REVIEW

Kepergian Didi Kempot dan Harubiru Panjang di 2020

Didi Kempot menghembuskan nafas terakhirnya pada 4 Mei 2020. Untuk kali ini, bukan lagu dan karya-karyanya yang membuat kita mengenang seseorang dan berakhir dengan tangisan. Tapi Didi Kempot sendiri yang membuat kita menangis dan merayakan kesedihan dengan sangat paripurna. Jika kita menyeka air mata dan melihat kepada kalender di dinding kamar, kita bisa rasa bahwa kesedihan ini rupanya tidak akan cepat berlalu. Maka jika boleh ada protes kepada Tuhan, tentu kita akan bertanya: “Ya Tuhan, mengapa Kau hadirkan tahun 2020 yang sangat tidak menyenangkan?”

Kepergian Didi Kempot memberi mendung di awal Mei 2020. Padahal, belum juga tangis kita reda atas kepergian musisi top lainnya, Glenn Fredly yang harus berpulang pada 8 April 2020 lalu. Didi Kempot dan Glenn Fredly menyusul rekan-rekan mereka lainnya seperti Ria dan Ade Irawan, Rama Aiphama, dan Ashraf Sinclair.

Mungkin pada 2019 lalu Tuhan di atas sana memberikan pekerjaan lembur pada Malaikat Izrail di 2020 ini. Tak henti-hentinya tokoh-tokoh besar harus berpulang pada tahun ini. Selain Didi Kempot dan Glenn Fredly, masih banyak tokoh besar di Indonesia yang harus meninggalkan kita pada 2020 ini yaitu seorang sosiolog hebat, Arief Budiman, dan juga adik kandung Gusdur, KH Salahuddin Wahid. Jangan lupa, selain di Indonesia, awal 2020 ini juga membuat kabar duka tentang kepergian atlet basket top, Kobe Bryant karena kecelakaan helikopter.

Jika kita mengulang kembali apa yang terjadi pada diri kita di 2019 lalu, tentu tak akan pernah terfikirkan oleh kita 2020 akan seperti apa. Bahkan saat Januari lalu kita mungkin masih dalam kondisi normal dan melihat virus corona dengan perasaan yang tak cemas. Setelah sebulan berlalu, apakah perasaan itu masih sama? Saya rasa malah berubah drastis. Banyak pakar yang memprediksikan bahwa sepanjang tahun 2020 ini akan diselimuti oleh virus corona. Kabar buruk? Jelas iya. Jika itu benar terjadi maka kita akan hidup dalam tahun yang penuh ketidak pastian. Siapkah kita?

Sialnya 2020 juga jadi kabar buruk bagi kita para perokok. 2020 menjadi tahun di mana harga rokok kini kian tidak manusiawi. Entah apa yang ada di pikiran pemerintah saat mengeluarkan kebijakan menaikan tarif cukai rokok dengan sangat progresif saat itu. Kesehatan? Tidak mungkin. Cuan? Nampaknya iya. Kalau begitu silahkan ambil cuan tersebut di saat kami para perokok juga semakin kesulitan di 2020 ini. Yha, walau pun kami para perokok seringkali diperlakukan tidak adil, kami masih bisa tersenyum dan bangga ketika melihat hasil cukai rokok masih bisa bermanfaat untuk melawan virus corona. Satu kabar baik bagi para perokok di tengah kabar-kabar buruk lainnya.

Mirisnya, kenaikan cukai tersebut lebih mengiris hati para petani tembakau dan pedagang kecil yang hidup dari rokok. Saya bisa menjamin, tak ada lagu paling sedih di dunia ini yang memberikan kesedihan terdalam bagi para petani tembakau dan pedagang kecil dibandingkan dengan kebijakan pemerintah dalam menaikan tarif cukai rokok. Pada 2020 ini petani tembakau dan pedagang kecil harus menerima semuanya, serapan tembakau yang berkurang, omset keuntungan yang menurun, virus corona yang menghantui, dan bayangan-bayangan buruk lainnya.

Bagi manusia pada generasi ini, jelas tidak akan ada yang mau mengingat kembali 2020 di masa yang akan datang. Benar, memori itu tak akan hilang. Akan tetapi jika harus memilih untuk mengenang tahun-tahun yang pernah terlewatkan maka 2020 akan menjadi pilihan yang sangat terakhir. Buruknya 2020 ini bahkan membuat manusia memanjatkan resolusi lebih dini ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Saya yakin, tiap hari berlalu selalu ada resolusi yang dibuat manusia untuk 2021 dan tahun-tahun mendatang.

Jangan-jangan Tuhan memang sedang bercanda dengan memberikan prank pada manusia. Tuhan memberikan 2020 sebagai prank pada manusia agar pada 2021 nanti bisa berbahagia. Atau malahan memang tuhan sedang menghukum kita pada 2020. Sebagai bentuk pengingat terhadap apa yang sudah kita lakukan dan abaikan di tahun-tahun sebelumnya. Wallahu a’lam bishawab.