Fakta Empiris Pertembakauan Jawa Tengah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"fakta-empiris-pertembakauan-jawa-tengah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-12-18 08:35:23","post_modified_gmt":"2019-12-18 01:35:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6270,"post_author":"878","post_date":"2019-12-13 07:09:25","post_date_gmt":"2019-12-13 00:09:25","post_content":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sampai saat ini tanaman tembakau Jawa Tengah tidak dapat dipisahkan dari industri kretek sebagai sektor hilir yang menyerap 98% produksi daun tembakau lokal, hasilnya berupa rokok kretek (perpaduan dengan cengkeh) yang menjadi ciri khas rokok Indonesia dan perannya sebagai penerimaan negara, sumber lapangan kerja, dan pendapatan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

\"\"\/<\/figure>\n\n\n\n

Produk tembakau merupakan komoditas strategis Jawa Tengah, sehingga pembinaan dan pemberdayaan petani tembakau berpotensi besar dan berperan strategis dalam percepatan peningkatan pendapatan petani dan buruh atau percepatan penurunan angka kemiskinan petani dan buruh. Produk tembakau sebagai sumberdaya yang unik dan memiliki potensi bagi segenap aspek ekonomis, lingkungan, budaya masyarakat Jawa Tengah.<\/p>\n","post_title":"Fakta Empiris Pertembakauan Jawa Tengah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"fakta-empiris-pertembakauan-jawa-tengah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-12-18 08:35:23","post_modified_gmt":"2019-12-18 01:35:23","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6270,"post_author":"878","post_date":"2019-12-13 07:09:25","post_date_gmt":"2019-12-13 00:09:25","post_content":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_title":"Setelah Panen Tembakau Usai","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"setelah-panen-tembakau-usai","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 11:15:16","post_modified_gmt":"2024-01-05 04:15:16","post_content_filtered":"\r\n

Saya masih sering tertawa jika mengingat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh mereka para anti-rokok terutama kampanye-kampanye yang menyasar langsung ke para petani tembakau. Salah satu kampanye yang mereka lakukan adalah menggelontorkan usulan sekaligus anggaran agar para petani tembakau mau menyudahi kegiatan mereka menanam tembakau tiap musimnya, diganti dengan komoditas pertanian lainnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa saya tertawa? Karena jika melihat langsung kampanye mereka, apa yang mereka suarakan, saya yakin mereka sama sekali tidak mengerti pertanian tembakau. Dan saya yakin kebanyakan dari mereka tidak pernah langsung turun ke lapangan untuk melihat langsung seperti apa para petani itu bekerja di ladang-ladang milik mereka. Para anti-rokok itu, bergerak di tataran elitis tanpa mau menyentuh dan berhubungan langsung dengan para petani tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mereka sama sekali tidak paham bahwa tembakau itu ditanam di musim kemarau. Hanya di musim kemarau karena pertanian tembakau memiliki kekhasan tersendiri, ia tidak bisa menghasilkan tembakau yang baik jika ditanam di musim penghujan. Jangankan di musim penghujan, ditanam di musim kemarau saja, namun ternyata ada anomali di musim kemarau sehingga hujan masih tetap turun meskipun tidak terlalu sering, lebih lagi saat mendekati musim panen, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan buruk, tidak laku di pasaran.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Maka, jika mereka para anti-rokok itu datang ke Temanggung, Jember, Bojonegoro, Boyolali, Madura, dan beberapa sentra pertanian tembakau lainnya pada musim penghujan seperti sekarang ini, mereka akan merasa berhasil dengan kampanyenya karena di wilayah-wilayah itu, tidak ada sebatang pun petani menanam tembakau. Mereka lalu akan koar-koar, bahwasanya saat ini petani juga bisa menanam komoditas lain yang bernilai ekonomis, tanpa perlu menanam tembakau lagi. Lucu. Iya, lucu karena mereka tidak memahami konteks keseharian para petani di wilayah-wilayah penghasil tembakau dalam siklus tanam sepanjang satu tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di sentra-sentra penghasil tembakau, bukanlah petani satu komoditas pertanian saja. Mereka sudah sejak lama menanam komoditas lain di luar tembakau pada musim hujan. Mereka hanya menanam tembakau di musim kemarau saja.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mari saya ajak Anda ke Temanggung, melihat bagaimana para petani bergeliat dengan lahannya sepanjang tahun bergulir. Pada masa-masa seperti sekarang ini, para petani di Temanggung sudah selesai dengan tembakaunya. Mereka tak lagi menanam tembakau, beralih ke komoditas lainnya. Nanti saat musim hujan hampir usai pada bulan Maret hingga April, mereka baru kembali menanam tanaman tersebut.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Lantas apa yang mereka tanam pada musim seperti sekarang ini, di musim penghujan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Para petani di Temanggung mengklasifikasikan lahan mereka menjadi tiga kategori: lahan gunung, lahan tegalan, dan lahan sawah. Di tiga kategori lahan itu, selepas musim tembakau, para petani menanam komoditas yang berbeda-beda.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di lahan gunung, yang didominasi lahan berkontur miring dengan kemiringan yang kadang mancapai titik ekstrem, para petani biasanya menanam bawang merah, bawang putih, kobis, dan beberapa jenis sayuran yang memang sangat cocok ditanam di wilayah pegunungan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Memahami Seluk-beluk Regulasi dan Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, di lahan tegalan, para pemilik lahan di luar musim tembakau akan menanami lahan mereka dengan komoditas jagung, cabai, terong, tomat, dan beberapa komoditas lainnya sesuai selera petani pemilik lahan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Yang terakhir, di lahan persawahan, para petani menanami lahan mereka dengan tanaman padi.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jadi, pada lahan yang sama, dalam satu tahun, ada minimal dua jenis komoditas yang ditanam oleh petani sebagai komoditas pertanian mereka. Selang-seling penanaman komoditas ini, selain untuk tetap memproduktifkan lahan sepanjang tahun, juga menjamin kesuburan lahan milik mereka. Karena, menurut keterangan beberapa petani di Temanggung yang saya temui, menanam selang-seling seperti itu lebih menjamin kesuburan lahan dibanding jika hanya menanam satu komoditas saja sepanjang tahun.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Pada musim penghujan, memang ada beragam tanaman produktif yang bisa dipilih petani untuk ditanam di lahan mereka. Maka pada musim seperti sekarang ini, lahan-lahan di sentra penghasil tembakau akan ditanami komoditas lain yang bervariasi tanpa ada tanaman tembakau sebatang pun. Nanti, ketika musim hujan akan segera berakhir, dan musim kemarau siap datang lagi, tembakau-tembakau akan kembali ditanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Mengapa hanya tembakau yang ditanam di musim kemarau? Karena sejauh ini, hanya tembakaulah yang cocok ditanam. Ia tak memerlukan banyak air, bahkan sebaliknya, dan nilai ekonominya berada pada posisi puncak dibanding komoditas lain jika ditanam di musim kemarau. Di daerah tertentu, pada musim kemarau, jangankan komoditas bernilai ekonomis tinggi namun membutuhkan banyak air, rumput-rumput sekalipun tak mampu tumbuh, ia mengering karena kemarau di wilayah pegunungan begitu kering. Namun tembakau, ia malah tumbuh subur dan memberi banyak rezeki kepada para petani.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6270","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6267,"post_author":"878","post_date":"2019-12-12 09:42:09","post_date_gmt":"2019-12-12 02:42:09","post_content":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_title":"Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"sinergitas-pertanian-tembakau-dengan-kondisi-alam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-05 10:32:35","post_modified_gmt":"2024-01-05 03:32:35","post_content_filtered":"\r\n

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka<\/a><\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau<\/h3>\r\n

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami<\/a><\/p>\r\n

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci<\/a><\/p>\r\n

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6267","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5225,"post_author":"878","post_date":"2018-12-20 06:00:29","post_date_gmt":"2018-12-19 23:00:29","post_content":"Di daerah sentra perkebunan tembakau<\/a> di Indonesia yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa dan Madura, Lombok dan Bali, dan Sulawesi, pada umumnya ada tiga tipe lokasi penanaman tembakau. Tiap-tiap lokasi penanaman memiliki kekhasannya masing-masing.\r\n\r\nTiga lokasi penanaman tembakau itu adalah di lereng-lereng perbukitan atau yang lebih dikenal dengan tembakau gunung, tegalan, dan sawah. Berdasar sebarannya, tembakau sawah menduduki posisi pertama dalam jumlah produksi<\/strong>. Selanjutnya lahan tegalan, dan yang paling kecil dalam jumlah produksi di antara ketiganya adalah tembakau yang ditanam di lahan pegunungan.\r\n\r\nTembakau yang ditanam di gunung, meskipun paling sedikit dalam luasan lahan dan tingkat produksi, menjadi tembakau yang paling dicari pabrikan karena kualitasnya. Umumnya, lahan-lahan yang ditanami tembakau, ditanami tanaman lain ketika musim hujan tiba. Karena tanaman tembakau biasanya ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen ketika musim kemarau masih berlangsung.\r\n

Pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan-lahan di lereng pegunungan ditanami palawija dan beberapa jenis sayuran. Ini menjadi salah satu sebab kualitas tanah relatif terjaga dan masih cukup baik sehingga berpengaruh pada kualitas tembakau.<\/blockquote>\r\nSedang pada wilayah tegalan, pada masa di luar musim tanam tembakau, lahan biasanya ditanami dengan palawija yang menggunakan pupuk dengan jumlah relatif besar. Kualitas tanah karena pengaruh pupuk sebelum ditanami tembakau juga berpengaruh pada kualitas tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nPada tingkatan paling bawah untuk kualitas tembakau, adalah tembakau-tembakau yang ditanam di wilayah persawahan. Pupuk kimia yang digunakan sangat masif di sawah ketika padi ditanam, menyebabkan kualitas tanah menurun drastis ketika musim kemarau tiba dan sawah-sawah ditanami tembakau.\r\n\r\nPara petani tembakau yang menanam tembakau di wilayah persawahan, butuh kerja lebih berat dalam mengolah tanah agar tembakau yang mereka tanam bisa menghasilkan kualitas tembakau yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan pabrikan yang menyerap hasil tembakau petani.\r\n\r\nFaktor lain yang membedakan kualitas tembakau yang ditanam di gunung, tegalan, dan sawah, adalah faktor tanah yang terbentuk di wilayah-wilayah itu. Pada tanah yang berada di wilayah pegunungan, aktivitas vulkanik gunung membikin tanah di sekitarnya subur dan sehat.\r\n\r\nAktivitas vulkanik gunung berapi menghasilkan tanah jenis regosol dan andosol di sekitar gunung. Pasir dan lahar akibat aktivitas vulkanik membentuk struktur tanah subur dan berkualitas, cocok untuk ditanami tembakau. pH, kadar keasaman, kandungan energi, dan suhu tanah sangat mendukung perkembangan tembakau yang ditanam di sana.\r\n\r\nUntuk tanah yang ada di persawahan, biasanya adalah tanah dari jenis alluvial. Jenis tanah ini cukup baik untuk ditanami tembakau, namun tidak sebaik tanah yang terbentuk di wilayah pegunungan.\r\n\r\nYang terakhir, jenis tanah di lahan tegalan merupakan campuran antara tanah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dengan tanah jenis alluvial. Komposisi antara keduanya menjadi penentu sebaik apa kualitas tanah di sana.","post_title":"Tiga Tipe Lokasi yang Tepat untuk Menanam Tembakau","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-tempat-yang-tepat-untuk-menanam-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2018-12-20 06:07:57","post_modified_gmt":"2018-12-19 23:07:57","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5225","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5098,"post_author":"846","post_date":"2018-10-30 10:26:48","post_date_gmt":"2018-10-30 03:26:48","post_content":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\n\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\n\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\n\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\n\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\n\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\n\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\n\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\n\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\n\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\n\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\n\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\n\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\n\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\n\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\n\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\n\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\n\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\n\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\n\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\n\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\n\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\n\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\n\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\n\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\n\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\n\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\n\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\n\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\n\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\n\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\n\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\n\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_title":"Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tanaman-tembakau","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-11-28 11:52:18","post_modified_gmt":"2023-11-28 04:52:18","post_content_filtered":"

Budidaya Tanaman Tembakau Nusantara<\/h1>\r\nKhasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau<\/a>. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau.\r\n\r\nBahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk\u00a0deckblad<\/em>\u00a0dan\u00a0omblad<\/em>\u00a0dari cerutu.\r\n\r\nPerkebunan tembakau<\/a> juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia hanya sekitar 207.020 hektar, jika melihat pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.\r\n\r\nKedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.\r\n

Tiga Musim untuk Menanam Tanaman Tembakau<\/h2>\r\nPola tanam pertanian secara umum terdapat tiga musim, yaitu:\r\n\r\nPertama, musim ketiga (bulan Mei s\/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.\r\n\r\nKedua, musim laboh (bulan Oktober s\/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit.\r\n\r\nKetiga, musim rendeng (bulan Desember\/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.\r\n\r\nKeterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:\r\n

1. Persiapan lahan<\/h3>\r\nPada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder<\/em>). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.\r\n

2. Pengolahan lahan<\/h3>\r\nLahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.\r\n

3. Pembuatan guludan<\/h3>\r\nLahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.\r\n

4. Pemindahkan bibit<\/h3>\r\nBibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu\/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.\r\n

5. Waktu penanaman<\/h3>\r\nWaktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.\r\n

6. Pemeliharaan tanaman tembakau<\/h3>\r\nKegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau.\r\n\r\nKegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya \u201cmemelihara bayi\u201d karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 \u2013 400 liter larutan.\r\n

7. Pemangkasan (toping)<\/h3>\r\nPemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.\r\n

8. Pemetikan (panen)<\/h3>\r\nDaun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan. Jumlah daun tembakau mencapai 18 \u2013 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri.\r\n\r\nTanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi<\/em>) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 \u2013 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 \u2013 8 lembar, daun atas sebanyak 4 \u2013 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 \u2013 4 lembar\r\n

9. Pengolahan hasil<\/h3>\r\nPola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah.\r\n\r\nDaun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe).\r\n\r\nSetelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5098","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n